https://www.idblanter.com/search/label/Template
https://www.idblanter.com
BLANTERORBITv101

Aku Ingin Bahagia Sambil Menjelajah Dunia dengan ASUS Zenbook DUO (UX8406)

Minggu, 31 Maret 2024
ASUS Zenbook DUO (UX8406)
Dulu aku selalu berpikir, menjadi perempuan itu sesuatu yang menyenangkan.

Selalu menjadi orang yang dilindungi, selalu diistimewakan dan selalu dituruti. Apalagi terlahir sebagai satu-satunya anak perempuan dari tiga bersaudara, aku memang cenderung cukup egois dan keras kepala kalau menginginkan sesuatu, sehingga Ayah, kakak dan adik laki-lakiku lebih sering mengalah.

Tapi itu semua terjadi saat aku masih kecil hingga remaja.

Ketika aku memasuki dunia dewasa, aku sadar kalau menjadi perempuan bukanlah sesuatu yang mudah.

Segera setelah jenjang sekolah kulewati, pertanyaan-pertanyaan itu datang kepadaku.

***
‘Wah, udah lulus, ya? Sebentar lagi siap nikah, dong?’
‘Lhoh, kok malah cari kerja? Yaudah nggak apa, asal cari jodoh juga ya’
‘Eh sudah usia 25 tahun kok masih sendiri? Perawan tua itu namanya’
‘Kamu jangan nutup diri gitu, itu sepupumu udah nikah semua, cuma kamu aja’
‘Ini malah jalan-jalan terus, cari uang terus, apa nggak sayang sama usianya?’
‘Makanya jangan tinggi-tinggi netapin jodoh, keburu tua nanti susah hamil!’
***

Rasanya aku seperti dijejalkan ke dalam salah satu adegan-adegan awal di film animasi kesukaanku, MULAN (1998). Digiring ke rumah mak comblang, terpaksa bersikap manis, demi menemukan laki-laki untuk menjadi calon suami.

Aku tidak mau terdengar terlalu membenci patriarki. Aku juga tak mau dianggap terlalu feminis. Tapi, haruskah jalan hidup perempuan diatur selalu seperti itu?

Tidak bolehkah aku membuat jalan yang berbeda sedikit?

Apakah sangat hina kalau aku mendorong diriku untuk mengejar apa yang kumau meski sangat tidak masuk akal terlebih dulu, lalu baru kemudian berpikir untuk mencari the right one, atau bersiap menerima nasib terburuk yakni ditakdirkan sendiri?

Dengan usiaku yang kini terus bertambah, tubuh yang semakin mudah lelah, dan sahabat-sahabat perempuan yang sudah mengantar anak ke sekolah atau merangkai hidup rumah tangga, keinginan untuk menikah dan memiliki keluarga sejatinya masih bisa kurasakan di dalam pikiran dan hatiku.

Tapi rasa itu semakin lama semakin terjejal ke salah satu sudut hippocampus, bergabung dengan berbagai memori dan kenangan yang lain. Karena sang amigdala kini berpihak pada keinginanku.

Otakku lebih memilih setia pada kekuatan terbesar yang dimiliki oleh manusia.

Harapan.

Harapan yang sudah lahir saat aku masih menjadi pelajar sekolah menengah.

Harapan yang berhasil mengembalikan kesadaranku saat aku dihantam oleh depresi.

Harapan yang menjadi bahan bakar untuk mimpiku, seorang penulis skenario.

Menulis dan Mimpi-Mimpi yang Mengambang Lima Senti di Dahi

Aku di Toraja Utara
Aku saat di Toraja Utara
Dalam film 5CM (2012), ada satu adegan yang aku sedikit bersyukur bisa divisualkan cukup meyakinkan oleh Junot sebagai pemeran Zafran. Itu saat dia berkata bahwa puncak Gunung Semeru atau Mahameru, sudah diletakkan menggantung sejauh lima sentimeter di depan dahinya.

Bagi seorang Zafran yang hidupnya bak lembaran syair Khahlil Gibran, apa yang dia letakkan lima senti di depan dahinya adalah sebuah perlambang kalau itu adalah mimpi yang menjadi tujuannya saat ini.

Mungkin terdengar konyol, tapi itu bahkan mengamini adegan itu.

Terlahir dalam keluarga yang begitu menyukai seni, film memiliki cara yang luar biasa ajaib untuk memikatku. Dari sekadar hobi, film membiusku semakin dalam. PETUALANGAN SHERINA (2000) adalah biang keladi bagaimana film membuatku bermimpi lebih jauh. Hal itu juga yang akhirnya membuatku memberanikan diri mengikuti ujian masuk di IKJ (Institut Kesenian Jakarta).

Namun kenyataan hidup membuatku melepaskan itu semua.

Terhantamnya perekonomian keluarga, membuatku mengubur dalam-dalam keinginan belajar di IKJ.

Jangan tanya betapa besar rasa kecewaku saat itu.

Aku kalah bahkan sebelum berperang.

Rasanya aku seperti seorang Robb Stark (Richard Madden) dalam series GAME OF THRONES. Berangkat dengan genderang pujian sebagai The Young Wolf, justru harus berakhir dalam kelamnya Riverrun lewat orkestra Red Wedding.

Kekecewaan luar biasa bersamaan dengan kondisi keluarga yang semakin buruk membawaku ke zona depresi.

Aku kehilangan minat atas apapun saat itu. Tahun 2017-2019 adalah masa paling kelam dalam hidupku. Jangankan berpikir untuk mengejar mimpi, sekadar bertemu dengan sahabat-sahabat dekatku, enggan kulakukan.

***
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya” - Surah Al Baqarah 286
***

Dalam titik paling dalamku, aku bahkan begitu tidak menyukai Tuhan. Membenci Dia yang tidak melakukan apapun atas berbagai kemalangan yang kualami, bahkan mengancamnya seperti yang dilakukan Madring (Aming) dalam film DOA YANG MENGANCAM (2008). Namun kegelapan sepertinya belum jadi takdirku.

Psikiaterku menyarankan agar aku mencari sesuatu yang bisa mengembalikan minatku. Sesuatu yang setiap kali aku lakukan, aku seperti ingin hidup 1.000 tahun lagi. Sesuatu yang membuatku merasa mendapatkan kehormatanku sendiri.

Menulis.

ASUS Zenbook DUO (UX8406), Sang Panah Pasopati Bagi Scriptwriter Traveler

***
Dalam wiracarita Mahabharata dikisahkan Arjuna, sang
ksatria Astina mengikuti keinginan kakeknya, Bhagawan Abyasa untuk
melakukan pertapaan suci di Gunung Meru.
Laku tapa itu dilakukan Arjuna demi mendapat
pusaka sakti dari Bathara Guru, untuk memperkuat keyakinan diri.
Kegigihan Arjuna itupun menggetarkan hati Sang Kuasa Pengajar Sejati.
Seperangkat senjata Pasopati pun menjadi hadiah bagi si Baratasresta.
Sebuah panah andalan para raja yang nantinya mampu menaklukan Niwatakawaca.
Sebuah panah yang tak pernah meleset dan senantiasa menjadi bukti kekuasaan sejati
***

Seperti gaya gravitasi yang selalu menarik apapun ke Bumi, seperti itu juga dunia menulis membawaku.

Tahun 2020 adalah masa di mana aku membeli domain blog heyarai.

Setahun kemudian, aku berhasil mendapatkan laptop dari uang kemenangan lomba. Entah kebetulan atau tidak, aku memilih ASUS sebagai perangkat yang menemaniku mengarungi kembali dunia tulis-menulis. Semesta yang pernah kutinggalkan begitu saja karena kekecewaan, justru memegang kunci membuka berbagai pintu kesempatan yang lain.

Bersama laptop ASUS aku bahkan membuat langkah yang sangat besar di tahun 2021 yakni mengikuti sebuah kelas kepenulisan skenario secara online.

Meskipun terlambat bertahun-tahun lamanya, semangatku untuk belajar bagaimana membuat premis yang menarik, mengembangkannya ke sinopsis, menjabarkannya ke dalam delapan sekuens tiga babak, serta menjahitkan dialog ke dalam scene plot, nyatanya tidak pernah padam.

Tuhan mengulurkan tangan-Nya dengan memberiku kesempatan menjadi bagian dari tim penulis skenario mini series 10 episode untuk sebuah brand minyak telon di YouTube pada tahun 2022.

Setahun kemudian, kesempatan untuk terlibat dalam dua judul film TV di layanan streaming Vision+ pun menghampiriku. Sungguh kebahagiaan yang sulit kuungkapkan saat aku melihat bagaimana para aktor dan aktris itu menghidupkan karakter yang kubuat, berbicara dengan dialog-dialog yang kutuliskan, dan merasakan emosi yang kubenamkan dalam lembaran skenario.

Dan di tahun yang sama pula, 2023, aku terpilih sebagai satu dari 11 grand finalis terbaik dalam ajang SCENE yang digelar Kemenparekraf. Menyingkirkan ratusan peserta penulis skenario berpengalaman dari seluruh pelosok Indonesia, aku menghabiskan satu pekan penuh untuk mengikuti kelas kepenulisan bersama dua scriptwriter papan atas negeri ini, Alim Sudio dan Salman Aristo di Bogor dan Jakarta.

Bahkan aku juga memperoleh kesempatan pitching langsung di depan perwakilan perusahaan-perusahaan layanan streaming seperti VIU, Vision+, MaxStream dan Prime Video yang datang langsung dari Singapura.

Memang sungguh mengerikan saat kesempatan itu hadir di waktu yang tepat atau saat rezeki itu muncul di kala tidak terduga. Sebagai seonggok daging yang bisa berdiri dan berjalan, sekali lagi yang bisa kulakukan hanyalah bersyukur karena aku memiliki Tuhan.

Dan kini di bulan ketiga tahun 2024, keinginanku untuk semakin serius sebagai penulis skenario semakin menggebu. Aku ingin melihat namaku terpampang dalam poster film yang ditempel di dinding bioskop. Aku ingin melihat namaku muncul dalam trailer yang kalian lihat sebelum menonton film. Aku ingin melihat namaku tertulis di naskah skenario yang dibaca oleh aktor dan aktris idolaku.

Namun masalah muncul ketika aku tahu ‘senjata’ yang selama ini kupakai yakni laptop ASUS hitam keluaran 2021 itu sudah mulai merengek karena dipaksa bekerja terlalu keras.
Laptop ASUSku saat menulis skenario
Laptop ASUSku saat menulis skenario di Bandara Makassar
Seperti Thor (Chris Hemsworth) di AVENGERS: INFINITY WAR (2018) yang mencari senjata baru setelah palu Mjolnir miliknya dihancurkan oleh Hela (Cate Blanchett), kurasa aku akan mengikuti jejaknya. Meskipun aku memang tidak perlu sampai ke Nidavellir dan menghidupkan bintang yang telah mati, aku juga ingin mendapatkan Strombreaker-ku sendiri.

Ya, aku butuh ‘senjata’ baru.

‘Senjata’ yang lebih premium, lebih kokoh, lebih gagah, lebih luar biasa. 'Senjata' yang kuharap bisa membantuku menuju target tanpa meleset, seperti Panah Pasopati milik Arjuna yang sakti mandraguna itu.

‘Senjata’ yang hadir dalam bentuk ASUS Zenbook DUO (UX8406).

***
“Revolusi laptop telah dimulai hari ini. Ini adalah laptop
terbaik tahun 2024 yang telah tiba di Indonesia. ASUS Zenbook DUO ini dibekali
dua layar OLED, ditenagai AI, dan dilengkapi fitur
eksklusif yang akan merevolusi bagaimana kita berinteraksi
dengan laptop dan memaksimalkan produktivitas,”
-Jimmy Lin, ASUS Southeast Asia Regional Director-
***

Resmi diperkenalkan pada 7 Maret 2024, Zenbook DUO (UX8406) memang tidak butuh usaha lebih untuk menjadi tandem dalam mewujudkan mimpi panjangku sebagai seorang penulis skenario berkualitas. Setidaknya ada empat alasan utama kenapa Zenbook DUO (UX8406) ini memang layak jadi milikku:

1. Ciptakan Ruang Kerja di Mana Saja

Sebagai penulis skenario yang masih newbie, aku yang memang tidak punya latar belakang pendidikan perfilman harus mengejar ketertinggalan dengan mengikuti berbagai kelas-kelas online. Kadang dalam salah satu kelas online itu, aku dituntut juga melakukan pitching premis kepada mentor sehingga membuatku lebih nyaman bekerja di depan PC yang punya perpindahan layar lebih melegakan dan monitor lebih lebar, dibandingkan laptop ASUS lamaku.

Namun dengan Zenbook DUO (UX8406), masalah itu sepertinya akan mudah teratasi.

ASUS paham betul bagaimana pengguna laptop kadang membutuhkan keberadaan monitor tambahan atau setidaknya layar yang lebih lebar, supaya pekerjaan lebih lancar. Demi menemukan solusi, sejak tahun 2018 mereka ‘menggodok’ Project Precog untuk menghasilkan laptop dua layar yang ternyata menjadi konsep awal dari Zenbook DUO (UX8406).

Butuh enam tahun lamanya bagi ASUS untuk menyempurnakan berbagai software dan hardware penunjang agar asa laptop dua layar tak cuma indah dipandang, tapi juga memudahkan pengguna. Hasilnya, sebuah laptop revolusioner terlahir lewat Zenbook DUO (UX8406) yang membuat kita bisa menciptakan ruang kerja di manapun, termasuk di kedai kopi favorit lewat dua layar yang sempurna.

2. Pilihan Mode 5 in 1, Terbaik di Dunia

ASUS Zenbook DUO (UX8406)
Saat aku melakukan pitching cerita di depan perwakilan Prime Video, aku cukup kesulitan menampilkan presentasi deck-ku menggunakan laptop. Seperti yang kita tahu, desain laptop dengan bagian keybord menonjol, membuat tampilan layar sedikit mundur sehingga memang saat pitching, membawa tablet adalah pilihan terbaik. Namun melakukan pitching sambil membawa laptop dan tablet jelas merepotkan.

Seolah tahu keresahanku, ASUS menyajikan solusinya lewat Zenbook DUO (UX8406).

Seperti yang kalian tahu, laptop ini bukanlah laptop dua layar biasa karena setidaknya desain inovatifnya menawarkan lima pilihan penggunaan yang sudah dilengkapi fitur ScreenXpert yakni:
  • Sharing Mode: Kalian bisa menggunakan kedua layar berukuran 14-inci secara bersamaan, dengan menggeser bagian keyboard magnetic detachable yang bisa dilepas dan dipasang secara mudah. Dilengkapi dengan stylus ASUS Pen 2.0, Zenbook DUO (UX8406) jelas akan terasa bak tablet berkualitas tinggi.
  • Desktop Mode: Menggunakan bagian penyangga khusus, ASUS Zenbook DUO (UX8406) bisa diberdirikan 90 derajat untuk kedua layarnya sehingga seolah-olah kalian bekerja menggunakan PC.
  • Dual Screen Mode: Kedua layar yang mengusung teknologi ASUS Lumina OLED dan sudah tersertifikasi Dolby Vision®, Pantone® Validated, VESA Display HDR True Black 500, hingga color gamut 100% DCI-P3 ini bisa menampilkan hal berbeda secara bersamaan. Misalnya untuk layar monitor utama memperlihatkan suasana meeting online, maka layar kedua yang berada di bawah keyboard bisa menampilkan aplikasi kerja seperti Final Draft yang kugunakan untuk menulis skenario.
  • Laptop Mode: Bekerja seperti laptop pada umumnya, Zenbook DUO (UX8406) dengan bobot hanya 1,35 kilogram ini tentu sangat nyaman dibawa bepergia sambil tetap mengerjakan deadline.
  • Laptop Mode with Virtual Keyboard: Sama seperti laptop mode biasa, yang membedakan adalah mode satu ini tidak memerlukan keyboard fisik. Kalian bisa memakai keyboard on screen yang terletak pada layar kedua.
Tentu dengan berbagai pilihan desain itu, ASUS Zenbook DUO (UX8406) jelas menawarkan kegiatan multitasking yang tidak biasa. Kemampuan kelima mode-nya itu membuktikan kalau Zenbook DUO (UX8406) akan menggetarkan laptop-laptop premium lainnya.

3. Performa Gahar Tanpa Tanding

ASUS Zenbook DUO (UX8406)
Saat aku mengikuti SCENE 2023 lalu, aku mengalami sedikit masalah ketika mendadak laptopku error waktu aku sedang menulis skenario. Penyebabnya jelas karena laptop ASUS-ku tidak mampu lagi menahan berbagai software yang kupasang. Akhirnya dengan tenaga yang tersisa dan upaya melakukan restart berkali-kali, aku menuliskan kembali skenario satu episode segera dalam waktu kurang dari empat jam.

Hal itulah yang akhirnya membuat pentingnya perhitungan RAM dan CPU saat hendak upgrade laptop. Lagi-lagi hal inipun bermuara pada ASUS Zenbook DUO (UX8406)

Dibekali RAM 16GB dan bagian CPU Intel® Core™ Ultra 7 Processor terbaru yang bisa ‘digeber’, sudah bisa dipastikan kalau si classy ASUS Zenbook DUO (UX8406) mampu menghasilkan kinerja sangat tangguh. Sekadar informasi, prosesor ini sudah ditenagai AI dan dilengkapi oleh NPU (Neutral Processing Unit)

Seolah masih kurang, ASUS juga membenamkan chip grafis Intel® Arc pada Zenbook DUO (UX8406) yang diyakini mampu menghadirkan performa dua kali lipat. Didukung dengan teknologi grafis modern seperti real-time ray tracingXᵉ Super Sampling, DX 12 Ultimate dan Advanced Media Engine membuat proses video encoding semakin lancar.

4. Copilot Windows 11 untuk Laptop yang Awet Hingga 8 Jam

Ada kalanya aku mendadak diminta revisi naskah oleh produser atau sutradara. Jika permintaan ini hadir saat aku sedang di rumah, tentu tak masalah. Hanya saja kadang permintaan muncul saat aku sedang traveling dan kondisi baterai laptopku sangat boros.

Namun lagi-lagi, masalah itu jelas bukan halangan bagi ASUS Zenbook DUO (UX8406).

Kenapa begitu? Karena laptop ini sudah dibekali baterai 75Wh yang bisa bertahan hingga delapan jam lamanya.
ASUS Zenbook DUO (UX8406)
Melengkapi kemampuan software dan hardware yang ada, laptop ini hadir dengan sistem operasi Windows 11. ASUS Zenbook DUO (UX8406) juga merupakan laptop berfitur copilot untuk dukungan AI. Copilot di Windows 11 melengkapi keahlian dan kreativitas kalian, dengan bantuan kecerdasan serta jawaban relevan.

Selain itu, sudah dilengkapi Office Pre-Installed, agar kalian bisa nikmati semua manfaat dengan PC yang lengkap. PC sudah termasuk Office Home & Student 2021. Aplikasi Office versi lengkap. Meskipun belum sekeren Jarvis (Paul Bettany) milik Tony Stark (Robert Downey Jr) di film IRON MAN (2008), keberadaan AI dalam ASUS Zenbook DUO (UX8406) membuat kegiatan interaksi dengan laptop benar-benar berbeda.

Main Spec.

Zenbook DUO (UX8406MA)

CPU

Intel® Core™ Ultra 7 Processor 155H 1.4 GHz (24MB Cache, up to 4.8 GHz, 16 cores, 22 Threads) with Intel® AI Boost NPU

Operating System

Windows 11 Home

Memory

16GB LPDDR5X

Storage

1TB M.2 NVMe™ PCIe® 4.0 Performance SSD

Display

Dual 14-inch ASUS Lumina OLED, 3K (2880 x 1800) 16:10, 120Hz, 0.2ms, 100% DCI-P3, PANTONE Validated, 600nits, VESA CERTIFIED Display HDR True Black 500, Low Blue Light, Anti-Flicker, Touchscreen with Stylus Support

Graphics

Intel® Arc™ Graphics

Input/Output

1x USB 3.2 Gen 1 Type-A, 2x Thunderbolt™ 4 supports display / power delivery, 1x HDMI 2.1 TMDS, 1x 3.5mm Combo Audio Jack

Connectivity

Wi-Fi 6E(802.11ax) (Dual band) 2*2 + Bluetooth® 5.3

Camera

FHD camera with IR and Ambient Light Sensor function, support Windows Hello, support Windows Studio Effect

Audio

Smart Amp Technology, Built-in speaker, Built-in array microphone, harman/kardon certified

Battery

75WHrs, 4S1P, 4-cell Li-ion

Dimension 

31.35 x 21.79 x 1.46 ~ 1.99 cm

Weight

1.39 Kg (laptop)

0.3 Kg (keyboard)

Price

Rp33.999.000

Warranty

2 Tahun Garansi Global dan 1 Tahun ASUS VIP Perfect Warranty


Menanti di Bawah Aurora, Aku Akan Tetap Menulis

Kalau disuruh memilih, apa hal yang ingin aku lihat sebelum aku meninggal, maka jawabanku jelas yakni aurora.

Membayangkan ada di bawah angkasa malam yang berpendar aurora borealis, pengalaman itu jelas sama magisnya seperti saat aku berhasil mencapai puncak Gunung Arjuno, Welirang, Panderman, Penanggungan hingga Semeru. Seolah-olah ketika kalian ulurkan tangan ke langit, Tuhan terasa lebih dekat.

Kini untuk mewujudkan mimpi itu, aku akan melangkah lebih jauh dari biasanya. Aku akan terus meningkatkan kemampuanku dalam menulis, agar hal-hal tak masuk akal yang kuinginkan bisa terwujud.

Kelak di ujung jalan nanti jika aku akan tetap sendiri, kuharap aku seberani dan sebebas Fern (Frances McDormand) yang menjual seluruh asetnya demi petualangan di luar negeri dalam film NOMADLAND (2020).

Dan untuk melintasi petualangan itu, aku akan sangat senang karena ASUS Zenbook DUO (UX8406) hadir menemani.


Author

Arai Amelya

I'm a driver, never passenger in life