"Dah ah, aku nggak mau lagi ngejar artis. Lihat aja nanti, mereka yang bakal butuh dan ngejar aku,"
Celetukan itu pernah saya lontarkan saat duduk di bangku SMA, setelah letih mengejar Afgan yang sedang datang ke kota Malang. Ya, saya tidak malu mengakui kalau masa-masa remaja selalu diisi dengan kegilaan akan sosok artis dan keinginan untuk bisa foto atau sekadar dapat tanda tangan bareng.
Namun mungkin karena terlalu letih jalan ke sana ke mari dan nggak bisa foto bareng Afgan karena diusir oleh bodyguard-nya, saya akhirnya menyerah dan ogah lagi ngejar-ngejar artis Indonesia. Saya pun bilang ke teman kalau nanti akan ada waktu para artis itu membutuhkan saya.
Empat tahun berselang sejak celetukan konyol itu, saya diterima menjadi jurnalis sekaligus editor/writer di KapanLagi.com®.
Yes! One of the biggest entertainment site in Indonesia, baby!
Jangankan Afgan, selebritis di Indonesia mah bakal ngejar-ngejar saya karena butuh diberitain kalau gini ceritanya.
Sebetulnya tidak hanya sekali saja kalau ucapan-ucapan yang kadang terlontar tanpa sadar itu, beberapa tahun kemudian berhasil terwujud.
di MRT Singapura setelah semalam tidur ngemper di bandara Changi |
Tuhan sepertinya sangat mencintai saya.
di atas Tanjakan Cinta - Ranu Kumbolo |
Pernah juga saya yang di masa muda ini begitu menggilai Super Junior, sempat berujar ingin menonton konser mereka. Sebagai perempuan kampung asli Malang, menonton SuJu secara live terdengar impossible to happen. Namun itu terwujud saat saya backpacker ke Singapura. Bahkan lebih gilanya lagi, KapanLagi memberikan hadiah ulang tahun terbaik di tahun 2012, saat saya menonton SuJu konser selama tiga hari berturut-turut di Jakarta! mencapai puncak Penanggungan
Dan konyolnya, semua itu awalnya cuma keluar dari celetukan iseng di sela makan siang.
snorkeling di pantai Tiga Warna
Bukan hanya sekali-dua kali ucapan soal keinginan-keinginan tak masuk akal itu berhasil terwujud. Saya termasuk yang sangat beruntung bisa melakukan solo travelling dua kali yakni ke Solo dan Balikpapan, menjejak di puncak Penanggungan, melihat kawah gunung Ijen, menikmati keindahan Baluran, snorkeling di Gili Labak sampai meletakkan kaki di garis Khatulistiwa
solo travelling di Balikpapan |
Namun apakah semua ucapan mengenai mimpi dan keinginan itu selalu berhasil?
Jawabannya adalah tidak.
Keterpurukan Mengulang di Tahun 2016
Sebelum masuk di KapanLagi, saya sebetulnya sudah cukup menyerah dengan hidup. Saya yang waktu itu lulus SMA, begitu ingin masuk ke IKJ (Institut Kesenian Jakarta) dan mengambil jurusan kepenulisan skenario di Fakultas Film dan Televisi.
Saya bahkan sudah berangkat dari Malang dan ikut tes di Cikini. Nama saya lolos sebagai calon mahasiswa IKJ. Namun impian itu gagal terwujud karena kondisi perekonomian keluarga sedang buruk-buruknya, serta bagaimana kehidupan IKJ yang dianggap paman saya di Bekasi, tidak baik untuk perempuan. Kekecewaan membuat saya berontak dan enggan kuliah. Bagi saya, kampus selain IKJ tak akan bisa membuat saya bahagia.
Keterpurukan yang saya rasa tak akan pernah kembali itu terjadi lagi di 2016, ketika saya akhirnya memutuskan keluar dari KapanLagi.
liputan konser Super Junior di Indonesia |
Keinginan untuk memulai bisnis kuliner tidaklah seindah harapan. Lagi-lagi keluarga saya dihantam masalah ekonomi yang begitu berat dan sampai melibatkan keluarga besar. Saya jatuh ke titik paling rendah, mengecewakan banyak orang, kehilangan banyak teman dan juga harapan.
Butuh waktu lebih dari tiga tahun untuk saya bisa kembali menemukan keberanian. Bahkan saya sampai divonis mengalami depresi oleh psikiater dan terpaksa bolak-balik ke asylum, meskipun akhirnya kini berhasil terlepas dari berbagai obat antidepresan.
Dan ketika pandemi Covid-19 menghantam dunia, banyak orang yang terpaksa memadamkan impian mereka, saya justru menemukan impian yang seolah sudah terlalu lama bersembunyi di titik terdalam lobus temporal kiri dan kanan otak saya, yakni amigdala.
Impian itu adalah menjadi seorang penulis skenario.
Kemudian yang kamu perlukan hanyalah kaki yang akan melangkah lebih jauh, tangan yang akan berbuat lebih banyak, mata yang akan melihat lebih lama, tekad yang setebal baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras. serta mulut yang selalu berdoa ~ Donny Dhirgantoro
Film, Skenario dan Terus Travelling
Kalau disuruh memilih siapakah sosok yang sangat mempengaruhi cita-cita dan impian saya, maka itu adalah Ayah dan Ibu.
Berkat Ayah saya yang suka menonton TERMINATOR 2: JUDGMENT DAY (1991) di kaset VHS sejak saya SD, saya jatuh hati dengan film. Saya bahkan suka menemani Ayah menonton film-film China dan selalu berselisih mana yang lebih keren antara Andy Lau dengan Tony Leung. Ketika banyak gadis-gadis remaja seumuran saya begitu suka mengoleksi Kawanku, Gadis atau Aneka Yess, saya justru membeli Cinemags yang butuh menabung uang saku sehari-hari untuk beli edisi terbaru tiap bulan di Gramedia.
Sementara Ibu, adalah inspirasi terbesar bagi saya. Ibu adalah bukti bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.
Ibu saya melewati masa remaja sebagai anak yatim-piatu dari Simaung, pedalaman Palupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat sana. Sebagai anak Minang yang masih berusia belia, Ibu berani merantau ke ibukota Jakarta. Perjalanan Ibu tidak berhenti di sana, etek (tante) mengajak Ibu bermukim ke Hong Kong karena suaminya ditugaskan di KJRI (Konsulat Jenderal Republik Indonesia). Di Hong Kong pula, Ibu bertemu dengan belahan jiwanya, Ayah saya.
Bayangkan, dua orang berbeda suku, satu di pedalaman Bukit Barisan dan satu di kaki gunung Kawi bisa bertemu di luar negeri dan kemudian menikah. Bahkan keluarga kami dimulai dengan sesuatu yang sebetulnya impossible to happen.
Ayah - Ibu - adik - kakak |
Ya, saya memang sangat suka menulis cerita. Ada berlembar-lembar file mengenai naskah novel yang pernah saya buat. Kapitalisme membuat saya melupakan impian itu bertahun-tahun lamanya. Namun di tahun 2020 kemarin, impian itu mulai menemukan hulunya.
Di tengah kesibukan saya sebagai freelance writer, saya bergabung dengan kelas-kelas kepenulisan skenario online. Beruntung, kelompok ini mendistribusikan naskah yang terpilih ke production house (PH) FTV di salah satu TV nasional. Yang lebih asyik lagi, di kelompok scriptwriter ini, saya bertemu dengan salah satu penulis naskah yang memang sangat saya hormati, Endik Koeswoyo.
Gilanya lagi, bulan lalu, sinopsis saya dipilih om Endik untuk diajukan ke sebuah PH untuk pembuatan series. Meskipun mungkin peluang di-acc dan cerita itu di-syuting tidak tentu, saya sudah cukup bangga karena sinopsis saya bisa menarik perhatian. Sama seperti rasa puas saya berhasil mengikuti kompetisi penulisan skenario, kendati mungkin juga peluang terpilihnya tidak terlalu besar.
naskah skenario A THREAD yang saya buat |
Sebuah pembuktian kalau otak saya ini masih berguna. Masih bisa diajak berpacu untuk mengejar mimpi yang sudah lama terpendam sarang laba-laba.
Hanya saja masalah kembali muncul di tengah tingginya keinginan saya menulis skenario.
Saya tidak memiliki gawai yang mumpuni.
Problem ekonomi keluarga bertahun-tahun lalu membuat saya harus melupakan keinginan untuk memiliki laptop lagi. Alhasil, seluruh pekerjaan saya sebagai freelance writer, semua terjadi di komputer tua Intel Core i3 dengan monitor yang bergaris tengah.
tampilan monitor komputer PC kerja |
Dalam kondisi seperti ini, saya pun kembali berceletuk, "Enak kali ya kalau punya laptop yang bisa diajak kerja, nulis skenario, nonton film juga. Punya layar lebar, mesin powerfull dan pantas diajak hidup keras."
Dan jawaban dari celetukan itu adalah ASUS VivoBook 15 A516.
Kenalan dengan ASUS VivoBook 15 A516
Ada banyak sekali laptop, kenapa harus ASUS sih, Rai?
Coba kalian baca informasi berikut ini:
“Komputer masa kini memiliki tampilan berbeda karena mereka memang berbeda. Dengan solid-state drive (SSD) dan teknologi terkini, Anda mendapatkan kecepatan, keamanan, ketahanan, dan desain yang cantik. Kami telah melakukan jajak pendapat, dan hasilnya, orang-orang lebih senang saat bepergian dengan PC modern.”
“Nikmati semua manfaat dengan PC yang lengkap – PC sudah termasuk Office Home & Student 2019. Aplikasi Office versi lengkap (Word, Excel dan PowerPoint) memberikan semua fungsi yang dibutuhkan dan diharapkan oleh penggunanya. Penggunaan aplikasi Office seumur hidup dapat memastikan Anda untuk selalu memiliki akses ke fitur yang Anda kenal dan sukai. Dilengkapi dengan 100% aplikasi Office asli, software juga akan terus mendapatkan pembaruan keamanan yang rutin untuk melindungi perangkat, program dan data Anda.”
“Laptop dengan prosesor Intel® Core™ 10th Gen series ke atas didesain untuk performa dan mobilitas. Dengan efisiensi yang tinggi serta dimensi thin and light, laptop menawarkan peningkatan performa dan produktivitas untuk penggunanya. Konektivitas WiFi generasi terbaru juga memungkinkan transfer data 3x lebih cepat dibanding generasi sebelumnya.”
Orang yang nggak terlalu ngerti soal hardware dan software macem saya aja paham kalau ASUS VivoBook 15 A516 ini memang layak jadi incaran banyak orang. Tapi karena kehidupan keras yang saya jalani, membuat saya sebetulnya tak mudah percaya dengan klaim, saya pun mencoba mencari tahu apakah memang VivoBook 15 A516 ini patut untuk diincar.
Performa Kencang Anti Tegang
Kalau kalian menggunakan PC tua saya, tentu harus siap mendadak tiba-tiba layar nge-hang karena terlalu banyak membuka tab aplikasi. Firefox, Word, Player Music dan Trelby (software menulis skenario) yang dibuka bersamaan bisa membuat PC saya mudah pusing.
Namun ASUS VivoBook 15 A516 tampaknya tak akan bernasib sama.
Mau bernasib sama gimana, lha wong prosesor yang dipakai ini Intel® Core™ i5 generasi ke-10. Jangankan buka Firefox, Word dan Trelby, sekalian jalanin Chrome, Photoscape dan selingan Zoom aja jelas tanpa masalah. Laptop ini jelas nggak bakal pusing apalagi memori yang dipakai sudah RAM DDR4 sebesar 8GB.
Tjuy, memori 8GB mah bikin multitasking sambil game online tetap melaju kencang boi! Karena makin besar kapasitas RAM sebuah laptop, artinya perangkat itu makin lancar dalam menjalankan berbagai aplikasi dalam satu waktu.
Grafis Mulus Layar Super Alus
Masih berkaitan dengan performa kencang, urusan tampilan visual ASUS VivoBook 15 A516 ini juga tidak main-main. Penggunaan kartu grafis NVIDIA MX330 membuat laptop ini bisa memberikan tampilan grafis lebih tinggi. Saya jadi membayangkan bermain Ragnarok Online kembali, salah satu game MMORPG favorit ketika saya masih sekolah dulu.
Dan kartu grafis yang kencang itu didukung dengan layar Full HD selebar 15,6 inci. Hasilnya, mata ini tentu akan sangat puas menonton oppa-oppa dengan wajah mulus tanpa pori-pori itu di layar. Selain layar yang begitu luas, hal lain yang saya sukai dari monitor ASUS VivoBook 15 A516 ini adalah jarak layar ke sisi pinggir yang tipis. Nggak heran sih, perbandingan screen-to-body sampai 83%.
Namun kalian pasti melongo kalau tahu layar ASUS VivoBook 15 A516 ini punya sudut pandang hingga 178 derajat. Artinya meskipun kalian menonton dari samping misalnya saat ingin rebahan di kasur, layar dengan lapisan anti-glare ini bahkan masih tajam terlihat. Termasuk kalau mau nongkrong di cafe outdoor sambil memamerkan kehidupan fana ini, nggak perlu cemas kena pantulan sang surya.
Memori Lega Tak Bikin Gulana
Tentu saja saya karena kondisi ini, saya akhirnya butuh perangkat dengan memori yang super lega. Beruntung, laptop ASUS VivoBook 15 A516 punya ruang penyimpanan ganda yakni HDD 1TB dan SSD 256GB. Yes, kalian nggak salah baca. HDD sudah 1TB dan ditambah dengan SSD yang sudah pasti punya kecepatan read - write lebih kencang, sebesar 256GB. Artinya, ini foto dari saya kecil sampai setua ini bakal bisa masuk semua, termasuk video-video aib saat teman tertidur dengan posisi mulut terbuka, dapat saya amankan.
Namun selain foto dan video, saya sangat ingin mengamankan naskah-naskah novel yang pernah saya tulis, termasuk beberapa skenario iseng yang pernah saya selesaikan dulu. Sebagai sebuah pengingat bahwa saya pernah bisa menulis dengan imajinasi yang begitu gila.
Tak perlu cemas juga kalau laptop dibawa solo travelling seperti dulu, naik-turun sepeda motor dan terkena benturan, karena ASUS VivoBook 15 A516 punya fitur peredam getaran HDD E-A-R® yang mampu melindungi dta di dalam HDD dan SSD dari benturan. Bahkan adanya logam di bawah keyboard membuat komponen-komponen hardware penting terlindungi maksimal.
Laptop Mudah Dibawa Tanpa Bikin Otot Merana
Dulu alasan saya tidak suka punya laptop adalah karena malas harus bawa berat-berat. Apalagi dengan mimpi saya ingin solo travelling ke Asia Tenggara sebelum usia 35 tahun, rasa-rasanya membawa laptop bakal merepotkan. Namun ASUS VivoBook 15 A516 sudah pasti tak masuk hitungan karena kendati tampilannya begitu lega dan lebar, bobotnya hanya 1,8 kilogram saja.
Desainnya yang ringkas dan compact dengan ketebalan 1,99 cm, membuat ASUS VivoBook 15 A516 begitu mudah dibawa. Dengan charger anti ribet, semakin membuat laptop ini sama sekali tidak merepotkan.
Belum lagi dengan tampilan bodinya yang sangat memukau, ASUS VivoBook 15 A516 sungguh jauh dari kesan pasaran. Konsep minimalis yang diusung ASUS membuat saya sudah jatuh hati dengan varian warna slate grey saat pertama kali melihatnya.
ASUS juga tampaknya paham betul kalau saya termasuk orang yang bertah berlama-lama mengetik di depan komputer. Supaya tidak mudah pegal, tombol keyboard ASUS VivoBook 15 A516 ini sudah dilengkapi key travel selebar 1,4mm, sehingga sangat cocok dipakai mengetik skenario dalam waktu lama. Bahkan ketika terpaksa bekerja di luar ruangan yang cukup redup, keyboard laptop ini bisa mengeluarkan cahaya alias berteknologi backlit.
Mudah Terhubung Tanpa Salah Sambung
Hal terakhir yang makin menguatkan saya untuk memiliki ASUS VivoBook 15 A516 adalah perihal konektivitas. ASUS sepertinya paham betul kalau laptop ini bakal dipakai mobile sehingga sejumlah fitur konektivitas dilengkapi mulai port USB Type-C, USB Type-A, HDMI, combo audio jack sampai WiFi 5 (802.11ac) dan Bluetooth 4.1.
Ah, saya jadi ingat waktu transit di Malaysia hendak terbang ke Thailand beberapa tahun lalu.
Waktu itu saya mendadak harus melakukan revisi untuk artikel yang segera tayang. Namun karena laptop milik rekan saya begitu lambat terhubung dengan jaringan WiFi bandara KLIA, membuat pekerjaan saya tersendat dan kami hampir-hampir ditinggal pesawat Air Asia yang hendak bertolak ke bandara Don Mueang di Bangkok. Alhasil, saya dan tiga teman lainnya berlarian di sepanjang bandara seperti Cinta yang hendak mengejar Rangga.
Dan, ah jangan lupakan kehadiran MyASUS.
Di mana fitur ini memungkinkan smartphone saya bisa selalu terhubung dengan
ASUS VivoBook 15 A516. Mulai dari menampilkan pesan di ponsel, menelepon dari laptop hingga transfer data yang sudah pasti makin singkat.
Sungguh, ASUS VivoBook 15 A516 ini adalah perangkat impian hamba!
Petualangan yang Sebenarnya Baru Dimulai
Membayangkan saya nongkrong di sebuah cafe dengan ASUS VivoBook 15 A516 di depan saya dan layar memperlihatkan naskah skenario yang tengah dikerjakan, tentu adalah sebuah impian yang sebetulnya sangat gila, bahkan untuk ukuran saya sendiri.
Buat saya, menjadi penulis skenario di usia yang rekan-rekan saya sudah pada menikah dan punya anak ini bukanlah hal mudah. Suara-suara sumbang dan berbagai ketakutan, belum lagi daya kreatif yang semakin berkarat membuat saya seperti Thor yang butuh kekuatan setengah mati untuk bisa menggerakkan inti bintang yang sudah padam di Nidavellir.
Namun, apalah asyiknya hidup ini jika kita tak berani bermimpi?
Hidup cuma sekali dan mau membiarkan harapan itu cuma jadi khayalan?
Rasa-rasanya saya tak mau lagi hidup seperti itu. Dan saya harap dengan semakin tingginya kepercayaan diri, ASUS VivoBook 15 A516 akan hadir menjadi teman sejati karena dia adalah laptop impian saya saat ini.
Bermimpi dan berdoalah. Karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu itu ~ Andrea Hirata
Artikel ini diikutsertakan dalam ASUS - 15 Inch Modern PC Bigger Dream, Wider Screen Writing Competition bersama dewirieka.com
Wah, seru banget ya mbak, berawal dari celetukan konyol akhirnya nggak cuma ketemu artis, bisa jalan-jalan ke mana aja :)
BalasHapusCeletukannya diijabah sama Allah. sekarang kenyataan ya, artis yang butuh diblowup ke berita, biar pamornya nggak tenggelam. Apalagi sekelas Kapanlagi.com yang sudah populer banget sejak puluhan tahun yang lalu. Yaah sayang banget ya harus keluar dari Kapanlagi.
BalasHapusASUS Vivobook 15 A516 ini, selain powerful, layarnya juga luas, jadi enak banget untuk bekerja dan bermain. Cocok deh buat para konten kreator. Nice story. Good luck buat lombanya ya.
Wah, pasti seru banget ya jadi penulis skenario. Sering nonton dan ceritanya emang seru dan selalu bikin penasaran. Apalagi kalau punya laptop ASUS ini, pasti jadi makin lancar proses menulisnya.
BalasHapusMakanya kadang ada yang bilang untuk berhati-hati dengan ucapan. Karena ucapan bisa menjadi doa.
BalasHapusKita butuh berucap yang baik-baik saja. Harapan yang besar dan terbaik. Agar yang terwujud tidak jauh dari itu.
Dengan dibekali laptop canggih seperti ASUS 15 A516, maka tidak ada lagi hal yang mustahil untuk diraih. Semua inshaAllah bisa.
Semangat.
Salut sama penulis skenario, trutama skenario sinetron. Karena ceritanya gak abis abis hahaha. Semoga impiannya tercapai ya
BalasHapusMeski PC tua dan kadang ngambek, tapi sudah bisa dipakai untuk berkarya sampai sekarang. Semangatnya luar biasa. Dan pandai bersyukur serta dekat dengan keluarga. Mbak Aray sosok pemudi yang akan punya karya luar biasa....
BalasHapusSemoga dapat laptop yang ini ya
Wiih. Keren. Penulis skenario. Angkat topi lah. Kalau begitu kita harus hati-hati ya mbak dengan celetukan. Hehe . Banyak yang terkabul soalnya. Pekerjaan kita termasuk penulis skenario, bakal makin lancar ya mbak kalau punya ASUS VivoBook 15 A516. Performanya gahar, layarnya luas pula. Jadi puas kerjanya.
BalasHapusNamanya otak kreatif tu seringkali bekerja optimal di mana aja ya Kak. Makanya pas banget nih kalau pake vivobook ini buat traveling sekalian kerja ya kan...
BalasHapusASUS Vivobook 15 A516 punya layar yang lega. Karenanya asyik buat diajak ngonten apalagi bikin draft skenario. Semoga cita-citanya selalu terkabul ya, mbak.
BalasHapusIni cerita atua tulisan kesekian tentang mimpi yang saya baca hari ini. Semua orang berhak bermimpi memang, tapi tidak semuanya yang mau bangkit dan berjuang. Saya belajar banyak dari semangat Mbak Arai untuk mewujudkan impiannya di tulisan ini. Semoga dapat perangkat yang lebih baik agar lebih produktif menulis naskah. Mudah-mudahan dapat ASUS VivoBook 15 A516 ini. Aamiin
BalasHapuskeren banget penulis scenario,,, semoga makin produktif nulis naskah engan laptop asusnya ya nnti mbak sayy,, amin ya rabb
BalasHapusWah, keren nih pengalaman kak arai. Menjadi scenario film itu menurut ku tidak mudah lho, tapi semoga bisa tercapai ya kak... semoga bisa meminang laptop ini dan ditunggu karyanya.aamiin.
BalasHapusWah keren sekali kak, semoga mimpinya cepat tercapai ya kak, Asus bisa banget mengubah mimpi berasa dreams come true..
BalasHapusLuar biasa banget ya seorang Arai. Jadi ingat Arai di novel sang pemimpi nya Andrea Hirata. Berkali-kali terpuruk tapi tak membuat patah harapan. Dan itu yang saya lihat dari Arai di kehidupan nyata.
BalasHapusSemoga sukses yaaa jadi penulis skenario handal. Dan semoga menang lomba Asus ini. Biar bisa dapatin ASUS VivoBook 15 A516 dan semakin produktif nulis skenario.
Perjalanan indah untuk meraih impian, tetap semangat
BalasHapusKeren banget Kak Arai, semoga jadi Penulis Skenario yang melesat dengan ide menarik dalam setiap cerita yang dibuat. Apalagi kalo pakai laptop ASUS VivoBook 15 A516, makin semangat deh meraih mimpi.
BalasHapusSelamat datang di dunia penulisan skenario. Gak ada hari tanpa laptop loh dan siap siap mantengin laptop hampir 24 jam nonstop. Pokoknya mantapkan hati dan bikin terus happy. Karena dengan hati yang senang, pekerjaan apapun jadi menyenangkan.
BalasHapusMantap mba cita-citanya dan semoga yang diharapkan kenyataan dan jadi terwujud
BalasHapusWah saya pengen sekali belajar skripwriter sampai saat ini belum menemukan guru yg tepat. Dengan menggunakan Asus kita bisa belajar membuat skrip yah...
BalasHapus