https://www.idblanter.com/search/label/Template
https://www.idblanter.com
BLANTERORBITv101

Review ’THE TWO POPES’ (2019): Karena Pemimpin Agama Juga Manusia

Senin, 23 November 2020

review THE TWO POPES

Pada dasarnya alasan utama saya membuat review THE TWO POPES ini adalah karena mengisi artikel baru di heyarai.com. Saya sendiri sudah menonton film yang dirilis di Netflix itu pada tahun 2019 lalu.

Namun karena kebetulan beberapa hari lalu saya mengikuti webinar Indonesia Script Writing Workshop yang digelar oleh Netflix, saya akhirnya memutuskan menulis review THE TWO POPES karena memang tugas sebelum webinar adalah menonton film tersebut. Selain THE TWO POPES, ada dua film lain yang juga kebetulan sudah saya tonton yakni SPIDER-MAN: INTO THE SPIDER VERSE (2018) dan GLADIATOR (2000).

Meskipun sudah saya tonton sebelum Natal 2019, saya tetap merasa takjub saat kali kedua menikmati film arahan Fernando Meirelles itu. Saya jadi bingung, mana yang lebih saya sukai antara akting dua aktor utamanya yang memang benar-benar outstanding atau skenario buatan Anthony McCarten yang begitu brilian.

Dibuat berdasarkan buku karya McCarten sendiri, THE TWO POPES memang menyuguhkan cerita yang bahkan jauh lebih menarik daripada kisah aslinya. Bagi kamu yang sering menonton film, tentu tidak heran jika naskah THE TWO POPES memang sangat kuat. McCarten sendiri adalah orang yang bertanggung jawab membuat film-film Hollywood kelas A (yang juga sangat saya sukai) seperti THE THEORY OF EVERYTHING (2014), DARKEST HOUR (2017) dan BOHEMIAN RHAPSODY (2018).

Sebagai pria yang meraih nominasi Oscar untuk THE THEORY OF EVERYTHING dan THE TWO POPES, McCarten memang mampu meramu deretan dialog ajaib antara kedua Paus Agung. Tak heran kalau akhirnya THE TWO POPES menjadi salah satu film favorit saya di tahun 2019, selain AD ASTRA, ONCE UPON A TIME IN HOLLYWOOD, 1917, THE LIGHTHOUSE, FORD V FERRARI, US, AVENGERS: END GAME, MARRIAGE STORY, LITTLE WOMEN, THE IRISHMAN, ONE CUT OF THE DEAD dan tentunya PARASITE.

Sinopsis Film ’THE TWO POPES’

Sebagai film bergenre drama biografi yang diambil dari kejadian nyata (meskipun ada tambahan unsur fiksi), THE TWO POPES mengajak kita mengikuti kehidupan dua sosok penting bagi umat Katolik di seluruh dunia. Mereka adalah Uskup Agung Buenos Aires, Argentina yakni Kardinal Jorge Mario Bergoglio (Jonathan Pryce) dan Kardinal Joseph Ratzinger (Anthony Hopkins) asal Jerman, yang akhirnya terpilih sebagai Paus Benediktus XVI.

Kardinal Bergoglio saat Konklaf di Kapel Sistina
Kardinal Bergoglio saat Konklaf di Kapel Sistina © Walks of Italy

Bergoglio pada tahun 2005 dipanggil ke Vatikan untuk mengikuti Konklaf, yang bertujuan memilih Paus baru, karena Paus Yohanes Paulus II meninggal dunia. Seperti yang sudah kita ketahui, dalam Konklaf yang digelar di Kapel Sistina tersebut, Ratzinger akhirnya terpilih sebagai pemimpin 1,2 miliar umat Katolik di seluruh dunia, sementara Bergoglio ada di posisi kedua.

The most important qualification for every leader is not wanting to be leader. Plato ~ Kardinal Turkson

Kisah berlanjut tujuh tahun kemudian saat dunia digegerkan dengan skandal kebocoran Vatikan (Vati-Leaks) yang membuat nama gereja Katolik dan Paus Benediktus XVI ternodai.

Bergoglio yang ada di Argentina, rupanya berniat untuk mengundurkan diri sebagai Uskup Agung, tapi permintaannya tak ditanggapi Vatikan. Hingga akhirnya Bergoglio memutuskan terbang sendiri ke Roma agar bisa berbicara secara pribadi dengan sang Paus. Sesampainya di Vatikan, Bergoglio justru dibawa ke kediaman musim panas Paus, Istana Puri Gandolfo.

Selama di Gandolfo, Bergoglio dan Paus saling berdebat mengenai peran Tuhan dan pandangan mereka soal gereja Katolik. Kedua pemuka agama ini memang salih berselisih paham soal tradisi Katolik yang menurut Bergoglio harus berubah, tapi sang Paus tetap setia pada aturan. Meskipun berdebat, mereka berdua tetap memperlihatkan kedewasaan dengan bercanda, menonton TV bersama atau bermain musik. Di sela-sela waktu, Bergoglio selalu mengambil kesempatan untuk menyodorkan surat pengunduran dirinya sebagai Uskup Agung, yang ternyata selalu enggan dibahas oleh Paus. Paus Benediktus XVI tegas menolak permintaan Bergoglio, karena hal itu bakal membuat umat Katolik melakukan mosi tidak percaya atas kepemimpinannya, sekaligus pelemahan gereja Katolik.

Paus Benediktus - Kardinal Bergoglio di Gandolfo
Paus Benediktus - Kardinal Bergoglio di Gandolfo © AP News
Hingga akhirnya mereka berdua kembali ke Vatikan karena skandal yang semakin memburuk. Di Ruang Air Mata yang terdapat di dalam Kapel Sistina, Ratzinger mengungkapkan keinginannya untuk mundur sebagai Paus dan meminta Bergoglio sebagai penggantinya.

Dengan tegas Bergoglio menolak gagasan itu dan menjelaskan bahwa dirinya bukanlah orang tepat. Dia bukanlah sosok suci dan justru pernah memiliki sejarah kelam, karena terlibat dalam kediktatoran militer Argentina yang membuat rekan-rekan Yesuit-nya diasingkan dan dibunuh seperti pastor Franz Jalics (Lisandro Fiks) dan pastor Yorio (German de Silva).

Paus Benediktus - Kardinal Bergoglio di Ruang Air Mata
Paus Benediktus - Kardinal Bergoglio di Ruang Air Mata © New York Times

Peristiwa itu bahkan membuat Bergoglio dicopot sebagai Kepala Serikat Yesuit Argentina dan memperoleh cukup banyak hujatan, sampai diasingkan dan menjadi pastor Paroki biasa bagi orang miskin, selama satu dekade.

Seiring dengan waktu dan penyesalan yang dia alami, Bergoglio pun bangkit dan berdamai dengan pastor Jalics. Paus Benediktus XVI mendengarkan pengakuan dosa Bergoglio dan menghibur rekan yang pernah jadi pesaingnya di Konklaf itu.

Kemudian secara mengejutkan, sang Paus juga membuat pengakuan dosa kepada Bergoglio, bahwa dia ternyata mengetahui pelecehan seksual yang dilakukan Marcial Maciel, sang pendeta Katolik Meksiko yang menjadi noda hitam gereja, lantaran terungkap sebagai pecandu narkoba dan pelaku pelecehan seksual sesama jenis serta pedofil dalam jangka waktu lama.

It's not easy to entrust oneself to God's mercy. I know He has a very special capacity for forgetting our mistakes. God forgets, but I don't ~ Kardinal Jorge Bergoglio 

Setahun setelah peristiwa itu, yakni pada 28 Februari 2013, dunia dikagetkan dengan keputusan pengunduran diri Ratzinger sebagai Paus. Dalam sidang Konklaf yang digelar 13 Maret 2013, Bergoglio akhirnya terpilih sebagai pemimpin umat Katolik di Bumi ke-266 dan bergelar Paus Fransiskus.

Review ’THE TWO POPES’ Versi Saya

Menonton 125 menit film yang dipenuhi tradisi agama yang bukan saya yakini dan dialog-dialog panjang, THE TWO POPES jauh dari kata membosankan. Malahan, saya sangat menikmati seluruh suguhan akting serta adu dialog Pryce dan Hopkins yang lugas. Bahkan sekalipun Meirelles meramu film ini dalam adegan maju-mundur, Juan Minujin bisa menghidupkan karakter Bergoglio muda dengan sangat memuaskan.

Namun perhatian saya justru terpusat pada Pryce. Sebagai penyuka serial GAME OF THRONES, saya sebetulnya membenci Pryce kala memerankan The High Sparrow yang menyebalkan itu. Tetapi dalam THE TWO POPES, aktor berusia 73 tahun itu malah mendapatkan simpati penuh dari saya.

Tatapannya saat bercerita soal masa lalu, perilakunya yang begitu spontan, rendah hati dan bijaksana, membuat saya bisa bersimpati pada Bergoglio. Bahkan wajah Pryce yang mirip dengan Paus Fransiskus membuat saya cukup geli, sembari memuji betapa pemilih aktor dan aktris di Hollywood memang tak main-main.

Tetapi pujian yang cukup besar juga layak diterima oleh Hopkins. pemeran Odin, Ayah dari Thor itu bahkan menunjukan kelasnya sebagai Paus Benediktus XVI. Hopkins tampak sangat meyakinkan sebagai Paus yang tegas, begitu dogmatis, bijaksana, konservatif, dan fisik yang melemah.

Apakah saya terganggu menonton film yang berunsur Katolik ini?

Sama sekali tidak!

Karena THE TWO POPES bukanlah film yang mengupas prinsip atau aturan agama Katolik, tapi sisi manusiawi sang pemuka agama, dalam hal ini Paus. THE TWO POPES hadir sebagai suguhan karya seni bersifat universal, memuaskan, dan sangat layak ditonton oleh pemeluk agama apapun.

Lagipula menurut saya, sebuah hal yang tak mungkin jika kadar keimanan seseorang bisa runtuh hanya dalam waktu 125 menit saja, bukan?

Selain itu, pujian juga layak diberikan ke bagian editing dan sinematografi, karena film ini menampilkan beberapa footage dari kejadian nyata, sehingga membuatnya semakin meyakinkan. Belum lagi teknik pengambilan gambar semi dokumenter dan sinematografi memanjakan mata, menjadikan THE TWO POPES makin sempurna.

Paus Benediktus - Kardinal Bergoglio saat bermain piano
Paus Benediktus - Kardinal Bergoglio saat bermain piano © America Magazine
Paduan akting yang sangat brilian dari Pryce dan Hopkins, dialog-dialog istimewa nan menggelitik dari McCarten yang sering berganti dari bahasa Inggris, Spanyol, Italia, Jerman, Latin dan pengarahan teknikal memuaskan dari Meirelles, menjadikan THE TWO POPES sebagai film biografi unik sekalipun berdasarkan skandal serius di dunia nyata.

Karena Pemimpin Agama Juga Seorang Manusia Biasa

Say, ˹O Prophet, that Allah says,˺ “O My servants who have exceeded the limits against their souls! Do not lose hope in Allah’s mercy, for Allah certainly forgives all sins.1 He is indeed the All-Forgiving, Most Merciful.  ~Surah az-Zumar [39]:53

Lepas dari suguhan akting kelas Oscar, THE TWO POPES memang menjadi bukti bahwa pemimpin agama adalah seorang manusia biasa. Mereka juga pernah bertanya-tanya kepada Tuhan, apakah doa mereka didengarkan, apakah perbuatan mereka benar sampai ketakutan telah melakukan dosa besar yang tak terampuni.

Lewat dua sosok Paus Agung yang berbeda doktrin, kita tahu bahwa agama juga berproses. Agama turun dari Tuhan secara sempurna kepada utusan-Nya yang terpilih. Hanya saja ketika agama itu disampaikan dan disebarkan dari manusia ke manusia, ketidak sempurnaan seringkali muncul. Bukan dari ajaran agamanya, begitu pula bukan dari Tuhan yang adalah Dzat Maha Sempurna, tapi dari manusianya, sebagai makhluk yang tidak sempurna.

Hal inilah yang akhirnya muncul dalam skandal Vati-Leaks yang menggemparkan gereja Katolik, sekaligus menjadi salah satu pemicu Paus Benediktus XVI mundur dari tahta. Dalam skandal itu, sejumlah dokumen Vatikan bocor ke publik. Dokumen-dokumen itu berisi laporan korupsi, sekaligus aksi pemerasan dan pelanggaran seksual yang dilakukan Maciel. Skandal ini makin panas pada Mei 2012, ketika seorang wartawan Italia bernama Gianluigi Nuzzi, menerbitkan buku berjudul His Holiness: The Secret Papers of Benedict XVI.

Paus Fransiskus dan Paus Benediktus asli
Paus Fransiskus dan Paus Benediktus asli © The Times
Dalam buku itu, terdapat surat-surat dan memo rahasia antara Paus Benediktus XVI dan sekretaris pribadinya yang membuat publik tahu lembaran kelam di Vatikan yang bertumpu pada kecemburuan, intrik dan kelicikan.

Namun lepas dari itu semua, THE TWO POPES seolah memperlihatkan sisi kemanusiaan seorang pemuka agama. Meskipun seringkali dianggap sebagai Orang Suci, doa-doa mereka juga tidaklah selalu dikabulkan langsung oleh Tuhan. Mereka juga bisa melakukan kesalahan yang mengerikan, mereka juga sah-sah saja meminta pengampunan kepada umat. Bahkan mereka juga seringkali melakukan berbagai kesenangan seperti kita, semisal menonton TV, bermain alat musik atau makan pizza.

Menganggap pemimpin agama adalah seseorang yang suci tanpa dosa, adalah hal mustahil. Sebagai umat beragama, kita sepatutnya menghormati mereka, tetapi juga ikut mengkritisi dan tak selalu mengikuti anjurannya, apalagi jika sudah tak sesuai dengan yang tertulis dalam kitab suci.

Religion is the clearest telescope through which we can behold the beauties of creation ~ William Scott Downey


Author

Arai Amelya

I'm a driver, never passenger in life

  1. Wah suka sama review filmnya. Memang pemimpin agama bukanlah sosok sempurna. Mereka bisa salah dan kadang meragukan imannya sendiri.

    BalasHapus
  2. Penasaran deh sama kekuatan dialognya yang ga bakal bosenin. Semoga berkesempatan buat monton film two popes ini.

    BalasHapus
  3. Menarik nih filmnya. Karena pemimpin agama juga manusia, bener ini. Tak ada manusia yang sempurna. Aku jadi pengen nonton filmnya.

    BalasHapus
  4. Mbak aku juga sempat ikutan, tapi karena sambil ngerawat ibuk mertua nggak bisa fokus ikutan webinar. Kebagian yang spiderman dikit. Tapi keren banget lho mendetail ya pas penjabarannya. Aku belum nonton film ini, jadi penasaran juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah, mbak Nyi juga di webinar yang sama? Aku kebetulan ikut dari awal sampai terakhir, gillss materinya daging banget. Seru. Sampe SS poin-poin pentingnya. Coba Netflix sering bikin acara gini yah, hahaha. Atau Viu, Iflix, KlikFilm, Disney+, semua deeh. Aku ikutin terus mwkkw.

      Lhah, kmaren kan tugas webinarnya nonton THE TWO POPES, mwkwkw. Untung nyambung ya pas Chris jelasin

      Hapus
  5. Aku bacanya pelan2 sampai habis. Penasaran sebenernya apa yang pgn disampaikan. Ternyata tentang sisi kemanusiaan seorang Paus. Bukan Tuhan bukan jg Nabi yaa. Jadi yaa manusiawi kalo pernah salah jg

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyes, bukan Tuhan atau Nabi yang dibahas di film. Tapi sang pemuka agama, sosok manusia biasa yang juga berdosa, merasa doanya tidak didengar dan bisa melakukan hal2 kocak layaknya manusia biasa

      Hapus
  6. Saya jadi penasaran mau nonton film ini sepertinya menarik untuk diulas dari sisi yang lain.

    BalasHapus
  7. Ternyata Netfilz ngadain Workshop juga ya. Aku baru tau loh. Sering emang ngadain workshop ? Jadi pengen ikutan juga. Seru kayanya.

    BalasHapus
  8. Hei, Arai!

    Aku juga suka nih plot cerita yang maju mundur, jadi berasa filmnya lama, tapi seru, karena bisa ngeliat masa lalu. Ini film seru deh..

    BalasHapus
  9. Pemuka agama juga manusia, bisa salah bisa lupa. Tp kadang seolah kl pemuka agama selalu benar.
    Film ini sptnya menarik ya, jd pengen nonton juga 😀🙏

    BalasHapus
  10. sepertinya menarik nih mb, apalagi diangkat dari kisah nyata, biasanya sih membekas banget alurnya. suwun infonya mb, weekend nonton kuy, he

    BalasHapus
  11. Saya termasuk penggemar aktor Anthony Hopkins. Saya yang enggak suka thriller, sempat bela-belain ngintip dikit aktingnya jadi Dr. Hannibal, walaupun banyak adegan yang saya cepetin, saking takutnya hehehe. Aktingnya beliau tidak pernah mengecewakan, sih.

    Keren review filmnya, kakak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkkwk, bener. Silence of the Lambs itu memang film dengan peran Hopkins paling ikonik. Bikin kebayang si Hannibal, ak habis nonton itu kayak syok dn insekyur sendirian mwkwkw.

      Udah nonton Hopkins di Remains of the Day, mba? Si Kakek jadi Mr.Stevens yang oksss juga

      Hapus
  12. Jadi penasaran Kak filmnya, apalagi berdasarkan kisah nyata. Kayaknya Kak Arai emang ahli banget review film hihi.

    BalasHapus
  13. heu-heu kudu pelan-pelan ngunyahnya. aku butuh guide ini kalau nonton wkwkwk

    BalasHapus
  14. Bagus ini filmnya mbak. Bisa ditonton online gak mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa mbak Alif, aku nonton dua kali di Netflix hehe

      Hapus
  15. Anthony Hopkins adalah aktor favorit aku, sampai follow IG nya dan emang seperti juga trailernya, dia suka main piano bareng kucingnya.

    Sayang banget saya udah berhenti berlangganan netflix nih, karena sudah ada amazon prime. Kayaknya mesti langganan lagi setelah baca resensi Arai kali ini. hihihi

    BalasHapus
  16. ini sebenarnya jadi pengingat kita, tidak perlu terlalu mengagungkan tapi juga tidak perlu sampai sebenci bencinya ketika sosok orang yang menjadi pesohor entah itu ulama dan lainnya melakukan dosa yaa.

    bagus banget ini film dan tentunya review Arai nih suka mendalam, detail dan jeli deh, sukaaa

    BalasHapus
  17. Betul ka tidak ada manusia yg sempurna tanpa cela, bahkan pemuka agama sekalipun.. film dg tema yang unik.. digarap dg totalitas, film2 Netflix memang recomended ya ka

    BalasHapus
  18. Reviewnya lengkap banget Kak. Aku jadi penasaran itu sama film ini. Kudu nonton biar tau betapa menyentuhnya kisah para orang suci ini.
    Bener ya kak.. kalo setiap orang tidak ada yang terlepas dari dosa.

    BalasHapus
  19. Biasanya tuh cerita di buku lebih menarik dan seru dibandingkan cerita film, kalau di film ini sebaliknya jadi penasaran ingin membuktikannya

    BalasHapus
  20. Saya juga termasuk orang suka menonton film-film layar lebar. Cerita di atas sudah kubaca dan menarik benang merahnya bahwa setiap manusia itu pasti ada salah, dan penuh dengan dosa (bukan orang suci). Namun, setiap orang berhak untuk mencoba menjadi lebih baik untuk akhlak dan sifatnya.

    BalasHapus
  21. Sinopsis Cerita Film yang mneyentuh hati setiap manusia tempatnya salah itu sih yang saya maknai..sepertinya mau cari filmnya juga untuk ditonton

    BalasHapus
  22. Inilah yang memang harus ditunjukkan oleh seorang tokoh agama. Meski dalam film, tapi pasti memberikan pesan moral penting. Seorang tokoh agama selayaknya selalu menekankan bahwa ia tak sempurna. Manusia biasa.

    BalasHapus
  23. Saya pikir bakal membosankan nontonnya Mbak ternyata nggak ya malah habis baca review ini saya jadi penasaran,hehe. Ternyata filmnya udah dari 2019 ya ini

    BalasHapus
  24. Jadi penasaran mau nonton film The Two Popes kak, dari film ini manusia memang tidak ada yang sempurna sekalipun sudah menjadi tokoh agama,

    BalasHapus
  25. Setuju Mbak, yg namanya pemimpin agama itu ya tetap manusia biasa kayak kita. Masih memiliki hawa nafsu dan juga tidak suci seperti malaikat. Nice review The Two Popers ya, tfs

    BalasHapus
  26. Menarik ulasannya. Sepakat, pemimpin agama juga manusia, pasti juga ada khilaf dan salahnya. Nggak cuma urusan agama sih, setiap pemimpin juga pasti ada khilafnya, jadi yang dipimpin juga nggak boleh cinta buta, harus mau mengingatkan kalau pemimpinnya berbuat kesalahan

    BalasHapus
  27. meski nonton 2019 tapi tetap ingat ya mbak arai, wah menarik sih tapi ku tak sanggup nonton ga ada oppa-oppanya eh..ini oppa juga deh..

    BalasHapus
  28. Wah kayaknya harus masuk list nih mbak.

    Seru.

    Bner bgt..pemuka.agama sekalipun tetep manusia biasa yang mempertanyakan apakah semua doa doanya didengarkan Tuhannya.

    Fix menarik. Thx review-nya mbakk

    BalasHapus
  29. Tidak menyangka ya, jika pemuka agama saja bisa sampai melakukan perbuatan tercela seperti pecandu narkoba dan pelecehan seksual. Yah, Karena pada dasarnya manusia punya nafsu. Jadi semua mungkin saja terjadi.

    BalasHapus