https://www.idblanter.com/search/label/Template
https://www.idblanter.com
BLANTERORBITv101

Abadikan Sejarah Perpanjang Kisah, Karisma Tersembunyi Sang Monster Gaming ASUS ROG Phone 6

Kamis, 20 Oktober 2022
ASUS ROG Phone 6
Suara dentuman dan teriakan ribuan manusia merobek malam 1 Oktober 2022 itu.

Serapah saling keluar di udara, sebagai usaha untuk menghentikan upaya para pengayom yang seolah kerasukan nafsu pembantai. Para pengayom berseragam itu bersikap pongah, terus mengangkat senjata, begitu yakin mereka adalah sang juru damai.

Kepongahan yang menutup pintu hati, benar-benar tak peduli pada pekikan ketakutan para perempuan atau anak-anak kecil yang sebetulnya hanya duduk menatap ratusan rekan mereka yang turun ke lapangan.

Asap putih mulai membumbung di udara, seperti tangan-tangan dirigen yang memulai orkestra kematian. Kaki-kaki mulai bangkit mencari perlindungan ketika tahu kelompok yang seharusnya jadi pelindung sipil itu tetap melepaskan tembakan gas air mata tanpa ampun ke tribun penonton. Bukan hanya belasan, tapi puluhan proyektil gas air mata diyakini terlepas malam itu.
Tragedi Kanjuruhan
Satu-satunya pilihan bagi ribuan orang itu adalah sesegera mungkin meninggalkan stadion.

Tentu bukan sebuah upaya yang mudah, karena stadion tempat di mana tim kesayangan mereka bertanding beberapa jam sebelumnya itu kini sudah berubah. Menjadi sebuah tempat tak dikenal yang lebih mirip seperti medan perang.

Membayangkan harus menuruni tangga-tangga di tengah kepulan asap gas air mata yang membuat pandangan perih dan kabur serta paru-paru berontak mencari oksigen, tentu pengalaman yang tak pernah terbayangkan oleh mereka yang bertujuan hadir hanya untuk menonton sepakbola.

Kemanusiaan mencapai titik terendah di tempat ini.

Di balik salah satu pintu besinya yang berwarna biru, ratusan orang mulai melakukan pertaruhan pada kehidupan mereka. Gedoran demi gedoran terdengar di gate 13. Pekikan bercampur serapah, tangisan, ketakutan dan upaya mencari oksigen saling berebut meminta perhatian, tapi pintu besi itu tetap kokoh tak terbuka.

Hanya dalam waktu belasan menit saja, satu demi satu nyawa mulai teregang dari jasadnya sampai akhirnya berjumlah puluhan dan ratusan. Tubuh-tubuh lemas itu terjatuh begitu saja, terdesak dan terinjak di balik pintu besi 13.

Sebuah tragedi mengerikan yang selamanya mengubah nama Arema.

Publik dunia mengenalnya sebagai, Tragedi Kanjuruhan.

Mengurai Cerita Lewat Foto yang Bicaratragedikanjuruhan (1)

Tiga hari setelah kejadian itu, aku memberanikan diri untuk ke Kanjuruhan.

Sebagai orang kelahiran Malang, aku sebetulnya tidak terlalu memberi perhatian kepada Arema karena sepakbola bukanlah olahraga yang cukup kupahami. Namun berpijak untuk pertama kali di stadion Kanjuruhan lantaran tragedi kemanusiaan dan bukanlah menonton pertandingan Arema, adalah sebuah ironi yang selamanya membuatku bersalah.

Stadion itu masihlah kotor saat kudatangi siang itu. Di sepanjang area parkirnya masih dipenuhi sampah-sampah dan sisa kerusuhan. Banyak saksi menyebutkan jika kondisi di luar stadion juga tak kalah mencekam di malam 1 Oktober itu. Ada bangkai mobil milik polisi yang tergeletak serta puing-puing kebakaran lain, sebagai imbas kekesalan Aremania. Termasuk cerita lain yang terurai saat Aremania melempar kendaraan taktis yang membawa tim Persebaya.

Namun kengerian yang sebetulnya, terlihat di pintu-pintu besi sayap timur dari tribun VIP.

Gate 10, 11, 12 dan 13 adalah tempat di mana kematian mencoba menghembuskan ceritanya.

Langkahku terhenti paling lama di gate 13.

Pintu besi berwarna bitu itu sudah ringsek dan seolah hampir tidak bisa tertutup. Aku tak tahu ada berapa banyak tangan, kaki atau tubuh yang mencoba membukanya. Di samping pintu besi itu, roster alias saluran udara sudah terjebol dengan ukuran yang bisa dilalui manusia. Aku tak bisa membayangkan kekuatan macam apa yang mampu merusak roster yang terbuat dari batu bata itu.
konten Jurnal Arai (1)
Dari balik saluran udara yang terjebol itu, ada ruangan ibadah yang tentunya di malam laknat tersebut, mendengarkan doa yang jauh lebih pilu daripada tempat ibadah manapun.

Kugeserkan lagi badanku, mencoba mengintip dari balik celah-celah pintu besi 13. Ada banyak alas kaki yang tergeletak di sepanjang anak tangganya. Tak tahu apakah alas kaki itu masih memiliki tuan, karena kini benda-benda mati itu menjadi saksi bisu bagaimana manusia berjuang mempertahankan nyawanya.

Aku diam cukup lama, sampai akhirnya kuambil ponselku dan mulai mengabadikan apa yang kulihat di gate 13 ini.

‘Orang-orang harus tahu, orang-orang harus mendengarkan cerita dari pintu 13’

===

Membawa ponsel Android yang sudah berusia lima tahun untuk mengabadikan sisa-sisa tragedi, tentu membuatku harus jeli. Dibandingkan smartphone milik orang lain yang ada di sekitarku kala itu, ponsel tuaku ini jauh lebih banyak mengeluh.

Mulai dari kapasitas storage yang sudah tak mampu lagi bertambah dan selalu memperlihatkan notifikasi penuh saat merekam video, sampai bagaimana lensa-lensa kameranya harus bekerja keras untuk mengabadikan bagian stadion yang kumau.

Jangan berharap ponsel ini bisa memberikan foto-foto bokeh atau melakukan pengaturan ISO yang tepat maupun mengeksekusi zoom yang kuinginkan, aku hanya mencoba memotret sebanyak mungkin dan berharap kekuatan narasi akan membuat foto-foto itu bersedia berbagi kisahnya.

Tekadku kuat, aku harus pulang membawa cerita dari Kanjuruhan.

Sesampainya di rumah, kupindah terlebih dulu foto-foto itu untuk melewati tahapan editing di laptop. Ya, aku tak akan memaksa ponsel tua ini untuk mengolah Lightroom atau Canva, sesuatu yang bahkan akan sangat payah dia lakukan.

Karena aku sama sekali tak punya background di dunia fotografi, aku melakukan color grading berbekal hobiku menonton film.

Aku mungkin tak bisa menciptakan warna-warna fantasi yang memberikan kesan sentimental, hangat dan penuh estetika seperti Spike Jonze di film HER (2013). Begitu pun meniru Wes Anderson yang menyulap THE GRAND BUDAPEST HOTEL (2014) menjadi film yang sangat ceria, nyaman dan menyenangkan dalam sentuhan warna-warni pastel yang manis.

Atau mungkin mengekor aksi Damien Chazelle dalam LA LA LAND (2016) yang kuanggap sebagai salah satu film Hollywood dengan pilihan coloring yang paling indah dan nyata. Bahkan yang lebih gila lagi, aku jelas tak bisa menyamai sentuhan magis teknik pemilihan warna film yang dilakukan Zhang Yi Mou dalam HERO (2002).

Mencoba memperkuat kesan kelam dalam foto-foto Tragedi Kanjuruhan, aku terinspirasi dengan bagaimana Ian Vertovec mewarnai film mystery thriller David Fincher, GONE GIRL (2014) atau Greg Fisher melakukan kerja gemilangnya bersama sutradara Sam Mendes dalam SPECTRE (2015).
konten Jurnal Arai (1)
Namun karena materi mentah foto yang kumiliki apa adanya, penyuntingan warna pun tak bisa semaksimal yang kuharapkan. Hanya pada tulisan-tulisan yang kubenamkan pada foto, kulantunkan sebuah irama pilu dari Kanjuruhan.

Di titik inilah aku merasa kalau sudah waktunya aku memiliki teman baru. Teman yang jauh lebih tangguh untuk kuajak mengabadikan berbagai peristiwa dan tempat-tempat menakjubkan.

Teman yang tak akan pernah mengeluh dan bisa kubawa mudah dalam genggaman ke manapun.

Teman yang kutemukan dalam sosok ponsel gaming, ASUS ROG Phone 6.

Berkenalan dengan ASUS ROG Phone 6, Teman Baru Sang Storyteller

ilustrasi ASUS ROG Phone 6
‘Memangnya ponsel gaming bisa menghasilkan foto bagus?’

‘Memangnya ponsel gaming bisa buat ngedit foto dan video?’

‘Memangnya ponsel gaming bisa ngerekam video bening-bening hingga 4K?’


Hmm, siapa yang bilang tidak bisa?

Siapa yang menetapkan kalau ponsel gaming hanya menjadi dominasi para gamer?

Seorang storyteller sekaligus blogger traveler sepertiku bahkan bisa berteman dengan baik dengan smartphone gaming.

Dan sekarang, dengarkan cerita dan impianku dalam membedah satu-persatu keunggulan sang monser gaming ASUS ROG Phone 6.

1. Inkarnasi Sang Legenda dengan Performa Lebih Buasspesifikasi ASUS ROG Phone 6 (1)

Kalau bicara soal smartphone gaming, ROG (Republic of Gamers) yang dibesut oleh ASUS adalah salah satu brand yang begitu ikonik bagi penggemar game di seluruh dunia. Berdiri pada tahun 2006 di distrik Beitou, Taiwan, ROG terlahir sambil mengusung tujuan tunggal sebagai perangkat khusus gaming sekaligus overclocking yang dibuat dari inovasi teknologi dan desain terbaik yang membuatnya begitu melegenda.

Istilahnya, ROG adalah ponsel impian mereka yang mempersembahkan diri sebagai seorang gamer.

Untuk seri ROG Phone 6 bahkan diklaim punya performa yang jauh lebih buas daripada ROG Phone 5. Keberadaan komponen Snapdragon® 8+ Gen 1 Mobile Platform di bagian dapur pacu menjadikan ponsel ini mampu menghadirkan clock speed CPU yang jauh lebih cepat hingga 3.2GHz!

Berpadu dengan GPU Adreno 730, ROG Phone 6 menyuguhkan performa yang 10% lebih tinggi tapi justru efisiensi daya CPU meningkat 30%. Agar tak ada efek bottleneck, ASUS memasang RAM LPDDR5 hingga 18GB dan storage SSD UFS3.1 hingga 512GB.

Dengan komponen segahar itu, ROG Phone 6 jelas lebih dari mampu jika kutuntut untuk multitasking mulai dari melakukan koreksi warna pada foto di Lightroom, lalu kemudian diberi beberapa narasi tulisan dengan Canva sebelum akhirnya kuunggah ke media sosial. Atau mungkin ingin menggunakan Photoshop? Jelas itu adalah hal yang akan dengan mudah dilumat oleh sang monster.

Tak hanya foto, masalah penyuntingan video dengan aplikasi-aplikasi seperti VN maupun CapCut adalah sebuah task yang tak akan memberikan beban cukup berarti. Apalagi kalau dikembalikan ke kodratnya sebagai smartphone gaming, kalian ingin mengujinya dengan apa? eFootball PES? Genshin Impact? Call of Duty Mobile? Real Racing? The Sims Mobile? PUBG Mobile?

Semua akan dijalankan dengan sangat mudah tanpa banyak mengeluh oleh ASUS ROG Phone 6.

2. Pengalaman Visual Revolusioner Tanpa Celaspesifikasi ASUS ROG Phone 6 (2)

Dalam melakukan editing pada foto, memiliki perangkat dengan visual yang begitu jernih dan lebar adalah kebutuhan. Layar yang berkualitas tinggi akan mampu menghasilkan warna-warna yang lebih nyata sehingga proses color grading tak akan keliru dalam menyuntikkan mood pada foto atau video.

ASUS memproduksi warna-warna tanpa cela dengan kualitas teratas berkat layar AMOLED HDR10+ seluas 6,78” dari Samsung. Dilindungi oleh Corning® Gorilla® Glass Victus™, layar ROG Phone 6 jelas tak akan mudah ternodai oleh gesekan benda tajam. Bahkan kalau harus menghabiskan waktu menatap layarnya selama berjam-jam untuk membuat sebuah konten, teknologi Eye Care Display yang dipasang oleh ASUS akan membuat mata tidak mudah lelah.

Seolah menjawab kemampuan komponen dapur pacunya, ROG Phone 6 memiliki kemampuan refresh rate maksimum 165Hz pada bagian layarnya. Menjadikan ponsel satu ini jadi yang tercepat dan tertajam di pasaran ponsel Tanah Air saat ini. Aku bahkan bisa membayangkan sambil tersenyum bagaimana video-video atau foto aerial yang diambil dari drone akan ditampilkan dengan lancar tanpa tersendat oleh ROG Phone 6.

Bagi kalian para gamer, ponsel ini juga sudah dibekali touch-sampling rate hingga 720Hz dan latensi sentuh 23ms. Menjadikan layar ROG Phone 6 sebuah impian tertinggi bagi para gamer pencari kepuasan dan pemburu kompetisi. Dibingkai cantik dengan dua pilihan warna bodi ponsel yakni Phantom Black dan Storm White, pesona ROG Phone 6 memang berlebihan.

‘Aah cuma bagus di layar, memangnya punya controller yang mumpuni?’

Yakin kalian bertanya seperti itu?

Karena ASUS menjawabnya lewat AirTrigger 6 dan Ultrasonic Buttons.

Teknologi AirTrigger 6 yang terbaru memungkinkan ROG Phone 6 mempunyai sensitivitas yang lebih baik mulai dari pemosisian, hingga kontrol gerak berkat 18 titik sentuk spesifik yang terpetakan pada layar. Tentunya AirTrigger 6 ini bisa bekerja dengan maksimal saat kalian menggunakan AeroActive Cooler 6.

Untuk AirTrigger 6 ini terdapat fitur baru yakni Tekan dan Tahan yang membuat kalian bisa memetakan tindakan berbeda saat menekan tombol pengaktif ultrasonik, serta gerakan lain ketika mengangkat jari dari tombol. Tak heran kalau akhirnya bisa digunakan untuk aplikasi selain gaming.

Seolah tak berhenti memanjakan, ASUS juga menambahkan giroskop atau pengontrol sudut pandang saat hendak membidik target. Caranya mudah, tinggal menekan dan menahan tombol ultrasonik, baru kemudian kalian bisa mengontrol area tampilan untuk memiringkan atau menggerakkan ROG Phone 6.

3. Sistem Pendingin Wujudkan Gaming Tanpa Batasspesifikasi ASUS ROG Phone 6 (3)

Biasanya ponsel-ponsel dengan komponen dapur pacu yang ‘mengerikan’ dan mampu menjalankan berbagai aplikasi yang menuntut spesifikasi tinggi akan begitu mudah panas. Sama halnya seperti kalian saat harus bekerja mengejar deadline setumpuk, otak akan lebih mudah lelah dan menyerah, bukan?

Namun ROG Phone 6 bukanlah smartphone gaming biasa.

Keberadaan teknologi pendingin GameCool 6 Cooling System generasi kelima, merupakan perubahan yang paling mutakhir dan terbaik sejak ASUS pertama kali merilis ROG pada 16 tahun lalu. ASUS membangun struktur internal yang sudah didesain ulang sehingga mampu melakukan pembuangan panas jauh lebih efisien.

Dilengkapi sistem pendingin CPU 360° yang baru dan fokus pada tata letak dual PCB di bagian tengah, membuat ROG Phone 6 mampu mengisi celah udara di antaranya dengan senyawa termal khusus sehingga kemampuan pendinginan meningkat 10°C.

Agar makin maksimal dalam membuang panas, ASUS juga menyertakan perangkat tambahan AeroActive Cooler 6 yang hadir dengan Thermoelectric AI Cooling System terintegrasi. Menggunakan chip pendingin Peltier, AeroActive Cooler 6 ini mampu melakukan pembuangan panas jauh lebih maksimal sesuai suhu CPU. Secara mudahnya ketika teknologi yang tersambung USB-C ini bekerja, ROG Phone 6 mampu menurunkan temperatur di dekat CPU hingga 25°C.

Tidak membutuhkan kabel tambahan, AeroActive Cooler 6 menggunakan daya ponsel ROG Phone 6 sebagai sumber energi. Kalian bisa memilih mode pendinginan entah tertinggi atau disesuaikan suhu CPU.

Kalau sudah begini, mau menggunakan ROG Phone 6 selama berjam-jam entah leveling, mabar maupun membuat konten foto dan video bercerita seperti dalam kasusku, ponsel ini tak akan mudah ngambek. Karena apa itu yang namanya kepanasan? Dia tidak mengenalnya.

4. Sang Monster dengan Baterai Super Gaharspesifikasi ASUS ROG Phone 6 (4)

Saat sedang traveling dan kemudian tenggelam dalam berbagai panorama yang luar biasa indah atau adat-adat budaya yang begitu eksotis, musuh terbesar yang kerap kali menghadang ponselku adalah baterai mudah habis.

Ya, kalian tentu sudah tahu kalau ponselku ini adalah smartphone uzur yang tinggal menunggu waktu untuk istirahat dari petualangan panjangnya. Karena itulah jika memang aku harus mengganti handheld, aku membutuhkan ponsel yang punya kemampuan baterai besar dan tentunya tak mudah boros.

Sesuatu yang dijanjikan ASUS ROG Phone 6.

Bahkan baterai pada monster satu ini bisa dibilang sangat unik karena menggunakan desain MMT berupa dua buah baterai masing-masing berkapasitas 3000 mAh. Keberadaan baterai ganda ini jelas memiliki banyak sekali keunggulan.

Mulai dari mampu menurunkan suhu perangkat saat sedang mengisi daya, bisa menerima pengisian daya 65W, otomatis mengurangi daya ketika diminta menjalankan aplikasi-aplikasi ‘jahanam’ sehingga tak mengeluarkan panas mengganggu, sampai memposisikan motherboard di tengah frame.

Keseimbangan sempurna yang dirancang oleh ASUS ini menjadikan ROG Phone 6 mampu menjalankan sistem pendinginan terbaik dibandingkan kompetitornya. Bahkan kalau dibandingkan ROG Phone 5, seri enam ini bisa mengisi penuh daya baterainya dalam waktu 42 menit saja dalam kondisi kosong alias sepuluh menit lebih cepat.

Kelupaan charging dan cuma punya waktu sejam sebelum boarding pesawat? Serahkan semuanya pada ASUS ROG Phone 6.

5. Dentuman Suara Serasa di Alam Lainspesifikasi ASUS ROG Phone 6 (5)

Sebagai seorang solo traveler, aku memang jauh lebih menikmati ke berbagai tempat entah menikmati pemandangan atau mengabadikan momen yang menarik secara sendiri. Biasanya aku mendengarkan musik lewat ponsel sehingga produksi suara adalah salah satu kebutuhkanku. Apalagi kalau aku seorang gamer, suara yang berdentum hingga mampu menciptakan jejak di dada adalah sebuah keharusan.

ASUS tampaknya memahami betul keinginan itu sehingga melakukan peningkatan pada kemampuan sound
 yang imersif pada ROG Phone 6. ASUS melakukan peningkatan pengaturan speaker yang lebih canggih dan bertumpu pada sistem ganda Speaker Super Linear 5-magnet 12x16 simetris serta didukung amplifier mono Cirrus Logic CS35L45.

Dilengkapi oleh pemrosesan sinyal digital terbaik berkat Dirac, ROG Phone 6 lebih dari mampu jika diminta menghasilkan suara yang begitu jernih dengan kedalaman berkualitas tinggi dan tentunya lebar.

Dentuman yang dihasilkan oleh GameFX Audio akan membuat pengalaman gaming seolah membawa kalian ke dunia game itu sendiri. Aku tak menyalahkan kalau kita seolah-olah menjadi Wade Watts (Tye Sheridan) di dunia virtual reality Oasis, seperti dalam film READY PLAYER ONE (2018) saat menggunakan ROG Phone 6 ini.

6. Karisma Tersembunyi Lewat Kamera di Atas Rata-Rataspesifikasi ASUS ROG Phone 6 (6)

Dan inilah keunggulan terakhir yang mungkin tak banyak diperhatikan dalam ASUS ROG Phone 6, tapi justru menjadi alasan kenapa aku terpikat luar biasa.

Terlahir sebagai ponsel gaming, ROG Phone 6 tak ingin hadir standar terutama pada konfigurasi kameranya.

ASUS memasang formasi tiga lensa kamera belakang dengan sensor SONY IMX766 50MP sebagai yang utama. Selain punya mode asli 50MP, lensa belakang utama ini punya mode unggulan 12,5MP saat memakai filter warna Quad Bayer. Lensa ini bisa melakukan perbesaran dua kali lossless asli dalam kondisi siang hari, serta langsung berpindah ke zoom digital 2x berdasarkan mode 12,5MP saat minim cahaya.

Sebuah kemampuan yang begitu kudambakan apalagi saat aku harus berjalan-jalan di malam hari selepas senja, untuk mengabadikan orang-orang pulang dari kerja, mencari perlindungan kembali di rumah-rumah mereka.

Sedangkan lensa kamera belakang kedua, ASUS memilih lensa ultrawide yang bersudut lebar 13MP sehingga bisa mengabadikan panorama hingga sudut 125°. Sebuah lensa yang akan membuat ROG Phone 6 menjadi teman terbaik ketika kuajak naik gunung, sekadar mengabadikan pemandangan di puncak yang mampu membuatku menangis rindu itu.

Dan untuk kamera belakang terakhir, ROG Phone 6 dikaruniai lensa makro 5MP yang tentunya menjadi jawabanku dalam mengabadikan obyek-obyek mungil yang tak bisa dilihat dengan mata telanjang, tapi mampu memberikan hembusan dramatis yang menjadikannya sebagai sang pencerita yang unggul.

Berpindah ke lensa bagian depan, ROG Phone 6 dilengkapi dengan kamera depan beresolusi 12MP yang akan mampu memperlihatkan parasku dengan jelas saat hendak melakukan video call dengan kedua orangtuaku, maupun mengikuti berbagai kegiatan online dengan banyak orang entah lewat Zoom maupun Google Meet.

Aah, aku jadi ingin sekali melakukan live streaming dengan ROG Phone 6 saat berada di sebuah kegiatan budaya. Entah itu adat Manene di Toraja sana, Kasodo di kawah gunung Bromo hingga upacara adat Penti di Waerebo yang akan berlangsung jelang musim panen tiba.

Dilengkapi dengan keseluruhan bodi yang sudah bersertifikasi tahan air IPX4, kegiatanku mengabadikan berbagai peristiwa tak akan mudah berhenti saat gerimis tiba.

ASUS ROG Phone 6 adalah teman yang benar-benar kuharapkan ada untuk berbagi banyak cerita. Sang monster yang terlahir tak hanya untuk memuaskan para gamer saja, tapi juga para pemburu kisah yang ingin mengabadikan sejarah sepertiku.
Buat kalian yang mau beli ROG Phone 6 PRO, kalian juga udah mulai bisa pre-order di tanggal 24 Oktober - 10 November 2022. Untuk pemesanan awal ini, kalian akan mendapatkan banyak promo menarik antara lain Free Aero Active Cooler 6 + Devil Case + Exclusive Backpack ROGXONIC Esports selama persediaan masih ada, dengan total keuntungan hingga Rp.2.000.000. Untuk ROG Phone 6 PRO ini bisa kalian dapetin dengan harga Rp 18,999,000 eksklusif hanya di Erafone, Urban Republic, ROG Store, ASUS Online Store, ASUS Exclusive Store, Eraspace dan Tokopedia. Info selengkapnya kamu bisa cek disini ya: https://rog.asus.com/id/phones/rog-phone-6-model/

Nah, kalau buat ROG Phone 6 sekarang udah tersedia di partner-partner penjualan ROG Phone 6 yang bisa kalian dapetin langsung di Erafone, Urban Republic, ROG Store, ASUS Online Store, ASUS Exclusive Store, Eraspace, dan JD.ID langsung dengan harga Rp 10,999,000 untuk variant 8/256GB dan ROG Phone 6 12/256GB dengan harga Rp 13,999,000. So, tunggu apalagi buruan beli sebelum kehabisan!

Jadi, Nanti Kita Ceritakan Tentang Hari Ini...konten Jurnal Arai (3)

‘Terimakasih kak, foto-fotonya yang di Kanjuruhan narasinya bagus banget. Aku sampai nangis, aku jadi inget kejadian di malam itu’

‘Kak, narasimu udah memberikan cerita yang jujur soal Aremania. Senang kamu udah datang ke Kanjuruhan, bercerita sesuatu yang tidak sanggup kami ungkapkan’

‘Aku nggak ada di lokasi saat tragedi itu berlangsung. Tapi foto-foto dan narasimu sukses bikin aku nangis juga kak, pilu rasanya, perjuangan untuk usut tuntas kasus ini belum berakhir’

‘Izin ya kak untuk pakai foto-foto kamu di Kanjuruhan buat film dokumenter aku’

‘Foto-fotonya boleh aku pakai untuk cetak di kaos kak? Nanti hasil penjualan kaos akan digunakan untuk donasi korban Kanjuruhan’


Aku terhenyak.

Foto yang diambil dengan hati memang bisa menyentuh hati lebih banyak orang.

Aku jelas bukanlah fotografer yang hebat luar biasa. Apalagi mampu mengabadikan momen dengan cemerlang atau membingkai peristiwa dalam frame-frame alami yang menggetarkan.

Aku hanyalah seorang blogger yang kebetulan sangat suka bercerita.

Aku membuat dua seri Tragedi Kanjuruhan yang semuanya memperoleh apresiasi luar biasa dari pengguna media sosial. Bahkan seri foto pertama berjudul A STORY FROM 13 berhasil menyentuh lebih dari 24 ribu orang yang entah datang dari mana saja. Rangkaian foto-foto itu disukai lebih dari 3.300 orang dengan 1.191 di antaranya membagikan kepada pihak lain dan 412 lainnya memilih menyimpan.

Pencapaian ini membuatku yakin untuk selalu meneruskan Jurnal Arai. Sebuah konten yang ingin kubuat secara rutin, sebagai perpanjangan usahaku untuk menceritakan tempat-tempat istimewa di Indonesia, maupun cerita-cerita menggetarkan yang harus diketahui banyak orang.

Kelak kuharapkan, perjalananku itu akan benar-benar bisa ditemani oleh ASUS ROG Phone 6.

Karena bagiku, ROG Phone 6 sudah menembus batas ponsel gaming semata. Dia adalah ponsel luar biasa yang mampu menempuh petualangan istimewa, dan tentunya mengabadikan sejarah bersamaku.

Jadi, tunggulah aku, karena nanti kita akan cerita tentang hari ini.

"Artikel ini diikutsertakan dalam ASUS ROG Phone 6 Blog Writing Competition di Blog Katerina Travelerien"

Author

Arai Amelya

I'm a driver, never passenger in life