© LGD Gaming at the 2015 LPL Summer Finals |
Tak ada yang bisa membantah
bahwa berkibarnya Sang Saka Merah Putih di ajang Olimpiade memang mampu
membuncahkan sebuah kebanggaan.
Momen ketika Indonesia Raya berkumandang
di ajang olahraga tertinggi di Bumi itu seolah meyakinkan bahwa kita semua
memang bersumpah untuk lahir dan mati demi Nusantara.
Siapapun yang menyaksikannya,
apapun cabang olahraga yang berhasil menyumbangkannya, dan siapapun peraih
medali emasnya, kita semua seolah tertarik ke lorong waktu. Ke jam-jam dini
hari pada 17 Agustus 1945, kala Soekarno dan Hatta meminta Sayuti Melik
mengetikkan Teks Proklamasi itu ruang makan Laksamana Maeda. Sebuah peristiwa
menggetarkan yang menjadikan kita semua orang Indonesia.
Ya. medali emas dalam Olimpiade
seolah menjadi titik kulminasi perjuangan anak bangsa ini di zaman modern.
Dalam gelarannya yang terakhir
yakni Olimpiade Tokyo 2020, medali emas kembali dipersembahkan dan lagi-lagi
sang penyelamat wajah Indonesia adalah cabang olahraga (cabor) badminton.
Greysia Polii/Apriyani Rahayu mencatatkan nama mereka dalam sejarah negeri ini
sebagai peraih medali emas pertama di sektor ganda putri.
Bersama dengan cabor angkat
besi, badminton memang adalah tulang punggung medali emas bagi negeri ini dalam
ajang olahraga akbar yang digelar setiap empat tahun sekali itu.
Berkibarnya Merah Putih di
tiang tertinggi Olimpiade berkat badminton ini dimulai dari Olimpiade Barcelona
1992. Kala itu Indonesia langsung menyumbangkan lima medali yakni dua medali
emas, dua medali perak dan satu medali perunggu. Alan Budikusuma dan Susy
Susanti adalah atlet tunggal putra serta tunggal putri penyumbang medali emas
pertama untuk negeri ini di ajang Olimpiade. Kedua orang yang namanya menjadi
idola banyak kalangan muda dari generasi ke generasi.
Tongkat estafet medali emas
badminton di pun berlanjut lewat Rexy Mainaky/Ricky Subagdja di Olimpiade
Atlanta 1996, Tony Gunawan/Candra Wijaya di Olimpiade Sydney 2000, Taufik
Hidayat dalam Olimpiade Athena 2004, Hendra Setiawan/Markis Kido lewat
Olimpiade Beijing 2008, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir di Olimpiade Rio 2016 dan
terakhir adalah Polii/Rahayu.
Hanya saja, sampai kapan
badminton dibiarkan jadi satu-satunya tulang punggung negeri ini?
Cuma mempertandingkan lima
sektor, badminton jelas masih kalah jauh jika dibandingkan dengan cabor atletik
yang disebut-sebut sebagai lumbung medali itu. Ya, negeri ini butuh cabor-cabor
lain yang berpotensi untuk menyumbangkan medali emas.
Nah, bagaimana kalau tanggung
jawab itu mulai ditumpukan kepada eSports?
Perjalanan Si Bungsu eSports dalam Ajang Olahraga Multievent
Membicarakan cabor eSports bagi
Indonesia dalam ajang olahraga multievent
memang bisa dibilang seolah jauh panggang
daripada api.
Apalagi dalam Rancangan
Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024, tidak ada eSports dalam daftar
cabor olahraga prioritas yang diselenggarakan Kementerian PPN/Bappenas dan
Kemenpora pada akhir Desember 2019 itu. Di mana 10 cabor prioritas itu adalah
badminton, angkat besi, panahan, atletik, senam, renang, panjat tebing,
taekwondo, dayung dan balap sepeda.
Padahal eSports sendiri sudah
resmi menjadi cabor yang dipertandingkan untuk meraih medali, di mana
dimulai pada SEA Games Filipina 2019. Setidaknya ada enam nomor yang kala itu
dipertandingkan yakni Mobile Legends: Bang Bang (MLBB), Arena of Valor (AoV),
DotA 2, Tekken 7, Starcraft II dan Hearthstone. Fakta ini jelas cukup
menggembirakan mengingat dalam Asian Games Jakarta-Palembang 2018, eSports
masih jadi cabor ekshibisi yang mana medalinya tak diperhitungkan.
Lalu dalam Olimpiade Tokyo 2020
yang digelar musim panas 2021 karena pandemi Covid-19, eSports resmi masuk
dalam agenda Olimpiade lewat event Olympic
Virtual Series (OVS). Dalam ajang olahraga virtual pertama yang berlisensi Olympic itu, OVS memang diharapkan jadi
penghubung olahraga-olahraga fisik konvensional dengan komunitas eSports alias
permainan olahraga virtual.
Hingga akhirnya The Olympic Council of Asia (OCA)
mengumumkan bahwa eSports akan resmi jadi cabor yang memperebutkan medali dalam
Asian Games Hangzhou 2022. Setidaknya bakal ada delapan game yang dipertandingkan yakni AoV (versi Asian Games), DotA 2,
Dream Three Kingdoms 2, EA Sports FIFA, Hearthstone, League of Legends, PUBG
Mobile (versi Asian Games) dan Street Fighter.
Sama seperti keputusan Asian
Games Hangzhou 2022, SEA Games Hanoi 2021 yang ditunda penyelenggaraannya
hingga bulan Mei 2022 juga resmi memasukan eSports sebagai ajang perebutan medali.
Lantas bagaimana dengan peluang
eSports di Olimpiade Paris 2024?
Berbeda dengan kehadirannya
dalam SEA Games atau Asina Games, peluang eSports dalam Olimpiade dua tiga
tahun lagi itu memang masih belum pasti. Entah akan diarahkan dalam event OVS,
atau cuma sekadar ekshibisi seperti saat Asian Games Jakarta-Palembang 2018.
Karena bagaimanapun juga, IOC (International
Olympic Committee) tak mau bertindak gegabah dan masih mempertimbangkan
secara ketat apakah eSports bisa masuk dalam cabor resmi.
Setidaknya eSports haruslah
memenuhi beberapa kriteria mulai dari dimainkan secara global, berbasis pada skill, bisa diterima publik luas dan tak
mengandung kekerasan, serta tentunya punya sistem penilaian pasti, seperti
dilansir ONE eSports.
Namun melihat sepak terjang
eSports dalam SEA Games dan Asian Games, tampaknya pemerintah harus benar-benar
mulai serius untuk mengembangkan para gamer
onlini di Tanah Air, supaya bisa diarahkan menjadi atlet eSports
profesional.
Potensi eSports di Nusantara dan Mengintip Rahasia China
kondisi akademi eSport di China © REUTERS/Aly Song
Bicara soal potensi eSports di
Indonesia dan peluang kalau cabor ini bisa menyumbangkan medali dalam ajang
olahraga multievent global sebetulnya bukanlah isapan jempol belaka.
Dalam Asian Games 2018, medali
emas disumbangkan oleh Ridel Yesaya Sumarandak lewat game Clash Royale dan medali perak dipersembahkan Hendry Johtree
Handidurya berkat game Hearthstone.
Berbeda dengan Asian Games 2018
yang mana eSports masih berstatus sebagai ekshibisi, atlet-atlet eSports baru
benar-benar memberikan sumbangsih medali untuk Ibu Pertiwi di SEA Games 2019. Kala
itu dua medali perak disumbangkan masing-masing lewat game AoV dan MLBB.
Tentu raihan ini seolah memperkuat
prediksi bahwa negeri ini berpeluang harum namanya lewat eSports. Apalagi
sejak pandemi Covid-19 merajalela di tahun 2020 hingga saat ini, pembatasan
kegiatan sosial memicu hadirnya bibit-bibit atlet eSports masa depan.
Dalam laporan InMobi yang
berjudul Mobile Gaming Through the
Pandemic and Beyond in Southeast Asia 2021, ada peningkatan pemain game online berbasis smartphone di Indonesia sebesar 46%.
Tak heran kalau akhirnya
Michael Wijaya selaku Co-Founder &
Chief Marketing Officer EVOS eSports kepada Merdeka menyebutkan jika
Indonesia bisa jadi pendorong utama pertumbuhan eSports di Asia Tenggara.
Apalagi hingga tahun 2021 ini, dari total 274,5 juta gamers Asia Tenggara, 43% di antaranya berasal dari Indonesia.
Tak main-main dari jumlah itu,
setidaknya penghasilan minimal US$2,08 miliar (sekitar Rp30 triliun) datang
dari industri eSports Tanah Air. Dengan jumlah yang begitu masif, kini
pertanyaan terbesar adalah apakah pemerintah mampu memaksimalkan potensinya?
Bandingkan dengan apa yang
dilakukan pemerintah China lewat kota eSports yang sudah diluncurkan sejak
November 2018 silam. Berlokasi di Hangzhou yang juga tuan rumah Asian Games
2022, pemerintah China bekerja sama dengan LGD Gaming yang merupakan induk game online di Tiongkok untuk perilisan
kota eSports tersebut.
Sekadar informasi, kota eSports
di Hangzhou ini bukanlah satu-satunya di Negeri Tirai Bambu. Karena pihak
swasta sudah punya fasilitas untuk kebutuhan eSports di Tianjin, Shenzhen dan
Beijing. Keseriusan ini seolah memperkuat pandangan kalau China tak menganggap
remeh soal eSports. Apalagi tiga dari 10 pemain game online bergaji terbesar di dunia berasal dari masyarakat China
yakni M Lu Yao alias Somnus, Xu Linsen alias fy, dan Wang Chunyu atau Ame.
Bukan tanpa alasan kenapa
atlet-atlet eSports di China memang luar biasa profesional. Karena ternyata
baik pihak swasta atau pemerintah Tiongkok ‘menggembleng’ para gamer itu dalam sebuah akademi yang luar
biasa disiplin. Dalam foto-foto yang dipotret Aly Song untuk Reuters, terungkap
kalau mayoritas tim-tim eSports di China sudah berlatih mulai pukul 11.00
hingga larut malam yang artinya sekitar 15-24 jam dalam sehari.
atlet-atlet eSports di China © REUTERS/Aly Song |
Dengan jumlah lebih dari 5.000
tim eSports, China memang pasar gamers
terbesar dan calon penyapu bersih medali jika memang eSports akhirnya
benar-benar jadi cabor resmi di Olimpiade.
Dukungan Total IndiHome Terhadap eSports Tanah Air
Mengintip rahasia China dalam menyiapkan atlet-atlet eSports profesional memang bisa dibilang kalau Indonesia seolah sudah tertinggal cukup jauh. Namun itu bukan berarti kalau tak ada pihak yang mempedulikannya.
Yap, setidaknya itulah yang
dilakukan oleh PT Telkom Indonesia (Persero) lewat layanan fixed broadband unggulan mereka, IndiHome.
Sadar atas besarnya potensi
eSports baik dari segi industri dan olahraga, membuat IndiHome meluncurkan LEAD
(Limitless eSport Academy). Sesuai
dengan namanya, LEAD adalah akademi eSport yang memang dibangun dalam konsep athlete enablement.
Apa maksudnya?
Lewat athlete enablement ini, kalian yang adalah seorang gamer alias player biasa yang bermain game
online untuk hobi belaka, bisa menjelma jadi pro-player tangguh yang punya mental atlet.
Kenapa harus punya mental
demikian?
Karena pada dasarnya tidak semua
pro-player adalah atlet eSports,
tetapi saat mereka sudah berstatus sebagai atlet eSports, pastinya merupakan
seorang pro player.
Menggunakan konsep selayaknya
PBSI (Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia), LEAD by IndiHome ini akan
mengajak gamer-gamer terpilih untuk
berlatih rutin demi meningkatkan skill,
menguasai trik dan strategi permainan, bagaimana membangun kerjasama team yang baik, sambil memupuk sifat
disiplin dan pola makan sehat khas para atlet konvensional.
Wah, apakah ini membuka peluang
kehadiran atlet-atlet eSports penyumbang medali untuk Indonesia?
Benar sekali.
Venusiana selaku Direktur Consumer Service Telkom meyakini bahwa
salah satu hal terpenting dalam ekosistem eSports adalah regenerasi para atlet.
Sebuah hal yang akhirnya memicu komitmen LEAD by IndiHome untuk ‘melahirkan’
banyak calon pro player, agar bisa jadi atlet yang punya
semangat dan daya asing internasional.
Program ini jelas seolah
membuka kepastian baru bahwa game online
itu lebih dari sekadar hobi, tapi juga profesi yang bermanfaat bagi diri
sendiri dan Indonesia.
Bagi IndiHome sendiri, LEAD by
IndiHome jelas bukan satu-satunya gebrakan mereka di dunia game online Tanah Air. Karena pada Agustus 2021 lalu, IndiHome
menggelar Kompetisi IndiHome MabarKuy
Indonesia 221.
Dedi Suherman selaku CEO PT
Melon Indonesia (anak perusahaan Telkom) pun tak menampik jika ajang itu memang
jadi dukungan Telkom Group agar komunitas gamer
online negeri ini makin berkembang. Bahkan bukan hanya lewat kompetisi MLBB saja,
Telkom juga memanjakan betul para gamer
rumahan lewat Paket Gamer.
Dengan Paket Gamer, kalian bisa
bermain game online secara jauh lebih
lancar, biaya langganan cukup terjangkau, kualitas sinyal memuaskan dan
tentunya peluang mendapatkan item khusus
dari game favorit lewat redeem code. Paket Gamer ini ditawarkan
dengan beberapa pilihan kecepatan, yang minimal 20Mbps,
Kalu sudah begini, IndiHome jelas makin memantapkan diri mereka sebagai
internetnya Indonesia yang menyuguhkan Aktivitas Tanpa Batas.
Dengan program academy eSport
yang mereka miliki, bukan tak mungkin kalau dalam beberapa tahun ke depan akan
ada banyak sekali atlet-atlet eSports profesional dan berkualitas. Apalagi
IeSPA (Indonesia eSport Association) kini sudah diakui Kemenpora sebagai
organisasi induk eSports di Tanah Air.
Kini tinggal kita menunggu, apakah calon atlet eSports besutan IndiHome
kelak mampu mengibarkan Merah Putih dan memperdengarkan Indonesia Raya dalam
Olimpiade?
Harapan itu tentu ada.
Saya awalnya mikir e-sport itu olahraga jenis apa? Hingga akhirnya secara tidak terduga salah satu rekan kerja saya ternyata masuk dalam Timnas esport dan itu adalah hal yang luar biasa. Dari hanya sekadar hobi bisa membuat kita ke luar negeri sekaligus membawa nama negara.
BalasHapusAh iya, sekarang ini esport emang lagi hapening ya mbak
BalasHapusWajib untuk didukung
Untung ada IndiHome ya mbak, Internetnya Indonesia
Jaringan internet yang lancar mendukung perkembangan esport di Indonesia
Wah, keren banget ini ada LEAD
BalasHapusSaya baru tau loh Telkom sampai bikin pelatihan esport
Potensi esport ini emang masih besar sekali di Indonesia
E-sport ini memang pantas untuk kita dukung, karena gamer pun juga menghasilkan cuan dan masa depan bagus ya, apalagi dapat mengharumkan nama bangsa juga. Semangat..
BalasHapusYes.. tiba-tiba saya ngebayangin kak..
BalasHapusGimana seandainya paslagi turnamen e sport ternyata provider nya gak keren kayak Indihome. Waduh pasti banyak yang kesal nih para atlet karena permainannya buffering
Saya pun sangat berharap sehingga kelak nama Indonesia dilirik dunia berkat para esport gamersnya yang juara.
BalasHapusJamannya sudah beda ya. Sehingga kita harus mengikuti, kalau tidak mau tertinggal
esport didukung banget yaa sama indihome.. keren lah karena indihome kan memang kuat dan luas jaringannya. jadi bisa menjangkau atlet2 esport di berbagai penjuru tanah air juga
BalasHapusKebayang kan kalo esport ngga dapet akses internet. Untung ada IndiHome sebagai internetnya Indoensia yang bisa mewujudkan cita cita atlet esport ini. Kamu juga seorang pro-player kan Rai.
BalasHapusE-sport memang sudah jadi ajang bergengsi di negeri ini, dengan dukungan Indihome e-sport akan lebih baik dgn akses Internet yg pancar
HapusSalut dengan IndiHome yang mendukung esport di Indonesia. Semoga bisa seperti cabang olahraga lainnya, banyak atlet yang mengharumkan nama Indonesia
BalasHapusandai dulu ada wadah kayak lead by indihome gini ya Rai, mungkin kita sekarang ngga jadi blogger hahaha. Sampai skrg masih ngerasain gimana sensasinya ngegame dan menang
BalasHapusBener, udah jadi pro-player aku ini kayaknya. Sayang waktu itu masih Speedy dan ambil paket 3 jam 10rb di warnet
HapusWah menarik banget ya. Aktivitas yang dulunya sering dipandang sebelah mata oleh sebagian orang tua karena bikin anak kecanduan game, kini menjadi cabang olah raga yang resmi, bahkan bisa mengharumkan nama bangsa. Mantap nih, Indihome mendukung e-sport agar dapat berkontribusi membawa nama Indonesia di perhelatan olahraga tingkat Internasional.
BalasHapuswoaa ada paket IndiHome gamer. kasih tau suami gak ya...ntar takut ngegame mulu, wkwkwk. tapi enak sih pake IndiHome bs irit bea internet jg.kan kepake setiap hari buat saya dan anak jg. yap esport Indonesia ternyata berjaya yak...apa karena ini jg youtuber gaming jg diminati ya?
BalasHapus
BalasHapusSepertinya ke depan e-sport ini memang menjanjikan untuk diseriusi. Jadi memang perlu mulai sekarang anak-anak yang berbakat di bidang ini dilatih dan diarahkan lebih intens lagi. Diantaranya melalui LEAD dari Telkomsel.
BalasHapusGak sabar nih menyaksikan atlet eSports besutan IndiHome akhirnya bisa mengibarkan Merah Putih. Semoga ya
Bangga pasti kalau atlet e-sport mengharumkan nama Indonesia. Pastinya kudu didukung dengan sarana prasarana yang baik seperti saluran internet kuat dan cepat agar nggak gampang buffering saat bertanding
BalasHapusAnak-anak dengan bakat bermain games bisa diarahkan dengan mengikuti LEAD agar bisa profesional dalam bidang E-sport.
BalasHapusKini E-sport sudah menjadi salah satu cabang olahraga yang bisa ditekuni.
anakku juga ngikutin beritanya e-sports ini, akupun jadi kebawa juga ikutan ngobrol.
BalasHapusBtw di rumah aku juga pakai Indihome loh..
esport ini lagi naik daun ya, bisa jadi penyemangat untuk yang suka main game, di era digital ini cita cita keren gak hanya jadi dokter atau insinyur kaya dulu ya
BalasHapus