https://www.idblanter.com/search/label/Template
https://www.idblanter.com
BLANTERORBITv101

Sang Penguasa Cincin dengan Sentuhan Bak Raja Midas

Kamis, 29 Desember 2022
Faishal Arifin - Bikin Cincin
Faishal Arifin di bengkel Bikin Cincin © dokpri Faishal Arifin
"Saya tidak mau lagi terlibat dalam perak atau perhiasan. Itu dunia yang sudah saya tinggalkan, saya kubur dalam-dalam,"

Mata Faishal Arifin berkilat penuh keyakinan. Ada amarah, kepedihan dan kekecewaan di dalamnya.

Kalimat pertama yang dia ucapkan hari Selasa (27/12) siang kemarin, menjadi awal dari cerita panjang kami.

Aku seperti sedang menonton sebuah film biografi, dengan adegan awal sang protagonis yang sudah diperlihatkan kegagalannya. Kubiarkan Faishal bercerita dengan lugas, seolah itu sudah dia pendam rapat-rapat dan menunggu lama untuk diungkapkan. Apa yang dia utarakan, seolah berubah menjadi adegan demi adegan dalam visual pikiranku.

Tak ada yang menyalahkan Faishal kenapa dia memilih menyimpan semuanya dengan begitu rapi. Karena seperti banyaknya kisah duka selama pandemi Covid-19, pria berusia 35 tahun itu juga merasakannya. Hanya saja cerita kehilangan yang dia alami, mungkin tak semua orang akan mampu menghadapi.

"Corona tak hanya membuat saya kehilangan penghasilan atau bisnis. Tapi juga keluarga dan hampir diri saya sendiri. Kalau tidak punya Tuhan, saya mungkin akan memilih bunuh diri saja," 

Faishal tergelak dengan candanya sendiri, tak tampak seperti orang yang pernah ingin bunuh diri. Aku akhirnya ikut tersenyum mendengar kelakarnya. 

Sungguh berbeda memang canda yang keluar saat seseorang bercerita hari kelabunya. Senyum itu bukan untuk menertawakan atau meremehkan, tapi lebih kepada bagaimana tragedi bisa dengan cepat berubah jadi komedi tergantung dari kapan kita memandangnya.

Ya, hidup Faishal ketika pandemi memang tak berlebihan jika disebut sebagai tragedi.

Omzet ratusan juta rupiah (Rp110-350 juta per bulan) berkat bisnisnya, Silver 999, menguap begitu saja. Anjloknya permintaan ekspor dan pembelian domestik akan perhiasan perak, membuat hidup Faishal limbung luar biasa. Masalah ekonomi menggerogoti rumah tangga dan kemapanannya. Puncaknya di pertengahan tahun 2020, Faishal harus rela kehilangan seluruh aset, istri dan hak asuh empat anaknya.

Hanya menyisakan si sulung yang setia dengannya meski terpaksa harus putus sekolah, Faishal memasuki masa terkelam dalam hidupnya.

"Pandemi membuat saya rela melakukan apapun untuk hidup. Menjadi kurir dengan motor butut nganter durian, mencabuti rumput dengan bayaran seratus ribu, membersihkan gudang orang, jadi tukang pijat dan dibayar tiga puluh ribu sampai akhirnya jualan ayam geprek,"

Aku mengangguk menatapnya, terhanyut dalam kenangan pilu itu. Di luar tempat kami berbincang, hujan membasahi Kota Malang dengan sendu. Seolah alam bahkan memberikan latar suara yang tepat untuk cerita Faishal.

Seperti roda yang terjerembab jalanan berlumpur dan tak bisa berputar apalagi melaju, seperti itu kiranya hidup Faishal dua tahun lalu. Tak ada lagi jubah sang raja perak yang dia pakai dengan bangga selama bertahun-tahun, karena Faishal memutuskan meninggalkan perak untuk selama-lamanya.

Kala itu, Faishal memang sudah terlempar jauh dari poros kehidupannya.
Faishal Arifin tidur di tempat gelandangan
Faishal Arifin saat harus tidur di tempat gelandangan © dokpri Faishal Arifin
Harus tidur di dekat gerobak hasil berhutang untuk berdagang, rela dia lakukan. Bahkan ada saat-saat di mana Faishal tidur di kasur dan bantal berjamur tempat para gelandangan, lantaran tak memiliki tempat tinggal. Di malam-malam kelabu lainnya, Faishal memilih tidur di masjid, tempat di mana dia bisa kembali merasakan kedamaian.

Meski kecewa karena rekan yang pernah ada saat dia memijak kesuksesan perlahan pergi, Faishal enggan menyalahkan.

Faishal mencoba memaklumi keengganan orang berhubungan lagi, dengan mereka yang gagal dalam hidup seperti dirinya kala itu. Ya, Faishal melalui Silver 999 adalah satu dari sekitar 30 juta pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di Indonesia yang bangkrut akibat pandemi sejak Juli 2020 (data KADIN).

Terjun bebas dari kemilau perak, Faishal seolah jatuh ke jurang kotor yang sangat gelap.

Hingga akhirnya Faishal menyadari kalau hidupnya belumlah usai. Tuhan tidak meninggalkannya. Tuhan menjanjikan pertolongan untuk mereka yang begitu meyakini-Nya.

Lewat seseorang yang awalnya ingin meminjam uang padanya, Faishal justru memperoleh bantuan rumah untuk tinggal secara cuma-cuma.

Saat itulah Faishal tahu kalau dia mendapat kesempatan untuk memperbaiki roda kehidupannya. Perlahan, Faishal pun mulai menyalakan lagi lentera asa yang sudah padam.

Di penghujung tahun 2021, uluran itu datang dari sesama penerima SATU Indonesia Awards (SIA) dari Astra lainnya yakni, Anjani Sekar Arum.

Kekuatan Harapan yang Berpendar dari Perak

Galeri Bikin Cincin
Tampak depan galeri Bikin Cincin © Arai Amelya
"Mbak Anjani menghubungi saya untuk meminta tolong memperbaiki cincin peninggalan almarhum suaminya. Saya sempat menolak, karena saya kan nggak mau lagi ngurusin perhiasan apalagi perak. Tapi, saya saat itu butuh penghasilan. Saya mikir, 'aah mungkin kali ini saja, ini terakhir'. Jadi ya, saya melakukan lagi kegiatan yang dulu sering saya kerjakan," 

Seperti ungkapan bahwa kenangan bisa saja terhapus, tapi tubuh tetap mengingat apa yang pernah rutin dilakukan, begitulah yang terjadi pada Faishal.

Pengalaman bertahun-tahun sebagai pengrajin perhiasan perak yang dia peroleh dari pembelajaran tekunnya di Kalimantan hingga Australia satu dekade silam, membuat Faishal tak menemukan kesulitan dalam memperbaiki cincin. Bahkan kepuasan dari sang pelanggan pertama membuka pintu-pintu rezeki lain baginya.

Entah dari mana awalnya, perlahan ada saja customer yang menghubunginya untuk minta dibuatkan cincin. Dari perorangan, permintaan pembuatan cincin datang hingga pemilik online shop perhiasan.

Saat itulah Faishal yakin kalau mau berjalan sejauh apapun, perak selalu memanggilnya pulang.

Seperti seseorang yang melakukan perjalanan waktu di film-film fiksi ilmiah, Faishal seperti kembali ke masa lalunya. Ke waktu saat dia merintis Silver 999 bertahun-tahun sebelumnya.

Mengusung nama baru yakni Bikin Cincin, Faishal memberanikan diri untuk bangkit.
produk Bikin Cincin
produk Bikin Cincin buatan Faishal Arifin © Arai Amelya
Namun perjuangan Faishal justru jauh lebih berat dengan Bikin Cincin, karena dia dihadapkan pada masalah modal, sehingga membuat bahan baku dan peralatannya serba terbatas. Padahal kala itu Bikin Cincin sudah semakin banyak memperoleh orderan lewat sistem PO (Pre Order).

Beruntung, hubungan baik yang dijalani Faishal dengan para peserta yang pernah dia bina di masa lalu, ikut membantunya dalam hal ketersediaan sumber daya dan bahan baku.

"Saya punya sekitar 136 orang dan kelompok binaan di seluruh Indonesia, mulai dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi hingga Nusa Tenggara. Kami masih saling berhubungan dengan baik hingga sekarang. Saat mereka tahu hancurnya kondisi saya dan perlahan bangkit, mereka yang justru dulu saya ajari, jadi sosok yang membantu bagaimana Bikin Cincin ini berdiri,"

Pembicaraan kami terhenti sejenak saat hujan turun cukup deras. Kubiarkan Faishal menatap air hujan itu dari pintu galeri Bikin Cincin yang terbuka lebar. Di seberang galeri, di bawah pohon, ada motor tua kesayangannya sejak SD yang menjadi satu-satunya aset tersisa miliknya.

Faishal kembali melanjutkan kisahnya, membawaku menemui babak masa lalunya. Bagaimana dia melewati hari baru yang penuh harap, hingga tanpa terasa 2021 berlalu dengan jauh lebih berbeda daripada 2020.

Saat menatap tahun 2022, Faishal tak ingin Bikin Cincin hanya jadi kisah sepintas lalu.

Tekad kuat itu yang membawa Faishal kembali mengarungi samudera yang pernah membuat hidupnya karam.

Menjadi Ikan Remora dalam Samudera Kehidupan

Ikan Remora di bawah ikan hiu
Ikan Remora di bawah ikan hiu © Nature
Jika Silver 999 berjalan dengan perjuangan Faishal membawa katalog foto yang dia ambil dari majalah perhiasan untuk ditawarkan ke konsumen, Bikin Cincin dihidupkan oleh sarjana Manajemen Universitas Widyagama Malang ini dengan cara berbeda.

"Tahu ikan remora, kan? Itu ikan kecil yang suka menempel di hiu atau paus biru. Tidak merugikan, karena remora memakan sisa makanan dari si ikan besar. Disebutnya simbiosis komensalisme, tapi Bikin Cincin adalah remora kecil yang bersimbiosis mutualisme,"

Faishal tidak sesumbar atau omong kosong belaka, karena seperti itulah yang dia jalankan sejak tujuh bulan lalu. Tatapannya yang berbinar, memendarkan semangat seseorang yang sudah ditempa dengan sekolah kehidupan.

Mengusung strategi seperti ikan remora yang menempel pada predator, Bikin Cincin menjalin kemitraan dengan Soendari Batik & Art.

Saat kutanya kenapa dia memilih bekerjasama dengan produsen batik, Faishal menjelaskan kalau saat itu dia sadar jika perhiasan akan sangat tepat bersanding dengan kain batik.

Ya, sang produsen batik adalah hiu, si predator di lautan yang akan diikuti Bikin Cincin.

Sebagai dua kriya asli Indonesia yang bernapaskan budaya luhur negeri ini, perjalanan Faishal pun dimulai.
bengkel di galeri Bikin Cincin
bengkel di galeri Bikin Cincin © Arai Amelya
Bikin Cincin kini sudah memiliki galeri sekaligus bengkel sederhana yang berlokasi tepat di samping Soendari Batik & Art di kawasan Perumahan PTP II A2, Kota Malang.

Tentu jika dibandingkan Silver 999 yang memiliki 10 orang karyawan di masa lalu, riak yang dihasilkan Bikin Cincin saat ini masihlah sangat kecil. Dengan omzet bulanan di sekitar Rp30-40 juta, Faishal justru sudah berbangga hati.

Baginya, tak perlu menjadi air beriak yang ternyata tak dalam, karena jauh lebih membanggakan jika seperti air tenang yang menghanyutkan.

Bak ikan remora, Bikin Cincin dengan berani mengarungi samudera yang menyimpan banyak cerita, perjuangan dan tantangan.

Tamu mancanegara di Bikin Cincin
Tamu mancanegara di galeri Bikin Cincin © dokpri Faishal Arifin
Bahkan saat diresmikan galerinya di bulan Mei 2022, ada banyak orang asing yang hadir dengan sedikitnya berasal dari 15 negara.

Usai galeri berjalan, Faishal pun diundang untuk mengikuti pameran SIJF (Surabaya International Jewellery Fair) 2022 di Surabaya. Meskipun sempat cemas dengan proses kurasi karena skala produksi Bikin Cincin masih kecil, di mana hanya dirinya sendiri yang membuat perhiasan, Faishal tidak gentar.
Faishal Arifin di pameran Bikin Cincin
Faishal Arifin di pameran Bikin Cincin © dokpri Faishal Arifin
Demi menghemat biaya perjalanan yang dia pinjam dari rekan bisnisnya, Faishal rela pulang-pergi Malang dan Surabaya selama lima hari berturut-turut. Namun Faishal patut bersyukur lantaran dirinya tidak kembali dengan tangan kosong. Karena aneka produk Bikin Cincin berhasil terjual dan diminati kalangan pejabat, termasuk kalung berlapis emas kuning seharga Rp1,5 juta.

Hingga tak lama dari SIJF 2022 itu, Faishal mendapat tawaran dari Kemenaker (Kementerian Tenaga Kerja) untuk membuat sebuah buku yang nantinya menjadi booklet panduan bagi para peserta BLK (Balai Latihan Kerja), di bidang kerajinan perhiasan.
produk Bikin Cincin
produk Bikin Cincin © Arai Amelya
"Kalau ingat apa yang saya alami sepanjang 2020 dan 2021, apa yang terjadi di tahun 2022 ini seperti mimpi. Saya yang mencabut rumput dan tidur di tempat pemulung mungkin nggak pernah berani memikirkannya, kalau sampai sejauh ini saya akan kembali melangkah…"

Aku yang terlalu terperangah, mendadak terbatuk. Faishal menyodorkan segelas air minum padaku.

Tanpa sadar, film biografi yang aku tonton dari penggalan kisah Faishal ini sudah hampir menuju akhir.

Kuamati Faishal yang duduk di depanku. Tatapan mata miliknya tampak jauh lebih tenang usai bercerita yang tampak betul sudah lama dia pendam ini.

Ya, sang mantan raja perak yang terpuruk itu sudah bertransformasi menjadi ikan remora kecil yang begitu berani mengarungi dalamnya samudera.

Sentuhan Raja Midas dan Bangkit Bersama Untuk Indonesia

Faishal Arifin di depan galeri Bikin Cincin
Faishal Arifin di depan galeri Bikin Cincin © dokpri Faishal Arifin
"Saya masih ingat, waktu itu tahun 2015 diundang sama Astra ke Jakarta. Awalnya saya ikut hanya karena diajukan oleh pihak Dispora Kota Malang, eh ternyata dipilih juri sebagai pemenang SATU Indonesia Awards. Karena saya nggak terlalu paham acara seperti itu, mendadak kaget dengan dampak pemberitaannya. Penghargaan dan pencapaian omzet besar itu bukan target saya, saya hanya ingin memberi untuk orang lain,"

Tujuh tahun sudah berlalu sejak SIA 2015, banyak hal yang berubah dalam hidup pria yang kini sudah menikah lagi itu.

Tapi bagi Faishal, Astra akan selamanya memberikan semangat kebangkitan.
Faishal Arifin bersama tropi SATU Indonesia Awards
Faishal Arifin bersama piala SATU Indonesia Awards
Faishal tak ingin dikenang sebagai penerima SIA yang menyerah dengan nasib dan akhirnya membuat piala SIA itu cuma menjadi pajangan belaka di lemari. Seperti tema yang dipilih Astra pada tahun 2022 ini yakni Bangkit Bersama Untuk Indonesia, itulah yang kini dilakukan Faishal lewat Bikin Cincin.

"Saat ini saya sedang proses pengajuan perusahaan individu untuk PT Lautan Karya Logam yang saya jalankan. Nanti Bikin Cincin bakal jadi salah satu unit usahanya. Saya juga ingin menggelar LPK (Lembaga Pelatihan Kerja) untuk orang-orang usia produktif yang tertarik mempelajari kriya perhiasan ini. Saya ingin berguna untuk Indonesia,"

Faishal memang tampak penuh semangat. Meskipun harus menyelesaikan pesanan minimal 10 cincin dan aksesoris perhiasan lain setiap harinya secara sendiri, tak lagi membuatnya lelah. Apalagi saat galerinya mendapat kunjungan baik dari anak-anak sekolah hingga pejabat seperti Wakil Walikota Malang Sofyan Edi Jarwoko, Faishal menjalaninya dengan penuh kebanggaan.

Ide untuk bermanfaat kepada sesama lewat LPK adalah sebuah konsistensi untuk terus berbagi ilmu yang ingin selalu digelorakan oleh Faishal.
sekelompok pelajar di bengkel Bikin Cincin
sekelompok pelajar di bengkel Bikin Cincin © dokpri Faishal Arifin
Dengan Indonesia yang kini tengah memasuki era bonus demografi seperti dilansir Katadata, negeri ini memiliki penduduk usia produktif yang jauh lebih banyak daripada usia tidak produktif. Tercatat dari 275,36 juta jiwa per Juni 2022, 190,83 juta jiwa (69,3%) di antaranya adalah berusia produktif (15-64 tahun).

Hal ini jelas merupakan modal penting menuju 100 tahun Indonesia Merdeka pada 2045 mendatang. Dan Faishal ingin terlibat di dalamnya lewat pendirian LPK yang memang berkontribusi menekan angka pengangguran.

Sebagai alternatif para pencari kerja untuk meningkatkan skill agar sesuai kebutuhan industri saat ini, LPK memang diharapkan menjadi jawaban atas tantangan teknologi yang terus berkembang dan inovasi di dunia kerja.

Ya, Faishal memang tak hanya ingin dikenal sebagai pembuat cincin atau perhiasan semata.
Wakil Walikota Malang di galeri Bikin Cincin
Wakil Walikota Malang di galeri Bikin Cincin © dokpri Faishal Arifin
Bahkan Faishal ingin menyelam lebih dalam soal kerajinan logam.

Bermodal kemampuannya mendesain perhiasan hasil ajaran para pengrajin bertahun-tahun sebelumnya, Faishal kini sedang menciptakan embrio buah tangan khas Malang yang berlapis logam mulia.

Aah, mau tak mau aku jadi teringat pada kisah si Raja Midas.

Sang raja dalam mitologi Yunani itu dikenal berkat kemampuannya mengubah apapun yang dia sentuh menjadi emas. Alkimia sendiri mengenal transmutasi ini sebagai chrysopoeia.

Tentu bukan perkara mudah andai kata Faishal berhasrat melapisi topeng Malang dengan logam mulia entah rodium, paladium, platina, tembaga, perak atau emas yang akhirnya mempunyai nilai ekonomis tinggi itu. Namun sebuah prototype produk yang dibuat Faishal dari pahatan kayu berwajah manusia berlapis tembaga yang diperlihatkannya padaku, membuatku yakin kalau sang lord of the rings ini mungkin memang benar-benar mempunyai sentuhan bak Raja Midas.

Dan sentuhan Midas itu akan dia teruskan. Diajarkan ke banyak orang di negeri ini tanpa terpikir untuk berhenti.

Faishal ingin kebangkitannya kali ini bisa dirasakan bersama oleh masyarakat Indonesia.

"Selamanya kenangan lewat Astra akan jadi pengingat yang ampuh, salah satu sekolah terbaik buat saya. Pengalaman saya memperoleh segalanya di masa lalu, menjadi pelajaran saat saya kehilangan semuanya kemudian. Mengingatkan saya kalau hidup itu seperti roda. Meskipun jatuh, jangan pernah biarkan roda itu berhenti melaju. Perbaiki sampai akhirnya bisa berputar lagi, karena berada di atas atau di bawah harus kita syukuri," 
Aku melihat Faishal yang tampak tersenyum puas. 

Kulirik jam tanganku, tanpa terasa sudah hampir tiga jam berlalu sejak kami berjumpa. Kunjungan yang kukira hanya berbagi cerita keberhasilan, justru menjadi sebuah perjalanan kehidupan seseorang yang luar biasa dan menggetarkan.

Ya, kini Faishal Arifin diam-diam sudah meregangkan busur kehidupannya lagi. Entah ke mana anak panah itu terlepas, tapi yang pasti manfaatnya akan dirasakan oleh Indonesia.


Author

Arai Amelya

I'm a driver, never passenger in life

  1. Wah, Mas Faishal ini sepantaran aku rupanya. Kisah hidupnya bisa kita sebut tragis, tetapi Allah tak mungkin tanpa alasan memilih Mas Faishal untuk melalui ujian kehidupan ini. Alhamdulillah Mas Faishalnya tabah dan tetap semangat. Beliau berhasil membawa Silver 999 ke tahap lebih tinggi.

    BalasHapus
  2. Kisahnya sangat menarik & mb Arai menuturkan dengan mengalir. Istimewanya mas Faishal bisa maju gini karena masa lalunya meninggalkan kebaikan bagi sekitarnya. Jadi walau pernah terpuruk, ternyata jejak kebaikan masa lalu justru jadi penolong. Btw...desain peraknya bagus-bagus ya...Bisa tuh u/ bros kerudung...hehe...

    BalasHapus
  3. Keran! Saya terhanyut dalam cerita. Memang ya, saat melihat seseorang kita hanya akan membayangkan suksesnya saja. Tak terbayang bagaimana badai yang terjadi sebelum sampai pada posisi sekarang.
    Remora.... ini layak diingat.

    BalasHapus
  4. Perjuangan mas Faishal ini patut untuk diapresiasi. Mampu bangkit dari keterpurukan dan menuai hasil manis dari bibit yang dituainya.

    Dari sini dapat kita petik hikmahnya, bahwa kebaikan dan keikhlasan yang kita berikan untuk orang lain pasti akan berbalik lagi ke diri kita sendiri suatu saat tanpa kita duga.

    BalasHapus
  5. Perjuangannya mendapatkan hasil akhir yang indah ya. Tuhan memang tidak tidur. Dia tau mana hamba yang berusaha keras, dan mana yang tidak. Keren banget perjuangan Mas Faishal, semoga semangatnya bisa menjadi inspirasi bagi kita semua

    BalasHapus
  6. salut deh dengan perjuangan mas Faishal semangatnya patut ditiru padahal sudah terpuruk seperti itu ya

    BalasHapus
  7. Terharu mendengar perjuangan pa faishal, dari rasa putus asa bahkan tak mau lgi bergelut dengan bidang yg pernah dia geluti dan mengangkat namanya. Alhamdulillah kini SDH bangkit lagi.

    BalasHapus
  8. Naksir gelangnya euy. Itu apa ya namanya kayak emas, tapi engga kinclong emas, jadi vintage gitu kesannya. Hebat ya mas Faishal, brand barunya kekinian banget "Bikin Cincin". Semoga sukses ya...

    BalasHapus
  9. Masya Allah, Kisah Bang Faishal ini sangat menginspirasi ya, Mbak. Bagaimana dari puncak kesuksesan, terus turun, namun bisa bangkit lagi. Dan ini pesan moralnya sangat kuat sekali. Segalanya bisa meninggalkan kita, namun Tuhan tetap akan terus bersama kita.

    BalasHapus
  10. Setiap orang pasti pernah sukses dan jatuh tidak terduga. Tetapi, harapan itu selalu ada dengan kembali bangkit walau harus memulai dari nol lagi. Dari kehidupan Pak Faisal belajar banyak tentang menyerah dan bangkit.

    BalasHapus
  11. Masha Allah baca ini jadi serasa melihat dan menyaksikan langsung perjuangan hidup Pak Faishal. Sangat luar biasa hingga akhirnya mendapatkan Astra award tahun 2015. Salut

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku juga merasakan hal yang sama mba, sedih banget tapi pak faishal gak pernah nyerah dan terus semangat berjuang. sehingga langkah untuk bangkit lagi juga dipermudah Allah ya.

      Hapus
  12. Kisah luar biasa dan dituturkan secara apik, saya serasa baca cerpen ini mbak. Tapi ini kisah nyata jatuh bangunnya Faishal Arifin dengan dunia kerajinan yang pernah membawa kejayaan dalam hidupnya.

    BalasHapus
  13. Masya Alloh perjuangan Mas Faishal sungguh luar biasa. Sempat terjatuh kemudian bangkit kembali

    Ceritanya runut banget kak, jadi ikut hanyut ke dalam ceritanya.

    BalasHapus
  14. subhanallah perjuangan usaha dan cita-citanya ya, saya terharu. tapi alhamdulillah bisa melewati semua ya dan akhirnya kembali ke apa yang emang jadi passionnya.

    BalasHapus
  15. Kisah yg keren, jadi pngn nonton. Komen atuh link nya klu udh tersedia.

    BalasHapus
  16. Kisah dari seorwng Raja yang kemudian terpuruk dalam lalu bangkit lagi perlahan-lahan. Bisa dikatakan, bila memilih menjadi Ikan Remora begini kan sudah persis dengan berkolaborasi untuk maju bersama walau nggak sepenuhnya saling bergantung.

    BalasHapus
  17. terharu, merinding membaca kisah pak faishal untuk bangkit setelah pandemi dan kehi;langan harta dan keluarga. Ya allah..semoga kita yg baca jd semakin semangat terinspirasi dr kisah beliau

    BalasHapus
  18. bagus2 banget karyanya pak faishal yaa mba, thanks for sharing. mana prinsipnya juga patut kita tiru.. semoga bisa menjadi momentum untuk bangkit bersama yaa

    BalasHapus
  19. Luar biasa sekali perjalanan hidup seorang Pak Faishal yang bergelimang harta harus jatuh tersungkur karena pandemi. Tapi berkat keikhlasan beliau bisa bangkit kembali. Sungguh cerita yang sangat menginspirasi bahwa meskipun kita dapat cobaan jangan sesekali menyalahkan dan melupakan Tuhan.

    BalasHapus
  20. MashaAllah inspiratif sekali perjuangan hidup Faishal ini. Saya suka dengan kalimat bahwa hidup itu ibarat sebuah roda yang berputar. Dan jangan biarkan roda itu berhenti. Apapun kondisi kita seyogyanya kita harus tetap mengupayakan roda itu tetap berputar. Apakah kita sedang berada dibawah atau sudah diatas...tetap harus mensyukuri segala nikmat Allah...karena apa yang kita miliki sesungguhnya hanyalah titipan.

    BalasHapus
  21. Yang bikin keren ini tulisanmu mbak, aku seperti terhanyut turut menyaksikan napak tilas kehidupan mas Faishal ini. Bagaimana beliau bangkit kembali setelah diterpa badai pandemi, dan sampai sukses sekarang ini.

    BalasHapus
  22. Luar biasaaaaaa. Aku terkagum-kagum pada mas Faishal Arifin yang tak menyerah pada kerasnya kehidupan. Salut banget pada semangatnya untuk kembali bangkit setelah terpuruk begitu dalam. Tak semua orang bisa seperti itu. Benar-benar orang pilihan dan mengispirasi banget. Jadi malu mengeluh kalau baca kisah mas Faishal. Cara mbak Arai bercerita juga bikin terhanyut. Aku serasa ikut duduk di hadapan mas Faishal mendengarkannya berkisah secara langsung

    BalasHapus
  23. Walau sudah dapat penghargaan SIA semenjak tahun 2015, konsistennya Faishal ini mantap ya untuk memberikan yang terbaik dan bermanfaat bagi masyarakat.

    BalasHapus
  24. Masya Allah menarik sekali sangat menginspirasi bun...Alhamdulillah semoga sekarang baik baik saja tidak ada dendam (gusti yeni)

    BalasHapus
  25. Wah cerita yang sangat inspiratif ya mbak
    Penuh perjuangan
    Pantas saja dapat anugerah SIA
    Sukses terus buat mas Faisal

    BalasHapus
  26. Keren banget Mas Faishal ya, btw kadang memang kita harus dibuat jatuh dulu untuk bisa bangkit dan menjadi lebih baik lagi kedepannya, dan hanya orang-orang yang memiliki mental sukses yang selalu melihat kesulitan menjadi sebuah potensi untuk sukses

    BalasHapus
  27. Banyak orang yang jatuh namun tidak semuanya mampu atau memilih untuk bangkit. So salut dengan orang2 seperti Faishal ini yang tidak berputus asa dengan keadaan dan masih percaya pada Tuhan sehingga bisa meraih kesuksesan kembali

    BalasHapus
  28. keren banget perjuangannya ya, Allah. Aku nggak bisa bayangin klo terjadi sama diri sendiri. Tapi memang benar, Allah akan selalu ada untuk mengulurkan tangan-Nya. Pantas kalau Mas Faishal mendapatkan Anugerah SIA.

    BalasHapus
  29. emang ya bangkit dari keterpurukan tuh subhanallah banget. kita semua pernah ngerasain itu. semoga apa pun keadaannya, selalu dikuatkan ya.

    BalasHapus
  30. Kak Arai selalu sukses membawakan sebuah tulisan yang sampai ke hati pembaca.
    Aku membacanya sampai menitikkan air mata. Bukan hanya merasakan sangat relate dengan keterpurukan, karena memang ujian hidup setiap manusia tidaklah sama. Tapi dari ujian tersebut, kita bisa belajar menjadi pribadi yang lebih kuat dan pada akhirnya bisa membawa kebahagiaan. Kebahagiaan yang bukan hanya bernilai materi, tetapi ke pembelajaran seperti kisah Pak Faishal Arifin, sang penerima penghargaan ASTRA yang kini bangkit kembali.

    BIsmillah, 2023 seluruh perekonomian dan usaha UMKM kembali bersinar.

    BalasHapus
  31. Senang sekali ya karena dengan sekuat tenaga bisa bangkit meski benar benar berada di kondisi terpuruk
    Salut sekali sama orang yanb survive bahkan inspiratif seperti ini

    BalasHapus
  32. Keren perjuangan Pak Faishal Arifin ini dan bisa jadi panutan nih, bahwa kegagalan bukanlah alasan untuk berlama-lama terpuruk. Karena siapa yang mau berusaha, pasti ada aja jalannya. Semangat selalu dan terus sukses ya, Pak

    BalasHapus
  33. Kisah mas Faishal ini menginspirasi sekali. Aku sampai terharu bacanya. Selamat ya, Mas. Udah bisa bangkit dari keterpurukan. Semoga makin maju, sukse, dan berkembang dengan nama baru bisnisnya Bikin Cincin. Salut! Memang, ya. Kalau kita ada skill, maka bisa dimanfaatkan untuk melanjutkan perjuangan hidup. Plus hubungan baik dengan sesama.

    BalasHapus
  34. Aku suka terharu kalau membaca cerita jatuh-bangunnya bisnis orang-orang sukses begini. Pandemi memang mengubah segala tatanan hidup sih. Tapi, ketika keadaan mulai membaik maka gimana usaha kita lah yang nantinya menentukan apakah kita berhasil atau nggak.

    Welcome back Sang Penguasa Cincin. Aku angkat topi padamu.

    BalasHapus
  35. Benar-benar sosok yang sangat inspiratif banget sih, senang sekali hasil kerja kesar dan karyanya bisa diapresiasi sekaligus menginspirasi banyak orang ❤️

    BalasHapus