https://www.idblanter.com/search/label/Template
https://www.idblanter.com
BLANTERORBITv101

Mencumbu Awan, Mendengar Sajak Kuno Si Telomoyo

Sabtu, 15 Juli 2023
Puncak Gunung Telomoyo
Puncak Gunung Telomoyo foto: Anggara Wikan Prasetya/KOMPAS

“Alkisah dalam perang besar di Alengka, Rama telah melesatkan anak panah
Brahmastra hingga menembus dada Rahwana. Namun raksasa licik
itu menguasai ajian Pancasona sehingga dia tak bisa mati. Tetapi Hanoman
tak hilang akal, dia menimpa mayat Rahwana dengan Gunung Ungrungan.
Agar memastikan roh Rahwana tak lepas dan membuat kekacauan di Bumi, Hanoman memilih
mengawasi sang Dasamuka sambil bertapa hingga akhir masa di Kendalisada
yang kini dikenal sebagai Gunung Telomoyo”
***

Bicara soal gunung di Jawa Tengah, mungkin kalian akan sama sepertiku yakni meletakkan Merbabu di posisi teratas karena keindahannya maupun Merapi karena misterinya. Namun sebetulnya ada satu gunung yang memiliki pesona yang tak kalah dari dua ‘pasak pulau Jawa’ itu, bernama Telomoyo.

Menghunus langit setinggi 1.894 mdpl, Telomoyo yang terletak di dua wilayah yakni Kabupaten Semarang dan Kabupaten Magelang ini berdiri diapit gunung-gunung lain yang mayoritas memang lebih tinggi yaitu Merbabu, Andong, Sumbing dan Ungaran. Jika kalian melintasi Jalan Bypass Ambarawa dari Eling Bening, Danau Rawa Pening yang termahsyur itu akan menjadi latar belakang pemandangan dihiasi Gunung Merbabu dan Telomoyo.

Tapi ada alasan tersendiri yang membuat Telomoyo lebih unggul dibandingkan gunung-gunung populer di Jawa Tengah lainnya.

Apa?

Kemampuannya menyuguhkan lautan awan tanpa perlu bersusah payah melakukan pendakian lewat langkah kaki.

Yap, bagi seseorang yang suka naik gunung sepertiku, mencapai puncak dan melihat awan berselimut di langit langsung di tapal cakrawala mata adalah sebuah obat mujarab untuk segala letih usai mendaki selama berjam-jam. Namun jika ada gunung yang mampu menyuguhkan keindahan awan tanpa perlu berletih-letih, tentu aku tak akan menolaknya.

Jawa Timur menawarkannya lewat Puncak Penanjakan yang dimiliki oleh Gunung Bromo.

Sulawesi Selatan menyuguhkan keindahan lautan awan tanpa perlu pendakian lewat Tongkonan Lempe di Lolai, Toraja Utara.

Dan Jawa Tengah memberikan Gunung Telomoyo untuk para pencumbu awan.

Pemandangan Gunung Merbabu-Telomoyo di Jalan Ambarawa Bypass
Pemandangan Gunung Merbabu-Telomoyo di Jalan Ambarawa Bypass foto: Crisco 1492

Salah satu pintu masuk yang bisa dipilih untuk mencapai Puncak Telomoyo adalah Dusun Pagergedog di Desa Sepakung, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Berada satu jalur dengan pintu masuk dari Desa Dalangan, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, kalian bahkan bisa mencapai puncak menggunakan kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat seperti jeep.

Ada spot yang begitu Instagrammable di area tertinggi Telomoyo yakni Awang-Awang Sky View yang selalu ramai dipenuhi pengunjung karena ingin berada di balkon kacanya. Jika dalam cuaca yang bagus saat pagi hari usai matahari terbit, kalian akan bisa melihat awan putih menggulung tepat di belakang tempat kita berdiri. Sebuah keindahan yang lazim ditemukan saat summit attack.

Perhatikan dengan betul pemandangan lautan awan itu, karena akan ada lima puncak gunung yang muncul dan saling mengintip yakni Ungaran, Andong, Sumbing, Sindoro hingga Prau. Kelak saat selimut awan itu sudah tersibak, hamparan birunya Rawa Pening di Kecamatan Ambarawa akan terlihat dengan luar biasa indah.

Telomoyo adalah tempat terbaik untuk menikmati cantiknya mayapada Kabupaten Semarang.

Rawa Pening terlihat dari Puncak Telomoyo
Rawa Pening terlihat dari Puncak Telomoyo foto: Anggara Wikan Prasetya/KOMPAS

***
“Demi mengetuk hati Sang Dewa agar dikaruniai buah hati,
Ki Hajar Salokantara meninggalkan istri tercintanya, Endang Sawitri untuk bertapa di
Gunung Telomoyo. Sang pertapa mandraguna itu tak tahu jika
kelak di rahim Endang muncul seorang anak naga yang bernama Baru Klinthing.
Ingin menjadi anak manusia seutuhnya, Klinthing pun menjemput Salokantara dan ikut bertapa.
Malang saat bertapa, warga Desa Pathok memotong daging ekor naganya sehingga
membuat tubuh manusia Klinthing kemudian bersimbah darah.
Berkat bantuan Nyi Lantung, Klinthing memberi pelajaran bagi warga desa yang tamak itu.
Ditancapkannya lidi ke tanah tapi manusia-manusia rakus itu tak ada yang bisa mencabutnya.
Kesaktian Klinthing pun diperlihatkan kala dia menarik lidi itu yang kemudian keluar air deras
dan menenggelamkan Desa Pathok beserta penghuninya.
Kini tanah tempat lidi itu tercabut tersohor sebagai Rawa Pening”
***
Menikmati lautan awan Gunung Telomoyo
Menikmati lautan awan Gunung Telomoyo foto: Instagram @dimas.hy

Konon terbentuk sekitar 10.000 tahun sebelum Masehi, tak heran kalau Telomoyo memang sudah menjadi saksi bisu peradaban manusia di Bumi ini. Hal itu pula yang membuat gunung api dengan tipe kerucut alias stratovolcano ini menyimpan banyak sekali cerita yang diturunkan dari generasi ke generasi entah mitos, legenda atau benar adanya.

Sekadar informasi, Telomoyo sendiri ‘lahir’ dari sisi selatan Gunung Soropati yang mengalami erosi dan runtuh pada masa Pleistosen Tengah. Reruntuhan itu kemudian membentuk cekungan serupa huruf U yang terbuka ke arah tenggara. Di zaman Holosen, Telomoyo terbentuk di dinding Soropati yang mana gunung purba itu kini hanya menjadi dinding kaldera.

Hamparan awan dari Gunung Telomoyo
Hamparan awan dari Gunung Telomoyo

Apa yang menarik dari Telomoyo selain keindahan lautan awan tanpa pendakian dan berbagai selubung kisah-kisah kuno adalah, gunung api ini dilaporkan tak pernah meletus. Meskipun begitu, Telomoyo konon dianggap sebagai pusat sesar aktif saat terjadi rentetan gempa tektonik Salatiga pada tahun 2021 silam.

Kompas melaporkan jika sumber panas atau source rock yang membentuk sistem panas bumi Telomoyo berasal dari komposisi andesit-basaltik pada dapur magma. Magma dengan sifat encer dan cair itu punya densitas yang tinggi karena konsentrasi mineral mafik. Magma yang terus naik hingga permukaan lewat rekahan-rekahan itulah yang akhirnya membentuk tubuh kerucut Telomoyo.

Aktivitas hang gliding di Gunung Telomoyo
Aktivitas hang gliding di Gunung Telomoyo foto: Taufik Adi

Kendati aktivitas vulkanisnya begitu misterius, Telomoyo tampaknya kini memilih tetap dalam masa tidur panjangnya dan memanggil manusia-manusia di permukaan untuk menikmati keindahannya. Selain menikmati lautan awannya dengan kendaraan bermotor, cara lain untuk terpesona pada Telomoyo adalah lewat olahraga paralayang dan gantole

Kenapa begitu? Karena ternyata Gunung Telomoyo memiliki landasan paralayang tertinggi di Indonesia.

Puas dengan pesona alamnya, kalian juga dapat menyimpan kisah Telomoyo secara berbeda. Ada suguhan tradisi budaya berbalut kearifan lokal di Desa Wisata Menari yang terletak di Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Berada di lereng Telomoyo, Pokdarwis Desa Menari menawarkan berbagai paket wisata sekaligus pagelaran seni, seperti dilansir Detik.

Pertunjukan seni di Desa Wisata Menari
Pertunjukan seni di Desa Wisata Menari foto: visitjawatengah.jatengprov.go.id

Di sana, kalian bisa menikmati beberapa tarian yang ditampilkan masyarakat Dusun Tanon seperti Topeng Ayu, Geculan Bocah, Warok Kreasi, Kuda Lumping dan Eko Prawiro yang merupakan tarian keprajuritan di Keraton.

Tentu dengan terbukanya aneka potensi di dalamnya, Telomoyo jelas sudah lebih dari siap untuk menjelma sebagai salah satu magnet wisata Kabupaten Semarang. Ditopang berbagai pembenahan mulai dari sisi SDM (Sumber Daya Manusia) dan infrastruktur untuk mempermudah akses, berkunjung ke Telomoyo tentu wajib masuk saat ke Jawa Tengah.

Karena pada dasarnya, belum lengkap menikmati Kabupaten Semarang tanpa singgah di pangkuan Telomoyo.

Monggo pinarak.

***

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Lomba Blog Pesona Wisata Kabupaten Semarang

Author

Arai Amelya

I'm a driver, never passenger in life