https://www.idblanter.com/search/label/Template
https://www.idblanter.com
BLANTERORBITv101

Review 'HAI GUYS BALIK LAGI SAMA GUE, TUHAN! (2020): Saat Tuhan Nge-Vlog dan Jadi Netizen

Kamis, 19 November 2020

HAI GUYS BALIK LAGI SAMA GUE, TUHAN!

HAI GUYS BALIK LAGI SAMA GUE, TUHAN! 

Bagi kamu yang doyan berselancar di internet dan nonton vlog di Youtube atau media sosial lainnya, kalimat sapaan di atas mungkin bukan hal aneh.

Yap, maraknya konten-konten vlog memang membuat profesi vlogger jadi diminati oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Mau tua, muda, selebritis, warga biasa, laki-laki, perempuan, pekerja kantoran, pengangguran tanpa acara, banyak yang menjalani kehidupan sebagai vlogger.

Dengan kalimat sapaan yang khas yakni 'Hai, guys!', sang vlogger pun membagikan kegiatannya sehari-hari agar ditonton netizens, entah belasan orang atau sampai jutaan pasang mata yang mengamati seperti Raffi Ahmad-Nagita Slavina hingga keluarga Gen Halilintar.

Vlog bahkan dianggap sebagai 'pembunuh' TV karena kini para pesohor lebih suka membagikan secara eksklusif kegiatannya lewat vlog, dan langsung mendapat penghasilan dari para viewers. Jangan diremehkan, seorang vlogger dengan jutaan subscriber di Youtube dan total tayangan total jutaan kali, bahkan bisa mengantongi pundi-pundi sampai puluhan juta Rupiah per bulan!

Fakta inilah yang membuat banyak orang mulai ingin menjadi content creator di Youtube, karena tergiur dengan penghasilannya.

Namun bagaimana jadinya jika kali ini yang nge-vlog adalah Tuhan?

Ide menggelitik dan cukup berani itulah yang ditawarkan Winner Wijaya dalam HAI GUYS BALIK LAGI SAMA GUE, TUHAN! 

Sinopsis Film 'HAI GUYS BALIK LAGI SAMA GUE, TUHAN!'

Seperti premis utamanya yakni bagaimana jika Tuhan adalah seorang vlogger? Maka itulah yang diperlihatkan Winner dalam film pendek sepanjang 4:36 menit ini. Kamu akan mengetahui keseharian Tuhan dengan diajak melihat umat-Nya dari langit, melalui penggambilan gambar ala aerial.

Film dibuka dengan Tuhan yang pagi ini ingin mengamati manusia di kompleks Bougenville. Seperti layaknya kawasan perumahan, kita akan diajak melihat keseharian manusia di pagi hari yang ribet. Ada yang terlambat pergi ke kantor dan menyumpah serapah, ada yang sedang menjemur pakaian, ada yang sedang asyik olahraga dengan istrinya sampai membuang sampah ke tong sampah.

Tuhan selayaknya seorang vlogger profesional, mengamati satu-persatu apa yang dilakukan para manusia di Bumi, sekaligus memahami rahasia dan keinginan terdalam mereka sambil terus memberikan komentar-komentar julid layaknya netizen.

Hanya saja karena memang Tuhan adalah Sang Maha Benar, tentu tidak akan yang bisa menolak atas ketetapan-Nya pada hari itu. Termasuk dengan bagaimana jika Dia akhirnya memilih memberikan karma, hingga menetapkan jadwal kiamat.

Hasil Maksimal Untuk Film Pendek Banyak Aturan

Menonton HAI GUYS BALIK LAGI SAMA GUE, TUHAN! ternyata cukup membuat saya tersenyum dan tergelitik sambil manggut-manggut sepanjang durasi. Jujur, ini adalah kali pertama saya menonton karya Winner, dan ketika memperoleh tautan resmi film pendek ini secara privat, saya mencoba untuk tidak mengharapkan apa-apa.

Namun ketika film pendek ini usai, saya akhirnya memahami kenapa film ini menjadi nominasi kategori Film Cerita Pendek Terbaik di ajang perfilman paling bergengsi di Indonesia, Festival Film Indonesia 2020. Tak hanya itu saja, Winner sebelumnya sudah mengantongi gelar juara di ajang Begadang Filmmaking Competition dalam Minikino Film Week 2020, bulan September lalu.

Memang, dalam 4:36 menit, masih ada beberapa kekurangan dalam hal dubbing sampai ending. Namun jika mengetahui syarat pembuatan film di Begadang Filmmaking Competition, saya justru semakin salut dengan usaha Winner dalam meraih gelar juara.

Dilansir Media Indonesia, dalam kompetisi Begadang Filmmaking Competition, filmmaker hanya diberi waktu 34 jam saja untuk membuat film. Tak hanya itu, untuk gelaran 2020 ini ada beberapa syarat khusus seperti cuma diperbolehkan tiga shot selama film, pelarangan scoring dengan instrumen musik karena wajib pakai instrumen sehari-hari, hingga adanya scene wajib saat benda terjatuh yang menimbulkan bunyi, dan adegan menyalakan sumber penerangan.

Saya jadi ingat masa-masa saya waktu rajin ikut Kine dan terlibat langsung dalam sebuah produksi film profesional, pembuatan film itu sangatlah rumit dan takes times sekali. Jangankan film panjang di level bioskop, film pendek ecek-ecek saja, bisa menghabiskan waktu seharian untuk syuting, berjam-jam untuk editing dan revisi naskah.

Belum lagi berbagai syarat khusus yang diterapkan, filmmaker biasanya cenderung tidak bebas jika harus membuat film dengan banyak aturan. Namun Winner bisa memperlihatkan hasil yang cukup maksimal dalam HAI GUYS BALIK LAGI SAMA GUE, TUHAN!

Lewat wawancaranya, Winner berujar bahwa dirinya kembali lagi ke masa kecil selama proses produksi. Film ini seolah mengingatkan pada hal penting saat membuat film dengan tujuan untuk bersenang-senang. 

Kini tinggal dua pekan sebelum malam puncak Festival Film Indonesia/Piala Citra 2020, HAI GUYS BALIK LAGI SAMA GUE, TUHAN! akan bersaing dengan empat film pendek lainnya. Ada FITRAH (Yulinda Dwi Andriyani), JEMARI YANG MENARI DI ATAS LUKA-LUKA (Puti Sarah Amelia), KEMANTEN (Imam Syafi'i) dan LANTUN RAKYAT (Dwi Cahya).

nominasi Film Cerita Pendek Terbaik FFI 2020
nominasi Film Cerita Pendek Terbaik FFI 2020
Cukup berat karena JEMARI YANG MENARI DI ATAS LUKA-LUKA juga menang sebagai National Jury Competition dalam Minikino Film Week 2020. Namun apapun itu, semoga HAI GUYS BALIK LAGI SAMA GUE, TUHAN! bisa melaju dengan cukup jauh di ajang yang bakal digelar awal Desember itu. 

Bagi kamu yang ingin menonton HAI GUYS BALIK LAGI SAMA GUE, TUHAN!, bisa langsung mengirimkan DM (Direct Message) kepada sang sineas, ko Winner Wijaya di Twitter ya!

'HAI GUYS BALIK LAGI SAMA GUE, TUHAN!', Karena Mungkin Saja Tuhan Memang Seasyik Itu 

Bisa dibilang, kalau ide yang diusung Winner dalam film pendeknya ini cukup berani. Bagi masyarakat majemuk Indonesia, penggambaran Tuhan yang suka nge-vlog dan bertingkah sedikit julid mungkin akan cukup sulit diterima.

Akan ada orang-orang yang mengatakan bahwa Tuhan tidak seperti itu. Tuhan tidak akan semudah itu dalam menetapkan kiamat, termasuk urusan mengambil nyawa manusia.

Benarkah demikian?

Tentu pertanyaan retoris seperti ini akan memunculkan debat kusir yang tidak usai.

Namun bagi seseorang yang menghargai proses kreatif dalam produksi karya seni ini, sah-sah saja jika seorang filmmaker memperlihatkan Tuhan dalam imajinasinya sendiri. Bahkan jika melirik perfilman di luar negeri, mereka justru cukup lebih berani dalam memperlihatkan sosok Tuhan.

Sebut saja seperti THE ACID HOUSE (1998) saat Tuhan digambarkan sebagai pria tua berjambang yang suka marah dan mengumpat kasar, DOGMA (1999) yang menampilkan Tuhan sebagai seorang perempuan dan tentunya BRUCE ALMIGHTY (2003) yang memilih aktor Morgan Freeman sebagai Tuhan yang ramah, dan menyerahkan kekuasaannya kepada Bruce (Jim Carrey). 

Tuhan dan Bruce di film BRUCE ALMIGHTY
Tuhan dan Bruce di film BRUCE ALMIGHTY

Apakah saya, sebagai umat beragama, emosi ketika Winner memperlihatkan Tuhan sebagai sosok yang suka nge-vlog?

Tentu tidak.

Bagi saya, konsep Ketuhanan setiap manusia memang berbeda. Masing-masing dari kita tentu punya interpretasi tersendiri soal Tuhan. Namun sebagai Dzat yang Maha Mengetahui dan Maha Memutuskan, Tuhan jelas punya hak prerogatif untuk menetapkan sesuatu, seperti halnya kematian dan Hari Akhir. Karena mungkin saja, Tuhan justru seasyik itu dalam memutuskan hal-hal terpenting dalam kehidupan manusia.

Tuhan bisa saja membuat kiamat datang hari ini juga, saat saya sedang menangis karena nonton serial drama Korea. Atau mungkin Tuhan juga bisa memutuskan kiamat datang minggu depan, saat kalian hendak mengucap Ijab Kabul. Berbagai ketetapan itu akhirnya kembali kepada kita manusia, apakah akan tetap menjadi umat yang taat pada-Nya, atau justru menganggapnya tidak ada?

Tentu pertanyaan yang cukup mendalam ini bisa mengembalikan kita untuk menjadi sebaik-baiknya manusia. Karena entah sedang diamati dari langit atau tidak, berbuat baik dan tidak merugikan orang lain tentu adalah hakikat manusia, sebagai makhluk hidup paling sempurna. Bukan karena ketakutan akan ganjaran neraka dan merindukan surga, tapi karena menyadari bahwa ada Dzat Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang mengajarkan itu semua.

Karena itulah tinggal kembali pada kita, apakah merasa ketakutan atau merindukan saat ajal itu tiba. Mungkin benar kata pujangga, bagi umat yang mengaku beragama, bertemu Sang Pencipta adalah sebuah kerinduan mendalam yang lebih baik dirayakan dengan suka cita, seperti saat Tuhan menyapa setiap umat-Nya di pagi hari.

Jadi siapkan diri kalian untuk menyapa dengan semangat saat mendengar, HAI GUYS BALIK LAGI SAMA GUE, TUHAN!"

"All religions, arts and sciences are branches of the same tree. All these aspirations are directed toward ennobling man's life, lifting it from the sphere of mere physical existence and leading the individual towards freedom" ~ Albert Einstein


Author

Arai Amelya

I'm a driver, never passenger in life

  1. Hey, Arai!

    Ampun, bikin film pendek dikasih waktu selama 34 jam aja, warbyasak, udah gitu banyak kali aturannya. Tapi salutlah sama mereka-mereka yang berkecimpung di dunia perfilman. Dilayar kaca memang harus nampak sempurna ya, supaya penonton juga puas sama apa yang disampaikan film tersebut.

    Btw, kirain tadi ada youtube nya loh, hihi.. Kan jadi penasaran sama filmnya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih di private link kak sama sineasnya. Langsung aja DM ke Twitternya ko Winner, dikasih nanti link-nya haha

      Hapus
  2. Kepo banget sama film ini. Serius, waktu baca judulnya aja udah penasaran kayakmana tiap scene dalam film ini. Kalo mau nonton tinggal dm aja? Apakah bakal direspon ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Direspon kaaak, gapapa kok. Langsung aja DM ko Win deh, haha berasa tim suksesnya deh aku ini

      Hapus
  3. Wah linknya diprivat ya ka arai, jadi penasaran ya..apa di film ini ditampakkan sosok Tuhannya, seperti di film Bruce gitu hehe

    BalasHapus
  4. aku kira tadinya bukan ulasan tentang film lho ini, ternyata ini film. Semoga aja pihak productionnya segera merilis film ini di akun yutub resminya

    BalasHapus
  5. ini film barukah? jadi penasaran. Judulnya nyentrik banget.

    BalasHapus
  6. Hmmm...begitulah ya klo bkin judul suka bikin kontroversi biar byk yg kepo dan penasaran

    BalasHapus
  7. menarik sekali ini, baru tahu ternyata ada lomba film yg hanya boleh digarap dalam waktu 34 jam. ajegila, itu gmna orang bikin film kayak dikejar2 waktu kali yaa,.. penasaran nih, kalo mau nonton, chat ke siapa mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya haha, aku juga ga bayangin betapa riweuhnya itu kk Ghin. Mana aturan tambahannya juga cukup tricky. Langsung aja DM ke Twitter ko Win, sutradaranya biar dikasih link nonton

      Hapus
  8. Wah salut. Berani ya beliau sutradara ya ngambil sudut pandang dari Tuhan. Saya jadi penasaran pengin nonton.

    BalasHapus
  9. Setelah baca ini aku jadi prnasaran ekh sama film nya, keren banget sih ini

    BalasHapus
  10. Aku sedikit beda pendapat aja hihi. Kalau dalam Islam proses pemikiran Tuhannya memang berbeda dengan konsep lain. Dalam Islam konsepnya adalah nalar kita ada yang bisa kita jamah ada yang tidak. Perbedaan Tuhan dan Manusia itu simpel, Tuhan tidak terbatas, sedangkan manusia terbatas. Orang di balik tembok tidak bisa kita lihat. Itu menandakan kita memang terbatas.

    Nah sesuatu yang tidak bisa kita jamah inilah yang menandakan kalau kita ini makhluk terbatas cuma ciptaan Tuhan. That's why ada yang perlu kita percaya (seperti hal gaib), tanpa perlu kita lihat.

    Ketika ada yang bisa menyamakan "model" penglihatan Tuhan dengan bentuk film seperti ini, aku cuma kurang setuju. But semua orang memang punya pendapat yang berbeda :)

    Ulasannya lengkap Kak :D, emang udah ahlinya sih hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyes kak Tri, kalau dibenturkan dengan agama memang gabakalan kelar sih. Agama dan film, jelas berbeda. Si filmmaker mungkin juga punya visi tersendiri, sampai akhirnya menggambarkan Tuhan seperti itu.

      Agama di sisi lain, eksklusif dan hanya milik umatnya yang meyakini. Sementara film, bicara dalam lingkup lebih luas sehingga tembok2 religius kadang diterabas gitu aja. Konsekuensinya jelas sih, bisa baik dan buruk.

      Hapus
  11. Penasaran aku jadi pengen ikutan DM juga. Dia ngambil sudut pandang yang berbeda ya. Jadi unik dan gampang dikenali. Pengghasilan YouTube mrnemang bikin takjub

    BalasHapus
  12. Sudah lama saya tidak bergelut dengan pemikiran yang ilmiah, moderat, akibat rutinitas yang telah berubah. Saat ini, pandangan saya tentang karya seni sedikit berubah. Namun, tetap menghargai seperti apapun usaha orang untuk berkarya dan pemikiran mereka yang beragam.

    Penasaran sih, pengen nontin filmnya. Nggak berani judge benar salah, karena kan belum nonton.

    Memang, dalam agama, Tuhan itu adalah Yang Tak Terbatas. Internet saja bisa luar biasa tahu segalanya. Apalgi Tuhan, pastinya Maha Sumber Data dan Maha Tahu dengan cara dan sistem-Nya. Dalam film, jika Tuhan diumpamakan vlogger, pastinya sih, perkiraan sementara saya, hanyalah sebuah hiburan mengandung kritik. Biasanya begitu sih.

    BalasHapus
  13. Penasaran dengan film pendek ini. Salut dengan ide dan totalitas 34 jam doank ya kak. Tapi juga cukup berani mengambil bahasan ini ya mbak. Soalnya sebagian orang akan sensi dengan tema ini.

    BalasHapus
  14. Gimana cara nontonnya ini kak? Penisirinnnnn. Kalo udah tayang YouTube mungkin udah banyak yg nyinyirin sblm nonton kali yaah, makanya diprivate hmmm.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Langsung DM ko Win aja J, di Twitter, sutradaranya langsung haha

      Hapus
  15. Wah, kalau boleh tau sebelumnya film Winner seperti apa? Mengusung genre apa? Tetep saja dia berani ya mengusung tema seperti ini, kalo mau disejajarkan dengan film barat yang mewujudkan bagaimana Tuhan.
    Kalau melukiskan bagaimana gambar rasul saja sudah menuai beragam kontra, apalagi mensifati bentuk Tuhan yang suka ngevlog.
    Tapi dengan waktu hanya 34 jam saja emang beneran hebat.
    Meskipun saa juga kurang setuju dengan tema yang diangkat, kalo hanya ingin gebrakan.
    Ulasan kak Arai juga lengkap banget, membuka sudut pandang baru bagaimana kiranya reaksi neti tentang film ini.
    Salut bisa lebih realistis mengulas tanpa SARA haha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau lihat dari channel Youtube beliau, kayaknya sih genre 'slice of life' ya film2 dia, ada juga film dokumenter tentang film Lapindo.

      Iyes kak Lint, kadang memang agama dan seni (dalam hal ini film) sering bertumbukan yang akhirnya memicu perdebatan nggak kelar. Bukan berarti agama yang kuno, tapi kalau saya sih lebih menggeser pandangan saja. Agama berbicara dalam lingkup Ilahi, film bicara dalam lingkup manusia yang meskipun tampak sempurna, tetap saja ada kurangnya.

      Hapus
  16. Nilai jualnya dari judul yang kontroversi begini ya. Jujur aku jadi penasaran banget sama film pendek ini. Harus nonton juga kayaknya nih.

    BalasHapus
  17. pasti ada yang komen julid, kok Tuhan seperti itu sih, haha. Film unik yang patut ditonton. Wajar masuk nominasi yaa

    BalasHapus
  18. Aku penasaran. Sepertinya keren Kak. Wah, aku langsung DM deh buat nonton

    BalasHapus
  19. yaampun aku tadi bingung mbak sama judulnya, hahaha ternyata film pendek toh

    duh wajib masukin playlist ah

    unik nih meski rawan kontoversi, hehe

    BalasHapus
  20. Aku sampe baca dua kali loh judulnya wekekek

    Agama dan karya seharusnya bisa bersinergi tanpa harus jadikan Tuhan sebagai objek, karena bakal berat, huhu

    BalasHapus
  21. Kirain udah Koh Winner udah jadi The Winner mba. Hehehe. Masih Desember ya pengumumannya. Jadi ikut deg-degan euy. Film pendek kayak gini menarik loh, sama menariknya ketika kita membaca cerita satu paragraf.

    BalasHapus
  22. Judulnya ini unik banget yah mengandung makna filofis, ah jadi pengen nonton

    BalasHapus
  23. Cukup berani ini sutradaranya buat film dengan tema itu. Tapi asalkan tidak dilekatkan pada sebuah agama baik penuturan langsung atau melalui simbol-simbol, saya rasa ruang perdebatan di publik tidak akan membesar.

    BalasHapus