https://www.idblanter.com/search/label/Template
https://www.idblanter.com
BLANTERORBITv101

Arungi Utopia AI Sebagai Traveler Gamer Bersama ASUS ROG Phone 7

Jumat, 21 Juli 2023
asus rog phone 7
Aku berada di Desa Adat Waerebo - Flores foto: Imba Jaya
***
Saat Bharatayudha pecah, padang Kurusetra memang berubah laksana neraka.
18 hari perang besar itu berlangsung antara Pandawa dan Kurawa,
ejawantah dari cerminan terkuno sifat manusia antara putih dan hitam, atau baik dan buruk.
Hingga akhirnya seperti kebanyakan dongeng yang begitu dicinta,
tahta Hastinapura tetap kembali kepada kebajikan para Pandawa.
Kini ribuan tahun berlalu sejak kejadian yang dianggap legenda,
umat manusia mungkin akan dihadapkan pada Bharatayudha yang lain.
Melawan sahabat tercinta mereka yang bernama, Kecerdasan Buatan

***
Kalau boleh sedikit flexing, sejak tahun 2022 lalu aku akhirnya berhasil mewujudkan mimpi masa mudaku yakni menjadi seorang scriptwriter. Cita-cita saat aku masih remaja ketika mengikuti kelas-kelas teater atau ruang pemutaran film itu berhasil terwujud kala naskah yang kutulis digubah menjadi medium mini series sebuah brand berjumlah 10 episode di Youtube. Menyusul di tahun 2023 ini, dua judul FTV yang skenarionya juga kutulis ditayangkan di sebuah platform streaming lokal.

Jika dua proyek sebelumnya kukerjakan dalam sebuah tim, aku juga berhasil menyelesaikan sebuah skenario film panjang pertamaku sebagai scriptwriter tunggal di tahun ini. Memang prosesnya masih cukup panjang untuk bisa tayang di bioskop, tapi setidaknya skenario yang sempat mendapat pujian dari aktor Fedi Nuril itu membuatku berasa terbang ke awan.

Aku, ternyata bisa menjadi seorang scriptwriter.

Tentu bagi beberapa orang mimpi tak ubahnya sebuah asa kala kecil yang akan berubah ketika kedewasaan menghantam. Tapi bagiku, menjadi seorang penulis skenario film sudah menjadi jalan hidup yang begitu terjal dan pernah kulepaskan, sampai akhirnya berani untuk kukejar kembali.

Film memang adalah salah satu hal yang paling kusukai di dunia ini. Sejak aku diajak Ibuku menonton PETUALANGAN SHERINA (2000) bersama kakak laki-lakiku di salah satu bioskop di Kota Malang kala SD dulu, sinema membuatku terpesona. Bak buah apel yang dilihat Newton  kala jatuh ke bumi, seperti itu pula gravitasi dunia film menarikku begitu kuat.

Kecintaanku terhadap dunia film semakin bertambah secara eksponensial seiring dengan usiaku yang menua. Bahkan rasa itu juga yang menjelma menjadi semangat untuk tidak pernah menyerah, memperjuangkan apa yang begitu kuidamkan. 

Kalau boleh menyadur kalimat aktris favoritku, Michelle Yeoh saat berpidato usai mendapat Piala Oscar untuk kategori Best Actress dalam ajang Academy Awards 2023, rasanya aku akan mengatakannya jutaan kali:

“Ladies, don’t ever let anyone tell you, you are past your prime,”

Usia memang hanya sekadar angka bagi mereka yang percaya pada kekuatan mimpi. Mudah memang menulis dan mengatakan hal itu, karena faktanya mengalahkan diri sendiri yang sudah terlanjur pesimis adalah sebuah hal yang cukup berat. 

Aku mungkin termasuk yang beruntung. Setelah divonis depresi berkepanjangan oleh psikiater di salah satu Rumah Sakit Jiwa di Malang Raya, aku menemukan kembali apa yang pernah hilang dalam hidupku lewat tulisan dan foto.

Ya, tulisan dan foto yang akhirnya bermuara ke film memang adalah dua hal yang akhirnya bisa kulakukan saat pandemi Covid-19 menerjang. Aku memulai segalanya dari titik terendah, dan hasilnya sungguh di luar dugaan. Bahkan untuk foto, aku sampai memperoleh hasil yang luar biasa karena mampu menyentuh hati banyak orang, jauh di luar perhitunganku.
foto tragedi Kanjuruhan Malang
Foto Tragedi Kanjuruhan Malang yang kuabadikan dengan ponsel sumber: Arai Amelya
Saat itu adalah salah satu hari terkelam di bulan Oktober tahun 2022 bagi warga Malang Raya. Tragedi Kanjuruhan membetot hati banyak orang kala ratusan jiwa penonton pendukung Arema meregang nyawa karena tak bisa keluar dari gerbang 13 Stadion Kanjuruhan. Stadion yang seharusnya menjadi muara kebahagiaan, justru berubah jadi sumber duka yang airnya akan terus mengalir sampai kapanpun.

Sebagai seorang penulis, aku tentu terbiasa bercerita dengan kata-kata. Namun siang itu, aku ingin bercerita lewat foto.

Kuambil ponselku yang bisa dibilang sudah cukup jadul untuk generasi saat ini. Kubiarkan diriku mengabadikan apa yang aku lihat sedemikian rupa. Berharap foto-foto yang tersimpan bisa menyalurkan kepiluan yang mengurai begitu hebat dari gerbang 13. 

Tentu hasilnya memang tidaklah secemerlang kamera profesional. Namun kala rangkaian foto itu kutambah beberapa kalimat dan kuunggah di media sosial, aku berhasil menyentuh perasaan puluhan ribu orang.

Saat itu aku tahu. Bukan kamera luar biasa mahal yang membuat sebuah foto mampu membingkai peristiwa. Tapi sebuah hal yang  lebih penting bernama: momen.
Foto Tragedi Kanjuruhan Malang
Foto Tragedi Kanjuruhan Malang yang kuabadikan dengan ponsel sumber: Arai Amelya
Seorang fotografer Prancis bernama Henri Cartier Bresson pernah berkata,

“Sebuah momen yang tepat adalah pengakuan simultan dalam sepersekian detik terhadap signifikasi sebuah peristiwa,”

Cukup sulit memang untuk memperoleh momen itu karena pada dasarnya semua orang bisa memegang ponsel dengan kamera yang luar biasa canggih. Hanya saja, tidak semua orang dapat menangkap momen dengan tepat. Hingga akhirnya memang jawabannya adalah penting untuk bisa merasakan sebuah momen, supaya kelak bisa merangkaikan sebuah cerita dan menyentuh hati banyak orang.

Tentu bagi seorang pencerita yang menyukai dunia foto sepertiku, menangkap momen yang tepat adalah sesuatu yang saat ini baru bisa kudapat melalui hoki.

Namun akhir-akhir ini, pemujaanku terhadap momen yang tepat saat memotret digoyang oleh sebuah teknologi baru bernama AI (Artificial Intelligence) alias Kecerdasan Buatan.

Kecerdasan Buatan, Alarm Kiamat Bagi Para Pengabadi Momen?

Gambar sate klathak di Imogiri, Yogyakarta yang dibuat Irwandi dengan Midjourney
Gambar sate klathak di Imogiri, Yogyakarta yang dibuat Irwandi dengan Midjourney
***
“I just don’t personally believe that a disembodied mind
that’s just regurgitating what other embodied minds have said - about the life that they’ve had,
about love, about lying, about fear, about mortality –
and just put it all together into a word salad and then regurgitate it.
I don’t believe that have something that’s going to move an audience”
- James Cameron -

***
Perjumpaan pertamaku dengan AI adalah melalui film TERMINATOR 2: JUDGEMENT DAY (1991) yang kebetulan merupakan film favorit Ayahku. Film aksi fiksi ilmiah arahan James Cameron itu menceritakan sebuah sistem AI yang sadar diri di masa depan bernama Skynet, berubah menjadi jahat untuk memulai bencana nuklir. Demi membunuh sang pemimpin pemberontakan umat manusia melawan AI, Skynet mengirim cyborg pembunuh kejam yakni Terminator (Arnold Schwarzenegger) ke masa lalu untuk menewaskan perempuan yang kelak jadi Ibu dari sosok pemusnah Skynet tersebut.

Tak berlebihan pula kalau 30 tahun sejak film itu dirilis, Cameron mengungkapkan pandangannya soal AI yang kini siap menggerogoti industri film.

Ya, AI memang membuat banyak orang resah terutama para pekerja kreatif.

Kalangan scriptwriter sepertiku tak luput dari gertakan AI yang disebut bisa menciptakan naskah skenario dengan lebih efisien dan efektif, hanya menggunakan sejumlah perintah komputer.

Namun seperti kata Cameron dalam wawancaranya dengan CTV News, dia tidak percaya kalau Kecerdasan Buatan bisa membuat skenario yang mampu menggerakkan perasaan penonton. Karena skenario yang bagus hanya bisa dihasilkan oleh manusia.

Tak berbeda jauh dengan dunia film, fotografi pun diguncang oleh kedatangan mesin yang bisa belajar dan berperilaku layaknya manusia ini. AI yang awalnya dianggap sebagai sahabat karena kemampuannya membantu fotografer menciptakan foto lebih baik, perlahan mulai menggeser sosok sang pembuat foto itu sendiri.
Gambar-gambar yang dihasilkan DALL-E-2 untuk perintah foto-foto jadul kegiatan kampus ISI tahun 1994
Gambar-gambar yang dihasilkan DALL-E-2 untuk perintah foto-foto jadul kegiatan kampus ISI tahun 1994 yang dibuat Irwandi
Kalian bahkan bisa dengan mudah menemukan AI dalam fitur kamera di ponsel masing-masing. Di mana melalui Kecerdasan Buatan, hasil foto bakal lebih cemerlang. Fitur AI mampu membuat wajah obyek jadi lebih mulus, menghasilkan gambar yang memiliki pencahayaan lebih tepat, hingga menyempurnakan detail, termasuk menghapus noise. Namun tanpa diduga, AI terus berkembang ke arah yang mengerikan karena mampu menghasilkan foto tanpa mengabadikan sebuah obyek, atau bersusah-susah menanti momen.

Adalah platform Midjourney yang disebut-sebut mulai membunyikan sangkakala ‘kiamat’ itu.

Menggunakan teknologi deep learning, Midjourney bisa memproduksi sebuah gambar yang luar biasa mirip dengan foto asli lewat kemampuannya mengolah ribuan atau jutaan data berisi elemen-elemen obyek dan kemudian memadukannya. Proses kelewat rumit dalam menganalisa algoritma ini hanya bisa dilakukan oleh AI yang memang bisa dibilang semakin dekat dengan kecerdasan manusia.

Irwandi yang adalah seorang Dekan Fakultas Seni Media Rekam di ISI Yogyakarta pun mencoba menjabarkan betapa mengerikannya kemampuan AI dalam ‘merampas’ proses fotografi, melalui artikel yang dia tulis di Kompas. Lewat dua platform AI paling populer saat ini yakni DALL-E-2 dan Midjourney, Irwandi berhasil memperoleh foto-foto yang kelewat akurat seolah-olah itu memang diabadikan manusia, alih-alih AI.

Tak heran kiranya kalau hasil reka gambar tanpa cela yang diproduksi AI ini bahkan sempat menggemparkan ajang Sony World Photography Awards 2023 silam. Di mana saat itu, seniman asal Jerman yakni Boris Eldagsen memenangkan salah satu kategori penghargaan lewat foto berjudul Pseudomnesia: The Electrician yang ternyata merupakan kreasi Kecerdasan Buatan. Meskipun sempat membuat geram dunia fotografi, Eldagsen menegaskan bahwa AI bukanlah ancaman karena teknologi ini justru hadir untuk memerdekakan seniman.
Pseudomnesia: The Electrician
Pseudomnesia: The Electrician, hasil karya AI
Memang, AI tidaklah berdiri di bagian hitam atau putih. Dia bukan entitas yang murni membantu, atau justru penjegal.

Keberadaannya mungkin lebih tepat ada di sisi abu-abu.

Pun demikian bagiku. AI lebih tepat menjadi sahabat untuk menyempurnakan hasil mengabadikan momen dalam sebuah foto yang diambil secara nyata. Hanya saja untuk bisa memperoleh momen foto yang baik, dibutuhkan pula perangkat yang tak biasa.

Terutama bagi seorang traveler dan scriptwriter sepertiku, mengabadiman momen dengan kamera profesional jelas terasa sangat merepotkan. Kalau disuruh memilih, aku akan menggunakan smartphone karena sejujurnya menangkap foto lewat ponsel dan merangkai sebuah cerita, bukanlah hal pertama bagiku.

Hanya saja melihat smartphone-ku saat iniaku membutuhkan perangkat yang memiliki performa memuaskan, memori internal cukup besar, daya tahan dan pengisian daya yang cepat, desain dan konektivitas yang handal serta tentunya kamera mumpuni.

Kebutuhan itulah yang membawaku bermuara pada ASUS ROG Phone 7.

ASUS ROG Phone 7, Identitas Tertinggi Para Gamer Sejati

Paket bundling pembelian ASUS ROG Phone 7 Ultimate
Paket bundling pembelian ASUS ROG Phone 7 Ultimate
Bicara soal ROG, tentu akan tak jauh dari dunia game. ASUS memang menciptakan brand ROG (Republic of Gamers) ini untuk memuaskan para gamer sehingga membuatnya mampu memimpin pasar ponsel gaming di dunia. Hal itu juga yang akhirnya terjadi pada ROG Phone 7. Dirilis resmi di Indonesia pada 18 Juli 2023, smartphone ini mempunyai desain bodinya yang begitu futuristik, sehingga kurasa para gamer akan langsung memberikan apresiasi setinggi langit.

Tak perlu repot-repot mencari pesaing, karena ROG Phone 7 sudah pasti akan langsung melesat di posisi teratas. Bahkan di kala para kompetitor masih berebut ceruk pasar, ROG sudah punya konsumen yang cukup militan yakni masyarakatgamer mereka.

ASUS menyediakan dua versi untuk seri ini yakni ROG Phone 7 dan ROG Phone 7 Ultimate. Secara spesifikasi komponen dapur pacu, tidak ada perbedaan sama sekali. Namun jika bicara soal desain luaran, ROG Phone 7 Ultimate lebih dari sempurna menjadi smartphone idaman para gamer. Hal pertama yang membuatnya demikian adalah keberadaan bagian hitam kecil di sisi kanan belakang ponsel, bernama AeroActive Portal. Slot mungil ini akan terbuka saat kipas AeroActive Cooler dipasangkan, karena komponen di dalamnya akan bisa membuang panas yang dihasilkan ponsel.

Sementara hal kedua yang membuat bodi ROG Phone 7 Ultimate begitu meresahkan adalah keberadaan layar display OLED berukuran 2” di bagian belakang ponsel bernama ROG Vision. Meskipun mungil, layar ini lebih dari mampu menguatkan identitas sang pengguna sebagai seorang gamer sejati karena mampu menghasilkan animasi memanjakan mata dan notifikasi saat sedang mengisi daya, bermain game, layar aktif,  hingga menggunakan fitur X Mode. Bagi kalian yang tidak tahu, X Mode adalah mode khusus yang dibenamkan ROG saat pengguna menggunakan ponsel untuk gaming sehingga perangkat baik software dan hardware bisa bekerja lebih efisien.
ASUS ROG Phone 7 dengan AeroActive Cooler 7
ASUS ROG Phone 7 dengan AeroActive Cooler 7
Oiya, untuk pembelian versi ROG Phone 7 Ultimate pun sudah di-bundling dengan cooling fan AeroActive Cooler 7 yang dilengkapi dengan teknologi pendingin termoelektrik alias peltier. Tak hanya itu saja, perangkat tambahan ini juga memanjakan aktivitas gaming berkat keberadaan speaker ganda yang memberikan efek bass makin istimewa dan serasa di dalam dunia game betulan. 

Kurasa, tak berlebihan jika kita seolah menjadi Wade Wattss (Tye Sheridan) dalam semesta virtual reality OASIS di film READY PLAYER ONE (2018).

Tapi apa itu saja kelebihan kipas canggih seharga dua jutaan rupiah itu? Tunggu dulu, AeroActive Cooler 7 juga dilengkapi empat tombol controller yang menjadikan ROG Phone 7 menjadi konsol gaming lengkap dengan pijaran lampu atraktifnya. Kalau menurut kalian controller pada kipas tambahan ini kurang memuaskan, keberadaan AirTrigger membuat kalian lupa sesaat kalau sedang nge-game di smartphone, alih-alih konsol.
Infografis AirTrigger pada ASUS ROG Phone 7
Infografis AirTrigger pada ASUS ROG Phone 7
Aah, bicara konsol gaming memang dapat membuatku sentimentil karena teringat pada masa-masa duduk di bangku SD. Kala itu, orangtuaku hanya mengizinkanku dan kakakku menggunakan konsol gaming kami di masa liburan saja. Terbiasa bergaul dengan saudara dan sepupu yang mayoritas laki-laki, aku memang tak asing dengan sejumlah game jadul seperti Sonic the Hedgehog 2, Streets of Rage II, Contra: Hard Corps, Golden Axe, Street Fighter II: Special Champion Edition, Mortal Kombat II, Phelios, sampai Disney’s Aladdin.

Tentu saja kemampuan ASUS ROG Phone 7 dengan cooling fan-nya ini, akan bisa membangkitkan kenangan masa kecil itu.

Namun sekalipun tidak ditempel kipas penunjangnya, ROG Phone 7 baik versi reguler atau ultimate tetap mampu memberikan kinerja thermal memuaskan berkat teknologi vapor chamber. Teknologi pendinginan maksimum ini ditunjang desain DualCool dan sistem GameCool 7, sehingga ponsel ini mendapat kinerja pendinginan terbaik sampai di seluruh layar. Hal ini akhirnya membuat daya yang digunakan jadi lebih efisien bahkan meningkat 15% karena bisa mendinginkan CPU dari segala arah.
Infografis sistem pendinginan pada ASUS ROG Phone 7
Infografis sistem pendinginan pada ASUS ROG Phone 7
Menawarkan dua pilihan memori untuk versi reguler yakni 8GB/256GB dan 12GB/256GB serta ultimate di 16GB/512GB, ASUS ROG Phone 7 memang kelewat buas. Keberadaan chipset Snapdragon 8 Gen 2 dari Qualcomm, membuat ponsel ini meraih performa 1,2 juta untuk AnTuTu 9 dan 1,3 juta untuk AnTuTu 10. Imbasnya, bahkan tanpa AeroActive Cooler kalian bisa memainkan Genshin Impact atau Mobile Legend Bang Bang di 60fps, serta PUBG di 90 fps tanpa perlu merasa kepanasan.

Ibaratnya, ‘lo punya ASUS ROG Phone 7, lo punya kuasa’.

ASUS ROG Phone 7, Si Buas yang Tak Tak Hanya Jinak Pada Gamer

Tampilan ASUS ROG Phone 7
Tampilan ASUS ROG Phone 7 foto: Travelerien
Tentu melihat sejumlah penjelasan sebelumnya, aku harus sepakat kalau ROG Phone 7 memang diperuntukkan khusus bagi penggemar mobile gaming . Hanya saja ponsel ini punya daya tarik lebih untuk seorang traveler pencerita, sekaligus pensiunan gamer sepertiku.

Aku begitu suka dengan keputusan ASUS menggunakan sistem 2x3000mAh pada baterai ponsel berkapasitas 6000mAh ini, sehingga berimbas pada proses pengisian daya lebih cepat, tak heran kalau pengisian 100% bisa dilakukan dalam waktu 42 menit saja. Belum lagi keberadaan sistem bypass charging yang lebih fokus pada pengisian daya motherboard, sehingga arus listrik yang masuk tidak terlalu tinggi yang memperpanjang usia baterai.

Kemampuan daya tahan baterai yang bandel ini jelas jadi jawaban saat aku melakukan traveling ke tempat-tempat dengan jaringan listrik terbatas, atau harus senantiasa online dalam membuat konten media sosial. Belum lagi bodi ponsel yang sudah anti debu dan air berkat sertifikat IP54, ROG Phone 7 jelas sangat tangguh saat menemaniku hiking dan mencapai puncak gunung.

Lantas bagaimana dengan kameranya?

Ini adalah bagian favorit yang cukup mengejutkanku.

ASUS memasang tiga kamera pada bagian bodi belakang ponsel dengan resolusi 50MP sensor Sony IMX766  (wide), 13MP (ultrawide) dan 5MP (macro), yang bagiku sudah sangatlah mumpuni sebagai teman perjalanan. 

Bahkan untuk perekaman video, ROG Phone 7 memiliki 3-axis EIS yang mengesankan sehingga mampu mengabadikan video hingga 8K@24fps, 120fps slow-motion di kualitas video 4K, perekaman HDR dan aneka mode Pro video lainnya seperti generasi ROG phone sebelumnya. Jangan lupakan juga kamera selfie 32MP yang bisa merekam video 1080p@30fps. 

Ini merupakan bukti kalau sekalipun ROG adalah brand khusus perangkat gaming, mereka tidak ala kadarnya memasang lensa kamera. 

ROG juga menggunakan fitur AI untuk beberapa fitur filter yang bisa dimanfaatkan melalui mode Portrait. Filter-filter kecantikan ini bisa berupa meniruskan pipi, mempercantik mata, mencerahkan kulit, bahkan sampai memberikan kesan kulit tampak lebih lembut berkat AI. Oiya, ketika kalian memotret dalam kondisi penerangan rendah, maka Night Mode UI bisa langsung aktif sehingga momen yang tertangkap tetap paripurna.

Salah satu mode kamera yang menarik perhatianku di ROG Phone 7 ini adalah Pro Mode yang disebut sangat serbaguna. Kalian bisa memasang exposure di kisaran -2 dan +2, lalu ISO dari 25 hingga 3200, sampai kecepatan bukaan shutter antara 1/60 dan 32 detik. 

Sebuah kejutan istimewa yang lagi-lagi membuat ROG juga cocok digenggam traveler sepertiku.
Hasil kamera ASUS ROG Phone 7 (lensa 50MP wide)
Hasil kamera ASUS ROG Phone 7 (lensa 50MP wide) foto: GSMArena

Hasil kamera ASUS ROG Phone 7 (lensa 12,5MP-low light)
Hasil kamera ASUS ROG Phone 7 (lensa 12,5MP-low light) foto: GSMArena

Hasil kamera ASUS ROG Phone 7 (lensa 13MP ultrawide-night mode)
Hasil kamera ASUS ROG Phone 7 (lensa 13MP ultrawide-night mode) foto: GSMArena
Melihat hasil foto-foto tersebut, aku bisa membayangkan diriku berjalan di banyak sekali kegiatan adat negeri ini bermodalkan ROG Phone 7.

Mulai dari mengabadikan upacara kuno Kasodo milik suku Tengger di Gunung Bromo, menyaksikan ritual kematian suku Toraja yakni Rambu Solo, bergembira dengan Festival Babukung di Kalimantan Tengah, atau jadi saksi upacara adat Reba di Bajawa, Nusa Tenggara sana, hingga merekam rupa-rupa ekspresi budak korporat di ibukota Jakarta sepulang kerja.

ROG Phone 7 akan mampu menjalankan tugasnya, membantuku menangkap momen berkat performa tangguhnya yang muncul tak hanya saat diajak bermain game saja. 

Ponsel ini akan sanggup memberikan semangat berkat desain futuristiknya, jika industri foto tidak akan musnah berkat kehadiran AI. Karena sosok yang memegang kamera jelas masih akan menjadi kunci utama dalam seni visual ini dalam menangkap momen.

Kelak dari hasil foto yang kuambil itu, akan kubiarkan AI melakukan perbaikan di beberapa sisi sehingga foto-foto tersebut dapat menjalarkan cerita yang sudah kurangkai sendiri. Apalagi proses merangkai cerita akan semakin nyata saat diamati lagi berkat layar AMOLED super lega yakni 6.78”

Kurasa, aku tak akan cemas lagi mengarungi semesta dengan berbagai jenis Kecerdasan Buatan jika itu sambil memegang ASUS ROG Phone 7.
Harga ASUS ROG Phone 7 di Indonesia
Harga ASUS ROG Phone 7 di Indonesia foto: Travelerien
*** 
Ada 2 promo untuk ROG Phone 7 yaitu:
1. Early Bird Promo - Periode tanggal 18-31 Juli 2023
Untuk setiap pembelian ROG Phone 7 series konsumen akan mendapatkan eksklusif merchandise ROG 7 Devilcase dan 2 tahun Garansi resmi, dengan total hadiah senilai 2 juta rupiah. Promo ini berlaku di semua mitra penjualan resmi ASUS offline seperti Erafone, Urban Republic, ROG Store, ASUS Exclusive Store dan ASUS Authorized Partners. Serta mitra online seperti Eraspace, Tokopedia, Blibli dan Asus Online store.

2. Consumer Launch Promo - Periode tanggal 18-23 Juli 2023 di Atrium Gandaria City Mall
Selain mendapatkan eksklusif merchandise ROG 7 Devilcase dan 2 tahun Garansi resmi, konsumen juga akan mendapatkan tambahan spesial merchandise seperti
ROG exclusive jacket, MLBB limited edition T-Shirt dan juga 1000 MLBB diamonds, dengan total hadiah senilai 3,5 juta rupiah. Promo ini berlaku khusus untuk konsumen yang telah melakukan pre-order dari tanggal 8-17 Juli secara offline di Erafone lalu melakukan pickup/pengambilan produk di event venue ataupun untuk konsumen yang akan melakukan pembelian langsung di event venue
***
Tulisan ini diikutsertakan dalam ASUS ROG Phone 7 Blog Writing Competition di Blog Travelerien.

Author

Arai Amelya

I'm a driver, never passenger in life