https://www.idblanter.com/search/label/Template
https://www.idblanter.com
BLANTERORBITv101

Mendesain Kehidupan, Mengunci Mimpi Kota Idaman dari Para Pemilik Masa Depan

Minggu, 19 November 2023
Aku di Loko'mata Batutumonga, Toraja Utara foto: Hamri
“Love begins at home, and it is not how much we do, but how much
love we put in that action,”
(Mother Teresa)
***
Sebagai seorang traveler blogger, aku sejatinya memandang rumah lebih dari sekadar hunian. Bagiku, rumah bukan hanya semata bangunan persegi yang akan melindungi dari panas matahari yang menyengat, atau dinginnya hujan dan angin malam. Justru, rumah adalah tempat di mana segala perasaan bermula.

Tempat di mana kehidupan berjalan.

Perjalananku ke berbagai tempat di Indonesia dan bertemu banyak masyarakat adat di pelosok-pelosok daerah mengajarkan sebuah hal yang penting mengenai rumah. Sebuah kesamaan yang ternyata terurai persis, bahwa rumah adalah tempat untuk menemukan kehidupan.

Tak peduli apakah terbuat dari bata merah, bata ringan, batako, dinding logam, kayu, kaca hingga panel fiber semen, inti dari kenyamanan rumah adalah dengan siapa kita tinggal dan bagaimana lingkungan membungkusnya.

Orang-orang Dayak di pedalaman Kalimantan Tengah bisa menemukan kenyamanan lewat rumah-rumah panggung yang terbuat dari kayu ulin, sebagaimana leluhur mereka terdahulu. Masyarakat Toraja begitu bangga berdiam di tongkonan-tongkonan kuno yang dihiasi tanduk kerbau. Kisah menghangatkan hati dari rumah juga diamini orang-orang Waerebo dalam mbaru niang mereka yang meskipun untuk menuju ke sana, butuh berjalan kaki hingga empat jam lamanya.
Waerebo, NTT
Aku saat berkunjung di Waerebo, Nusa Tenggara Timur
Bagi orang perkotaan sepertiku, tinggal di pedalaman tentu sebuah PR yang sangat besar. Meskipun suasananya sangat meneduhkan dan menyatu dengan alam, absennya jaringan internet yang selama ini menjadi denyut nadi finansialku adalah alasan terbesar kenapa tinggal di pedalaman desa eksotis masih jadi PR besar.

Padahal membayangkan bisa tinggal di sebuah lingkungan yang asri tentu sebuah harapan.

Sama seperti anak-anak yang menghadiri acara Ilustrasikan Kota Idamanmu yang diinisiasi oleh KPBA (Kelompok Pencinta Bacaan Anak) di TIM (Taman Ismail Marzuki), Jakarta Pusat pada Oktober 2022 silam, mereka ternyata juga mendamba rumah-rumah hunian yang begitu asri dan minim gangguan polusi. Dalam coretan gambar mereka, anak-anak itu berimajinasi jika lingkungan idaman untuk ditinggali justru harus dipenuhi pepohonan hijau, seperti dilansir Kompas.

Pertanyaannya, bisakah kita menemukan konsep hunian seperti itu di perkotaan?

Bisakah kita mendapatkan tempat tinggal yang memang benar-benar layak huni saat ini?

Pentingnya Hunian yang Nyaman Supaya Mental tak Bermasalah

Anak-anak menggambar kota idamannya foto: Tatang Mulyana Sinaga/KOMPAS
Anak-anak menggambar kota idamannya foto: Tatang Mulyana Sinaga/KOMPAS
Bagi milenial sepertiku, rumah yang meskipun dibangun dengan megah tapi berada di lokasi yang sangat tidak strategis adalah sebuah beban tersendiri. Apalagi jika jarak antara rumah dengan tempat bekerja atau sekolah juga cukup jauh, otomatis kita harus membiasakan diri menempuh perjalanan jauh setiap harinya. Kondisi ini bahkan disebut tidak sehat dan justru bisa memicu berbagai masalah mental, seperti dilansir Hello Sehat.

Mulai dari kadar gula darah yang meningkat karena aktivitas fisik yang dilakukan sepanjang perjalanan, ternyata bisa memicu produksi adrenalin yang artinya memperbesar pelepasan glukosa dari hati. Lalu juga ancaman kurang tidur, berat badan dan tensi darah meningkat, risiko sakit leher kronis, paparan polusi, sampai akhirnya rentan depresi apalagi jika harus terjebak kemacetan setiap hari.

Bahkan khusus untuk depresi, hal itu terbukti dari studi yang dilakukan Universitas East Anglia pada 2014 silam. Di mana para pekerja yang berangkat dengan kendaraan pribadi dan terjebak kemacetan, tak akan bisa menikmati kegiatan sehari-hari jika dibandingkan dengan mereka yang berangkat menggunakan transportasi umum.

Kalau sudah seperti ini, bukankah memiliki hunian di lokasi strategis adalah keharusan supaya kesehatan mental tidak terancam?

Hanya saja, apakah lingkungan rumah yang nyaman dan layak huni itu cuma dinilai dari lokasi strategis saja?
Pedestrian BSD City
Pedestrian BSD City foto: Santo/Kabar Properti
Jika merujuk pada penjelasan IAP (Ikatan Ahli Perencana), daerah layak huni atau yang kini sering disebut sebagai kota layak huni (livable city) merujuk kepada suasana kota yang memang nyaman sebagai tempat tinggal sekaligus tempat beraktivitas yang meliputi berbagai aspek mulai fisik dan non fisik. Di mana sebuah daerah hunian layak memegang gelar livable city jika sudah memenuhi sejumlah faktor seperti:
  • Tersedia berbagai kebutuhan dasar untuk hidup mulai kawasan perumahan yang layak, adanya akses air bersih, jaringan listrik, sanitasi sampai pangan yang mencukupi
  • Tersedia berbagai fasilitas umum dan sosial mulai transportasi umum, taman-taman atau RTH (Ruang Terbuka Hijau), rumah sakit/klinik, sekolah dan lain-lain
  • Tersedia ruang publik sebagai wadah berinteraksi antar penghuni kawasan atau komunitas lain
  • Menjamin keamanan dan keselamatan penghuni
  • Mempunyai kualitas lingkungan yang sehat
Demi mencari sebuah daerah yang layak disebut sebagai livable city, dilakukanlah survei MLCI (Most Livable City Index) 2017 oleh IAP di 26 kota besar yang tersebar di 19 provinsi seluruh Indonesia. Hasilnya, ada tujuh kota yang paling menonjol dan layak disebut sebagai top tier livable city seperti Solo, Palembang, Balikpapan, Denpasar, Semarang, Tangerang Selatan, dan Banjarmasin.

Yang menarik, dua kota yang dianggap memiliki nilai ekonomi luar biasa besar yakni Surabaya dan Jakarta justru bukan top tier livable city. Di mana dua ibukota itu masuk kategori average tier livable city bersama Pekalongan, Bandung, Yogyakarta, Bogor, Palangkaraya, Manado dan kota asalku Malang.

Pertanyaannya, apakah kota-kota yang disebut sangat layak huni itu juga sudah memiliki pemukiman yang memenuhi kesejahteraan masyarakat?

Mungkin tidak semuanya.

Karena pada dasarnya untuk bisa menghidupkan livable city di Indonesia bukan hal yang mudah. Negeri ini butuh pengembang perumahan yang memang benar-benar peduli pada kehidupan masyarakatnya.

Dan melalui Sinar Mas Land, Indonesia menitipkan hunian idaman bagi para pemilik masa depannya.

Sinar Mas Land, Kobarkan Api Livable City Masa Depan di Nusantara

Konsep livable city
foto: Shutterstock
“The city is not merely a repository of pleasures. It is the stage on which
we fight our battles, where we act out the drama of our live,”
(Charles Montgomery)
***

Saat menentukan livable city di Indonesia, hasil penelitian MLCI juga berhasil mengungkapkan lima masalah utama yang kerap meresahkan masyarakat perkotaan di negeri ini dalam mencari hunian. Kelima hal itu mulai dari buruknya kualitas jalur pejalan kaki, ancaman bencana alam, kemacetan yang semakin parah, harga rumah terus melambung hingga belum dilibatkannya calon pembeli dalam pembangunan rumah.
Data MCLI
Bahkan lebih lanjut, menurut dokumen yang dirilis EIU (The Economist Intelegence Unit) pada tahun 2019, Indonesia berada di posisi ke-115 dari 140 livable city di dunia. EIU sendiri menilai lewat aspek kesehatan, stabilitas, lingkungan dan budaya, pendidikan serta infrastruktur.

Fakta ini jelas menjadi bukti bahwa perjuangan untuk menciptakan livable city di Indonesia masih cukup berat.

Hanya saja hal itu justru bukan menjadi halangan bagi Sinar Mas Land.

Perusahaan properti yang memegang berbagai proyek raksasa perkotaan seperti BSD City, Grand City Balikpapan sampai Kota Deltamas ini bahkan menetapkan empat pilar konsep pembangunan livable city. Di mana empat pilar ini akan terus berintegrasi dalam menciptakan livable city di masa depan. Berikut penjelasannya:
  • LIVE: Mencakup berbagai sarana dan prasarana yang nantinya bisa mendukung kebutuhan hidup para calon penghuni seperti infrastruktur dan transportasi umum
  • LEARN: Mencakup berbagai sarana dan prasarana yang terlibat dalam kegiatan pendidikan masyarakat entah sekolah formal, sekolah vokasional, sekolah dasar hingga sekolah menengah serta universitas lokal maupun internasional
  • WORK: Mencakup berbagai sarana dan prasarana yang mendukung kebutuhan profesional dan lapangan kerja seperti pusat perkantoran, kota-kota industri hingga area komersial
  • PLAY: Mencakup berbagai sarana dan prasana yang mendukung kebutuhan emosional dan rekreasi masyarakat seperti pusat olahraga, taman rekreasi, pusat kuliner sampai exhibition halls
Melalui empat pilar itulah, Sinar Mas Land akhirnya menjadi tulang punggung penerapan konsep pembangunan livable city di Indonesia.

Salah satu proyek yang berhasil diwujudkan adalah Grand City Balikpapan.
Gerbang utama Grand City Balikpapan
Gerbang utama Grand City Balikpapan foto: via Bisnis
Diresmikan pada tahun 2012, Grand City Balikpapan yang menempati 250 hektar lahan ini menjawab tuntas keempat pilar utama livable city yang jadi pedoman Sinar Mas Land. Apa saja? Berikut beberapa buktinya:
  1. Tersedia tipe-tipe unit rumah yang variatif sehingga bisa disesuaikan dengan kemampuan finansial calon pembeli
  2. Keberadaan area terbuka hijau yang sangat luas dan dilengkapi taman serta danau buatan sampai Bendali (bendungan pengendali banjir) yang bisa meminimalisir bencana banjir
  3. Pembangunan jalan raya sebagai infrastruktur penunjang pengurai kemacetan akses masuk Balikpapan dari ibukota Kalimantan Timur, SamarindaPembangunan pusat perbelanjaan, perkantoran, sekolah internasional, aneka rekreasi, olahraga hingga kuliner
  4. Ketersediaan jalur pedestrian, sepeda hingga median jalan yang berupa taman dan motor
Selain Grand City Balikpapan, proyek Sinar Mas Land lain yang juga sudah menerapkan livable city masa depan di Indonesia adalah BSD (Bumi Serpong Daya) City. Proyek terencana ini berdiri di atas lahan seluas 6.000 hektar yang disekitarnya bisa dengan mudah ditemukan berbagai fasilitas hidup seperti apartemen, kawasan perkantoran dan toko-toko komersial, taman, rumah sakit, pusat perbelanjaan hingga pariwisata.

Tak heran kalau akhirnya proyek yang dimulai pada tahun 1989 itu kini dianggap sebagai perumahan kota paling sukses di Indonesia. Bahkan BSD kini sudah menjelma sebagai perusahaan properti dengan nilai pasar terbesar di BEI (Bursa Efek Indonesia).

Berkaca pada keberhasilan proyek-proyek tersebut, mimpi Sinar Mas Land kembangkan konsep livable city bukan sekadar pepesan kosong belaka. Bahkan terbaru, Sinar Mas Land siap mengusung strategi properti hijau dalam mewujudkan the future of integrated livable city in Indonesia, demi menampung seluruh kegiatan masyarakat secara aman dan nyaman.

Hal ini jelas mengingatkanku pada buku HAPPY CITY yang ditulis oleh Charles Montgomery. Di mana menurutnya, kota yang membuat orang bahagia adalah kota yang dapat memperlakukan penghuninya selayaknya manusia dan menghargai mereka.

Tak heran kalau akhirnya Sinar Mas Land menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan lewat prinsip ESG (Environmental, Social, Governance). Di mana ini merupakan dukungan penuh terhadap target besar pemerintah untuk mencapai NZE (Net Zero Emission) di tahun 2060 mendatang. Bukan tak mungkin kalau konsep sustainable development ini akan mampu mengurangi biaya operasional hunian, menghemat energi listrik dan meningkatkan kesehatan penghuninya.

Ingat terus namanya.

Sinar Mas Land.

Kunci untuk menjadikan Indonesia lebih sejahtera dan sebaik-baiknya tempat hunian yang layak, kini ada di imajinasi Sinar Mas Land.


Author

Arai Amelya

I'm a driver, never passenger in life