https://www.idblanter.com/search/label/Template
https://www.idblanter.com
BLANTERORBITv101

Review ‘PENGABDI SETAN 2: COMMUNION’ (2022): Kengerian Brutal yang Tak Lebih Baik

Senin, 08 Agustus 2022
Review Pengabdi Setan 2 Communion
Sepanjang aku suka menonton film sejak kecil, hanya ada beberapa karya sekuel yang menurutku mampu melampaui pencapaian film sebelumnya. Pencapaian di sini tak hanya dari segi kualitas cerita, tapi juga box office.

Beberapa film sekuel berhasil yang kebetulan juga sangat kusukai itu adalah THE GODFATHER: PART II (1974), STAR WARS EPISODE V: THE EMPIRE STRIKES BACK (1980), TERMINATOR 2: JUDGEMENT DAY (1991), TOY STORY 2 (1999), THE LORD OF THE RINGS: THE TWO TOWERS (2002), SPIDER-MAN 2 (2002), THE DARK KNIGHT (2008) dan tentunya TOP GUN: MAVERICK (2022).

Padahal jika dipikir-pikir, ada banyak sekali film-film sekuel yang dirilis Hollywood. Film favoritku di masa remaja dari franchise Harry Potter saja tidak kumasukkan, karena memang pencapaian lebih baiknya dari pendahulu ‘hanya’ dalam segi box office dan efek CGI sihir makin memukau.

Meskipun tidak kuanggap buruk, pada dasarnya merilis sekuel memang pekerjaan yang berat bagi setiap sutradara, penulis naskah dan semua pihak yang terlibat dalam industri kreatif ini.

Penonton tentu memiliki ekspektasi yang tinggi akan karya sekuel sehingga membuat produser dan sineas seolah diwajibkan memberi film lanjutan yang tak hanya lebih besar dari segi budget, tapi juga cerita, pemain, efek CGI yang dipakai hingga segalanya, untuk mampu mencapai status sekuel berkualitas dan sukses besar.

Alhasil, menemukan film sekuel yang mendekati, sejajar atau bahkan mengalahkan pencapaian film pertama terbilang cukup sulit.

Hence, they are all rare breeds.

Tanggung jawab berat itu pula yang tampaknya harus dialami seorang Joko Anwar (Jokan) lewat PENGABDI SETAN 2: COMMUNION (2022).

Dibuka langsung dengan adegan flashback, COMMUNION tampaknya tak mau bertele-tele di bagian pertama film. Jokan menyadarkan kita bahwa teror yang dialami keluarga Suwono pasca meninggalnya Ibu/Mawarni (Ayu Laksmi), hanyalah puncak gunung es yang kecil.

Ditarik mundur ke tahun 1955, kita diajak mengikuti Budiman Syailendra (Egi Fedly) muda yang menuju Lembang. Bak seperti penculikan, kedatangan Budiman ke Bosscha itu rupanya atas perintah Mayor Heru Kusuma (Rukman Rosadi), untuk menyaksikan peristiwa janggal.
adegan PENGABDI SETAN 2 COMMUNION (3)
barisan pocong bersujud di Bosscha
Namun apa yang dilihat Budiman itu jelas sesuatu yang tak hanya sekadar mengerikan, tapi juga jahat. Bahkan mampu mengubah Bosscha yang selama bertahun-tahun di benakku tampak menyenangkan berkat PETUALANGAN SHERINA (2000), menjadi tempat horor yang tak nyaman dipandang.

Sebuah rahasia kelam yang disimpan rapat-rapat oleh Jokan selama lima tahun, hingga akhirnya kita berkenalan dengan sosok iblis bernama Raminom.

Kisah kemudian kembali ke tahun 1984. Tiga tahun pasca teror mematikan dalam PENGABDI SETAN (2017) dan kehilangan si bungsu Ian (Muhammad Adhiyat) yang dijemput iblis, Bapak/Bahri (Bront Palarae) kini tinggal di sebuah rusun di kawasan utara Jakarta bersama ketiga anaknya, Rini (Tara Basro), Toni (Endy Arfian) dan Bondi (Nasar Anuz).
keluarga Suwono di rusun baru
Rusun setinggi 14 lantai di tepi pantai yang tidak terawat dan tak memiliki tetangga itu tentu menjadi harapan baru keluarga Suwono. Rini yang sudah bekerja di pabrik dan memperoleh beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya, Toni yang sudah makin dewasa dan sudah mengenal cinta, serta Bondi yang beranjak remaja dan memiliki dua teman baru sesama penghuni rusun yakni Ari Gunawan (Fatih Unru) dan Darto Suhaimi (Moh Iqbal Sulaiman).

Kehidupan mereka tampak cukup normal untuk keluarga yang pernah diteror oleh iblis. Tak ada yang berusaha mengingat peristiwa kelam itu, kecuali Bondi yang memiliki rasa ingin tahu sangat besar dengan kedua teman barunya. Lewat usaha-usaha Bondi yang bak geng Hawkins di franchise STRANGER THINGS itu kelak, rahasia sekte sesat bakal mengalir.
Bondi bersama dua teman barunya, Ari dan Darto
Tentu bukan Jokan namanya jika tidak membuat film yang menyentil kehidupan masyarakat Indonesia kelas menengah ke bawah di masa Orde Baru. Kita tentu sepakat bahwa tahun 1980-an, negeri ini begitu mencekam dengan teror Petrus (Penembak Misterius) yang membuat kehidupan makin menyesakkan, seolah negara menutup mata.

Para penghuni rusun pun demikian, banyak yang hidup dalam pelukan kemiskinan, menandakan kesejahteraan masyarakat hanya sekadar lip service para petinggi. Bahkan sekalipun pernah jadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika tahun 1955, negara sepertinya tak sanggup memberikan penghidupan yang layak untuk setiap warganya.

Kepahitan hidup itulah yang bisa kita lihat dari Wisnu Hendrawan (Muzakki Ramdhan) yang hidup dengan Ibu (Mian Tiara) yang bisu, setelah kematian Ayah (Mukhlist Abot) yang misterius. Atau Ari yang memiliki Ayah (Muhammad Abe) suka melakukan kekerasan, pemuda preman Dino Suhendar (Jourdy Pranata), hingga si seksi Tari Daryati (Ratu Felisha), yang selalu kena julid sebagai perempuan booking-an hanya karena bekerja malam hari di permainan biliar.

Di lain pihak, Bapak masihlah tetap misterius. Selalu pulang dengan membawa koper yang disimpan rapat-rapat di lemari terkunci, tanpa pernah bercerita apa pekerjaannya kepada ketiga anaknya, ataupun keinginan untuk meninggalkan rusun yang bisa saja runtuh saat diterjang badai.

Seperti naik roller coaster yang sudah melewati jalur menanjak yang lambat, COMMUNION langsung meluncur menunaikan tugasnya sebagai film horor, setelah perkenalan di first act dan awal second act itu.

Usai kejadian tragis di dalam lift, Jokan menjalankan wahananya tanpa ampun.
adegan PENGABDI SETAN 2 COMMUNION (7)
Teror demi teror mendatangi para penghuni rusun yang tersisa dan kakak-beradik Suwono, sama sekali tidak memberikan kesempatan penonton yang penakut sepertiku untuk sekadar bernapas lega. Jokan menampilkan berbagai jump scare yang tak hanya bisa dilihat secara visual, tapi juga berdentum di telinga. Kebrutalan teror yang terus menerus dia lakukan hampir di sepanjang 80% durasi film berjalan.

Mau tak mau aku memuji kepiawaian Jokan dalam memilih lagu Rayuan Pulau Kelapa versi TVRI sebagai penanda it's devil’s time. Lagu yang sebetulnya tampak biasa saja itu justru menjelma menjadi kidung kematian yang berhembus tiap malam dari tembok-tembok rusun tua yang sepi, suram, gelap dan sangat tidak menyenangkan.
suasana rusun 14 lantai di utara Jakarta
suasana rusun tempat tinggal keluarga Suwono
Trio Aghi Narottama, Bemby Gusti dan Tony Merle mampu mengerjakan departemen tata musik dengan baik, karena semakin mengaktifkan ketakutan para penonton, lewat sentuhan kejut mereka. Ditambah pilihan tone warna dan tata sinematografi dari Ical Tanjung, PENGABDI SETAN 2 memang menjelma sebagai wahana rumah hantu raksasa yang begitu nyata.

Di sinilah kita para penonton menjadi pengunjung yang hanya berharap belas kasih dari seorang Jokan.
adegan PENGABDI SETAN 2 COMMUNION (2)
Jokan paham betul bahwa manusia memiliki ketakutan yang begitu abadi dan mendasar terhadap sesuatu yang gelap. Hal inilah yang menjadi denyut nadi utama COMMUNION lewat berbagai setting yang gelap, sangat minim cahaya, mencekam tapi tetap masih bisa ditonton.

Hanya saja teror penampakan tanpa henti itu pada suatu titik menjadi kelemahan dari COMMUNION. Ditambah dengan tindakan bodoh dari para karakter yang sebetulnya khas dalam film hantu, membuat COMMUNION tak mampu cukup lama menjaga atmosfer ngeri yang berhasil dihembuskan PENGABDI SETAN. Seperti kata pepatah ‘bisa karena terbiasa’, adegan repetitif itu menjadi boomerang dan akhirnya membuat orang bisa menebak dan berkurang kekagetan.

Aku memang sepakat bahwa Jokan memang set the bar too high lewat PENGABDI SETAN. Apa yang dia hadirkan dalam COMMUNION ini memang upaya untuk menyamai, tapi cukup sulit melampaui.
adegan PENGABDI SETAN 2 COMMUNION (1)
Kendati begitu, COMMUNION jelas hadir jauh lebih baik daripada banyaknya film-film horor Indonesia lain, termasuk yang berhasil ada di puncak box office saat ini.

Pujian layak diberikan kepada Ratu Felisha yang bisa dibilang sebagai pengusung akting terbaik sekaligus karakter paling banyak memperoleh teror, bahkan sampai penghujung cerita. Mulai dari teror saat mendengarkan radio, listrik padam sampai sholat yang mampu memberikan kesan traumatis tersendiri.

Untuk adegan pamungkasnya, COMMUNION akan membawa kita ke sinematik horor found footage yang mungkin akan terasa tidak nyaman bagi sebagian orang. Ditambah kilatan-kilatan flash yang mengejutkan mata, aku tak menyalahkan beberapa penonton yang mengeluh pusing.
Toni saat mengecek jenazah di rusun
Namun kalau kalian sudah terbiasa dan pernah menonton sejumlah film horor found footage seperti THE BLAIR WITCH PROJECT (1999), CLOVERFIELD (2007), REC (2007), KERAMAT (2009) atau GONJIAM: HAUNTED ASYLUM (2018) tentu teknik yang dipilih Jokan jelas bukan masalah besar.

Hanya saja masih membawa ‘penyakit’ yang dimiliki Jokan dalam beberapa filmnya menuju paruh ketiga film, PENGABDI SETAN 2 juga mengalami hal serupa. Ending yang seolah terburu-buru dan tidak banyak penjelasan, mungkin sengaja dibangun untuk memberikan kesempatan pada installment ketiga yang sudah pasti dapat lampu hijau.

Aku bahkan cukup kecewa saat Raminom yang bisa dengan mudah terusir lewat pear of anguish itu. Kendati mengingatkanku dengan apa yang terlihat dalam THE EXORCIST (1973), kesan ‘hah, gini doang?’ tak bisa kutahan berkutat dalam pikiran.

Untuk penutup third act, masih seperti PENGABDI SETAN, COMMUNION juga menampilkan pasangan misterius Batara (Fachri Albar) dan Darminah (Asmara Abigail). Kedua orang yang tampaknya memegang kunci sekte sesat itu semakin menarik perhatian. Termasuk bagaimana mungkin paras mereka tidak menua sama sekali, kendati telah hadir dalam Konferensi Asia Afrika, 29 tahun silam.
adegan PENGABDI SETAN 2 COMMUNION (6)
sosok iblis Raminom yang menyerupai Ibu
Lantas, apakah COMMUNION sebuah sekuel yang sukses?

Dalam hal box office, sudah pasti. Hanya butuh empat hari saja, film ini sudah dijejali dua juta penonton, sangat dekat dengan PENGABDI SETAN yang menutup perjalanan mereka di angka 4,2 juta orang. Namun aku sepertinya sepakat kalau setting yang lebih ngeri, teror yang lebih brutal dan misteri sekte yang lebih dalam, belum bisa sejajar dengan film pertamanya.

Andai-andai apakah PENGABDI SETAN 2 mampu melewati raihan KKN DI DESA PENARI (2022) yang mencatat sembilan juta penonton memang sangatlah berat. Namun dari suguhan cerita, pemilihan lokasi, sentuhan sinematik dan atmosfer mencekam, bisa dipastikan kalau Jokan kembali memasang standar yang sangat tinggi untuk horor-horor Indonesia.

Jokan seperti membiarkan film horor lain berjalan lebih dulu sejauh dua langkah, karena kemudian dia bakal melompat sebanyak lima langkah. 

Apalagi dengan apa yang diperlihatkan, semesta horor ini jelas akan semakin kuat dan meluas. Ada banyak rasa penasaran yang berkutat meskipun tak seliar film pertama, termasuk harapan adanya spin off dari Raminom itu sendiri, kisah sang Mayor Heru, kehidupan Batara dan Darminah, sampai identitas sesungguhnya dari Ian atau Wisnu.

Tak dipungkiri lagi, PENGABDI SETAN 2: COMMUNION, adalah film horor terbaik Indonesia sejauh ini di tahun 2022.
adegan PENGABDI SETAN 2 COMMUNION (4)

Author

Arai Amelya

I'm a driver, never passenger in life

  1. Waduh auto gak wani nonton dewe iki. Nang jeding ae bakal wedi aku.
    Aku tak nonton sequel Shrek ae lah aman. Haha..

    BalasHapus
  2. Memang saat menanti sekuel film, saya pun bertanya, apakah akan sebagus sebelumnya? Apakah cerita nyambung, termasuk apakah nanti akan ada sekuel berikutnya lagi?
    Dan saya malah belum pernah menonton Pengabdian Setan 1, Mbak. Makanya baca ulasan di sini, kok menarik juga, ya. Mungkin saya akan nonton dulu PS 1, lalu lanjut ke PS 2 hehehe.

    BalasHapus
  3. Pengabdi Setan 2 ini blm nonton, soalnya gak ada yg mau nemenin, semuanya penakut. Penasaran banget soalnya!!!

    BalasHapus
  4. Aku tu sebenarnya penakut. Nggak berani nonton film genre horor. Tapi gimana ya? Kadang ada aja gitu rasa penasaran yang datang. Kek sekarang ini. Aku jadi penasaran pingin nonton pengabdi setan jadinya habis baca tulisan ini. Kayak seru-seru serem gimana gitu deh.

    BalasHapus
  5. Aku nonton yang pertama
    Penasaran sama yang kedua, tapi masih belum berani nonton
    Duh, teror ibu sepanjang masa ini mah

    BalasHapus
  6. Banyak yang bilang film Pengabdi Setan 2 lebih seru dan seram. Jadi ragu mau nonton, padahal pengen nonton. Kan...jadi maju mundur cantik nih...tapi aselinya ya penasaran dunk...

    BalasHapus
  7. Penasaraaan pengen nonton tapi nunggu di TV tayang aja deh. Sudah pernah ke tempat syuting pengabdi setan 1 yg sekarang di jadikan destinasi wisata.

    Semoga bisa segera tayang di TV 🤭ngarep.com(gusti yeni)

    BalasHapus
  8. Sesungguhnya aku sedikit kecewa dengan Pengabdi Setan 1.
    Lalu ada yang ke 2 ini serasa ingin kuberkata "Untuk apa?"

    Memang masih menjadi misteri "Kenapa bisa ada Sekte Sesat ini dan darimana asal muasalnya. Sehingga cukup dijadikan alasan sang penulis untuk melanjutkan film horor ini untuk season 2.

    Dan ternyata...
    Tipikal penampilan hantu jump-scare ala ala ini masih belum bisa dihilangkan ya...

    Setuju deh, kalau Pengabdi Setan ini mungkin belum bisa melampaui KKN Desa Penari karena efek "Based on Kisah Nyata"nya gak ada.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebetulnya untuk Pengabdi Setan, kalau emang ngikuti seluruh karyanya Joko Anwar, memang serba misterius, banyak teori liar. Sejak Kala, Pintu Terlarang. Ini kelebihan dan kekurangannya Jokan sih, menyimpan rahasia buat dia sendiri. iya kalau filmnya sukses di box office bisa lanjut sekuelnya kayak PS2, kalau jadi cult macem Kala? Kita bengong sendiri, digantung kena PHP.

      Jadi karena PS ini berlanjut, sah-sah aja sih menempatkan banyak sekali misteri di film pertama dan setidaknya di film kedua seharusnya terungkap semua dan baru film ketiga adalah bagaimana mengalahkan masalah tersebut.

      Kalau tipikal hantu jumpscare, memang udah jadi denyut nadinya mayoritas film horror, kecuali kak Lendy nonton MIDSOMMAR, LAKE MUNGO, THE WAILING, THE BLAIR WITCH PROJECT, HEREDITARY, baru itu jumpscare ngilang tapi asli horor hahaha

      Iya, KKN juga menang jadwal perilisan yang banyak hari libur juga sih, dibumbui kisah nyata, getok tularnya viral banget. Yha meskipun kalau bicara soal kualitas, mungkin PS2 ini lebih baik daripada KKN, tapi kalau soal box office? Ibu kudu ngaku kalah dari Badarawuhi deh

      Hapus
  9. Jujur, sampai saat ini aku belum berani nonton,meskipun baca nih review ya makin penasaran.
    Kalau KKN kemarin, menurut aku enggak horor sih, beda kalau ini mah dr banyak review ya horor.

    BalasHapus
  10. Menggoda banget, tapi aku penakut. Nggak berani nonton ini asli. Baca aja takut membayangkannya

    BalasHapus
  11. Belum nonton 🙈🙈🙈
    Dannn ternyata banyak juga yang rekomendasiin dan ngereview film ini, kaaannn jadi penasaran.

    BalasHapus
  12. Saya pribadi sering membandingkan film sekuel sebelum dan setelahnya. Apakah yang pertama sama bagusnya dengan sekuel setelahnya, atau lebih bagus, atau bahkan malah kurang bagus.
    Nah, film horor sendiri, saya paling jarang nonton sih, bukan karena penakut yaa.. Hehee
    Justru, saya nonton film horor ketika adik saya minta ditemani nonton.. Hehee

    BalasHapus
  13. temenku yang sebelumnya suka pengabdi setan, dia juga ngasih ulasan yang kurang oke soal film ini mba. btw kalau aku ga mau dan ga minat nonton wahaha soalnya ga suka film hororr

    BalasHapus
  14. Duh...PS 1 aku engga nonton. Baca review PS 2 nambah mikir-mikir deh untuk nonton. Hehe...Sekuel gitu ya, jadinya orang membandingkan antar masing-masing film. Kalau genrenya cocok, aku nonton juga sih...

    BalasHapus
  15. aku enggak berani nonton dari pengabdi setan 1. Setelah membaca reviewnya kok semakin ngeri ya, semakin enggak berani nonton karena seringnya kebayang-bayang setelah nonton

    BalasHapus
  16. Belum nonton sih film ini. Tapi kabarnya bikin rekor. Banyak siswa yang membicarakan film ini. Pengen juga nih akhirnya

    BalasHapus