https://www.idblanter.com/search/label/Template
https://www.idblanter.com
BLANTERORBITv101

Belajar Adil Sejak Dalam Pikiran Ala Fans K-Pop Untuk Iklim Dunia

Sabtu, 26 November 2022
climate-justice
foto: Getty Images
Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan – Pramoedya Ananta Toer (Bumi Manusia, 1975)

Sekitar bulan Maret dan April 2019 masyarakat Mozambik dikejutkan dengan dua topan dahsyat yang meluluh lantahkan negara mereka. Dilaporkan bencana alam itu menelan 600 ribu korban jiwa dan jutaan lainnya menanti bantuan kemanusiaan termasuk air bersih.

Dua topan yang menghantam Mozambik itu adalah Idai, topan mematikan kedua yang pernah melanda belahan bumi selatan dan Kenneth, topan terkuat yang pernah melintasi benua Afrika.

Sebagai salah satu negara termiskin di dunia, bencana ini membuat masyarakat Mozambik semakin terpuruk. Seolah tak berhenti, Mozambik kembali juga dikunjungi badai topan tropis lagi pada 2022 ini yakni Ana di bulan Januari dan Gombe di bulan Maret. Tak pelak bencana katastropik ini membuat masyarakat Mozambik semakin tenggelam ke jurang krisis.

Apa yang dialami Mozambik ini sama seperti negara tetangganya di kawasan pantai timur Afrika yakni Madagaskar. Bahkan Program Pangan PBB menyebutkan jika perubahan iklim sudah membuat penduduk di negara-negara miskin Afrika seperti Mozambik dan Madagaskar harus rela makan belalang dan daun kaktus karena krisis pangan di sepanjang 2021.

Tentu apa yang dialami negara-negara miskin akibat perubahan iklim semakin terasa tidak adil. Mereka hanya sedikit mengeluarkan emisi karbon, tapi pemanasan global (global warming) membuat mereka merasakan banjir, gelombang panas dan badai siklon secara lebih menyesakkan.

Setidaknya ada tiga negara miskin dan satu negara berkembang yang saat ini mengalami dampak perubahan iklim terparah. Apa saja?

1. Zimbabwe

Tak berbeda jauh dengan Mozambik, Zimbabwe juga salah satu negara miskin di Afrika yang tak mampu bertahan saat badai siklon Idai menerjang tahun 2019 dan menyebabkan tewasnya 340 jiwa masyarakat mereka. Namun yang membuat miris, Idai bukanlah satu-satunya bencana katastropik yang dialami Zimbabwe.

Menurut Bank Dunia, Zimbabwe sudah lama mengalami banyak bencana alam akibat perubahan iklim seperti banjir, kekeringan dan wabah penyakit. Bahkan pada tahun 2021, Zimbabwe sudah terseok-seok saat 16 distrik di enam provinsi dikepung musim hujan sampai badai tropis Ana.

2. Bahama

Bahama menjadi perwakilan negara berkembang yang disebut-sebut mengalami dampak perubahan iklim terburuk. Berada di kawasan Karibia, Bahama terdiri dari sekitar 700 pulau. Pada tahun 2019 silam, Bahama dilanda badai Dorian yang dipicu perubahan iklim drastis hingga menewaskan 74 orang.

Reuters bahkan menyebutkan jika kini 11% area di Bahama semakin terancam keberadaannya karena kenaikan permukaan laut sebagai imbas pemanasan global. Berbagai bencana ini semakin menggiring masyarakat Bahama ke kehidupan yang tidak tentu dan berbagai kerugian seperti curah hujan ekstrem, kebakaran hutan dan sudah pasti kekeringan.

Those who are disproportionately impacted by climate change, tend not to be those most responsible for causing it – Jocelyn Timperley (BBC, 2021)

3. Mozambik

kondisi di Mozambik
Kondisi usai badai Kenneth tahun 2019 di Macomia, wilayah selatan Mozambik foto: Getty Images
Dalam laporan Global Climate Risk Index 2021 yang diunggah Germanwatch, Mozambik masuk sebagai salah satu negara miskin yang paling terdampak perubahan cuaca ekstrem di tahun 2019. Hingga saat ini, Mozambik paling sering mengalami cuaca ekstrem seperti banjir, kekeringan dan angin topan yang membuatnya ada di garda terdepan dalam hantaman climate change (perubahan iklim).

Relief Web juga menyebutkan jika pola curah hujan Mozambik yang berubah bisa memicu berkurangnya resapan air tanah, sungai-sungai yang mengering dan akhirnya langkanya stok air bersih.

4. Bangladesh

Berpindah ke kawasan Asia Selatan, Bangladesh adalah negara miskin yang juga mengalami ketidakadilan atas perubahan iklim. Berdasarkan data EM-DAT (Emergency Event Database) yang disusun oleh WHO dan pemerintah Belgia, Bangladesh memperoleh nilai 9,72 dari 10 yang artinya sangat terdampak.

Setidaknya dalam kurun waktu 1902-2021, Bangladesh mengalami berbagai bencana katastropik seperti suhu ekstrim, banjir, kekeringan hingga epidemi sebanyak 365 kali dan menelan tiga juta korban jiwa. Bahkan 80% bencana alam yang melanda Bangladesh adalah banjir dengan total kerugian mencapai US$40 miliar!

Tentu apa yang dialami keempat negara-negara di atas sangatlah miris. Karena ketika suhu Bumi meningkat akibat semakin tebalnya selimut polusi sebagai dampak emisi karbon dari masyarakat belahan bumi lainnya, negara-negara miskin dan berkembang itu berjuang melawan laju climate change dengan taruhan nyawa mereka.

Adilkah itu untuk mereka?

Sama sekali tidak!

Menggugat Negara Kaya Untuk Keadilan Iklim Bumi

krisis air bersih di Afrika
krisis air bersih di Afghanistan, salah satu negara miskin foto: Getty Images
A very wealthy and very small minority of the world’s countries and corporations have been the principal cause of climate change. While the adverse effects of the climate crisis fall first and foremost on the poorest majority – Yeb Saño

Berdasarkan laporan Oxfam dan Institut Lingkungan Stockholm pada tahun 2020, 1% populasi dunia yang paling kaya sudah menyebabkan emisi karbon dua kali lebih banyak daripada 50% populasi termiskin selama kurun waktu 25 tahun terakhir (1990-2015).

Kalau sudah begini, bukankah memang tanggung jawab atas perubahan iklim antropogenik (disebabkan oleh kelalaian manusia) menjadi milik masyarakat termakmur di Bumi alias negara-negara kaya?

Hal ini yang membuat Farhana Sultana, seorang profesor geografi di Universitas Syracuse, New York, angkat bicara kepada BBC. Menurut Sultana, pemangkasan emisi karbon global adalah sebuah keharusan demi menciptakan keadilan iklim. Mereka orang-orang kaya yang bisa bermewah-mewah menghasilkan emisi karbon, tak bisa seenak hati menuding emisi yang dihasilkan masyarakat miskin hanya untuk bertahan hidup.

Contohnya seperti di Mozambik yang hanya menghasilkan 0,09% dari total emisi dunia. Bahkan secara perhitungan, dari setiap 31 juta masyarakat Mozambik, jejak karbonnya setara dengan seperempat dari satu orang warga Inggris.

emis karbon
emisi karbon negara-negara kaya anggota G20
Sebuah bukti bahwa janji iklim untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca agar tidak timbul bencana antropogenik hanyalah isapan jempol saja.

Fakta ini semakin diperkuat oleh studi yang dilakukan dua orang ilmuwan asal Dartmouth yakni Christopher Callahan dan Justin Martin, atas seberapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan negara-negara dengan emisi karbon terbesar. Dalam hasil studi yang diterbitkan Juli 2022 di Jurnal Perubahan Iklim, terungkap negara-negara kaya yang banyak membakar batu bara serta menggunakan minyak dan gas harus memiliki tanggung jawab bagi negara miskin dan berkembang yang terhantam perubahan iklim.

Amerika Serikat contohnya sebagai penghasil karbon terbesar, sudah menyebabkan US$1,9 triliun kerusakan iklim di negara lain sejak tahun 1990-2014. Negara adikuasa itu telah merusak Brasil (US$310 miliar), India (US$257 miliar), Indonesia (US$124 miliar), Venezuela (US$104 miliar) dan Nigeria (US$74 miliar).

Selain Amerika Serikat, raksasa-raksasa ekonomi dunia lain yang harus memberikan kompensasi atas emisi karbon mereka adalah China (US$1,8 triliun) dan Rusia (US$986 miliar). Bahkan untuk Amerika Serikat dan China, dua negara maju itu biang kerok dari sepertiga kerusakan iklim dunia.

“Keadilan iklim sangat terkait dengan ketidakadilan sejarah. Hal ini sudah berlangsung selama berabad-abad. Ini bukan sebuah percakapan sederhana soal ‘siapa yang sudah mengurangi emisi karbon hari ini’. Tapi kita harus sama-sama merenung bahwa banyak negara miskin yang makin terpuruk karena dijajah saat sumber daya alam mereka diambil negara-negara industri,” papar Saño.

Sebuah kondisi ketidakadilan yang memang sangat layak digugat.

warga Somalia mencari air bersih
warga daerah Dollow, Somalia mencari air bersih pada September 2022 foto: Jerome Delay/AP Photo
Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk menciptakan keadilan iklim untuk negara-negara miskin dan berkembang tersebut?

Memangkas energi karbon semaksimal mungkin.

Atau, kita juga bisa melakukan hal-hal kecil dan sederhana demi Bumi.

Sebuah langkah mungil dengan dampak besar, seperti yang dilakukan fans-fans K-Pop.

Fans K-Pop, Penggerak Keadilan Iklim Untuk Masa Depan

aksi keadilan iklim ala anak muda
aksi keadilan iklim ala anak muda foto: UN0540761

Ultimately, climate justice is about respect for all humans. When we reach a point when every human being lives with a life of dignity, then we would achieved climate justice - Yeb Saño
Yeb Saño selaku Direktur Eksekutif Greenpeace Asia Tenggara dan pernah menjadi negosiator iklim untuk Filipina, menjelaskan bahwa banyak negara-negara miskin di Bumi ini yang bahkan tak punya kesempatan untuk mengumpulkan kekayaan dari pembakaran bahan bakar fosil.

Semakin tak adil karena dalam kondisi itu, negara-negara tersebut bahkan diminta untuk berhenti menggunakan bahan bakar fosil atas nama pemanasan global hanya karena emisi karbon yang mayoritas dikeluarkan negara-negara industri kaya raya.

Tak heran kalau kini akhirnya makin banyak yang bersuara meminta keadilan iklim dari negara-negara kaya, untuk memberikan kompensasi emisi karbon kepada negara berkembang dan negara miskin yang mengalami dampak perubahan iklim terbesar.

Dengan fakta bahwa 20 negara-negara kaya adalah penyumbang emisi karbon terbesar di Bumi, tentu ini merupakan sebuah sisi gelap dari G20. Karena ternyata dua belas negara penghasil karbon raksasa adalah anggota forum ekonomi dunia paling bergengsi tersebut.

Setidaknya tanggung jawab atas perubahan iklim selalu terkait dengan:
  • Sektor-sektor industri pengguna bahan bakar fosil
  • Masyarakat yang membeli dan memproduksi barang dengan bahan bakar fosil
  • Struktur pemerintahan yang mendistribusikan kekuasaan dan kekayaan pada perusahaan pengguna bahan bakar fosil
  • Tak adanya infrastruktur transportasi umum yang memanfaatkan energi baru terbarukan
  • Minimnya pemahaman atas pengurangan dan penghentian pemakaian bahan bakar fosil
Jika semua itu dibiarkan, memang apa dampaknya?

Diperkirakan anak-anak generasi alfa yang terlahir selepas tahun 2010 hingga saat ini, akan mengalami gelombang panas 2-7 kali lebih banyak selama hidup, serta mengalami berbagai peristiwa cuaca ekstrem daripada generasi baby boomer hingga milenial atau Z sekalipun.

Kalian tentu tak mau itu terjadi bukan?

Untuk itu, di tangan kitalah kunci keadilan iklim dibebankan.

Sebuah kesadaran yang kini semakin didengungkan oleh fans-fans K-Pop.

Blackpink sebagai perwakilan COP26 foto: Twitter @BLACKPINKGLOBAL
Blackpink sebagai perwakilan COP26 foto: Twitter @BLACKPINKGLOBAL
Ya, identik dengan kelompok manusia fanatik yang suka histeris saat melihat idol mereka di panggung atau di depan layar, anak-anak muda milenial hingga gen Z penyuka Hallyu Wave justru selangkah lebih maju dalam menggelorakan climate justice.

Setidaknya sekelompok fans grup K-Pop seperti BTS, EXO, NCT Dream, Blackpink, Red Velvet, Seventeen hingga Super Junior saling bahu-membahu mengumpulkan donasi demi lingkungan atas nama idol mereka.

Salah satu gerakan yang paling populer untuk hal ini adalah Kpop 4 Planet yang resmi dirilis jelang Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-26 tahun 2021 silam.

Dengan fakta bahwa ada sekitar 100 juta fans K-Pop di seluruh dunia, Kpop 4 Planet memiliki misi yang lebih luas untuk menggelorakan kesadaran atas keadilan iklim. Bahkan menurut Nurul Sarifah sebagai ketua penyelenggara, Kpop 4 Planet diharapkan bisa menjadi platform bagi ratusan juta fans K-Pop di Bumi untuk saling belajar soal krisis iklim dan mengambil tindakan demi lingkungan.

Bukan hanya itu saja, Kpop 4 Planet juga akan menjadi generator yang mendesak pelaku bisnis dan pemerintah melakukan tindakan keadilan bagi iklim untuk generasi mendatang.

“Perubahan iklim adalah krisis generasi kita. Dengan penggemar K-Pop yang mayoritas adalah milenial serta gen Z, kami adalah pihak yang paling terpengaruh oleh keputusan-keputusan soal iklim pada hari ini. Berjuang untuk keadilan iklim adalah sebuah perjuangan untuk masa depan kita,” ungkap Nurul kepada The Korea Times.

Sebagai wadah, Kpop 4 Planet memang meneruskan berbagai aksi lingkungan yang sejatinya sudah sejak lama dilakukan fans-fans K-Pop dalam kurun waktu satu dekade terakhir. Yang paling baru mungkin adalah aksi trending di Twitter saat melawan perusahaan Korea yang diduga melakukan pembakaran 140 ribu hektar hutan di Papua.

Sebelumnya, Carat (fans Seventeen) dilaporkan berhasil mengumpulkan sekitar US$6.300 untuk membantu pemulihan hutan di Gangwon, Korea Selatan. Ada juga Army (fans BTS) yang bahu-membahu dengan EXO-L (fans EXO) dan Blink (fans Blackpink) dalam menggalang dana dalam jumlah besar demi membantu korban banjir dan topan di India serta Thailand tahun 2019 silam.

aksi tanam bakau fans K-Pop
aksi penanaman 8.700 pohon bakau oleh fans BTS di desa Bedono, Demak, Jawa Tengah pada Oktober 2020 foto: ekuatorial
Tentu ini adalah sebuah kelanjutan dari aksi-aksi cinta lingkungan seperti kado hutan yang sudah dilakukan para senior mereka terdahulu entah ELF (fans Super Junior) maupun VIP (fans Big Bang), ketika sang idol berulang tahun.

Ya, fans K-Pop lebih memilih menggalang dana dalam jumlah besar saat idol mereka bertambah usia. Lalu dana yang terkumpulkan itu dibuat untuk membeli bibit pohon maupun area lahan hijau demi reboisasi, sebagai kado yang diberi nama sang idola.

Jadi, masihkah kalian pikir kalau fans K-Pop itu hanya tahu histeris saja?

Mereka justru jauh lebih adil dalam pikiran daripada sebagian dari kita jika bicara soal iklim.

Mereka memahami bahwa aksi sederhana sekalipun, merupakan upaya menciptakan keadilan untuk iklim dan makhluk hidup di planet ini.

Biarkan negara-negara kaya itu melakukan kewajibannya dalam memberikan kompensasi pada negara lain. Namun kita, juga harus ikut bergerak untuk generasi mendatang.

Sebuah harapan untuk Bumi, agar tetap menjadi sebaik-baiknya planet untuk dihuni.


Sumber:
  • https://www.bbc.com/future/article/20211103-the-countries-calling-for-climate-justice
  • https://betahita.id/news/detail/7066/deretan-negara-paling-terimbas-perubahan-iklim.html.html
  • https://betahita.id/news/detail/7784/negara-kaya-sebabkan-kerusakan-iklim-pada-negara-miskin.html
  • https://www.voaindonesia.com/a/negara-berkembang-terdampak-perubahan-iklim-pbb-desak-negara-maju-ganti-rugi/6739251.html
  • https://nasional.okezone.com/read/2022/11/22/337/2712848/3-negara-yang-paling-terdampak-perubahan-iklim
  • https://www.npr.org/2022/10/14/1129002010/developing-nations-suffering-from-climate-change-will-demand-financial-help
  • https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/11/10/10-negara-penyumbang-emisi-karbon-terbesar-di-dunia-ada-indonesia
  • https://asiatoday.id/read/20-negara-kaya-jadi-penyumbang-emisi-karbon-paling-besar-di-dunia
  • https://kabarkampus.com/2022/08/ini-daftar-negara-anggota-g20-penyumbang-emisi-karbon-tertinggi-di-dunia/
  • https://en.wikipedia.org/wiki/Climate_justice
  • https://www.scmp.com/magazines/style/celebrity/article/3124832/k-pop-fans-climate-action-blackpink-and-red-velvet-are

Author

Arai Amelya

I'm a driver, never passenger in life

  1. Ternyata bahama masih termasuk negara miskin, ya. Padahal dulu salah satu destinasi wisata impian. Fakta yang meresahkan ya, jika seluruh dunia dihukum karena ulah segelintir negara kaya

    BalasHapus
  2. Keren banget ya projeknya atau programnya dari fans Kpop ini, turut aktif membangun kembali iklim yang sudha hampir rusak di seluruh dunia. Saya dulu juga suka membaca mengenai buruknya iklim dan salah satunya adalah Zimbabwe ini yang tentunya butuh penanganan khusus dari berbagai pihak di dunia, karena pastinya akan berdampak juga pada dunia. Semoga makin banyak negara kaya yang aware dengan negara-negara miskin.

    BalasHapus
  3. Salah satu bentuk solidaritas yang aku suka dari para Kpoper itu saat mereka mau berbuat banyak untuk jaga lingkungan termasuk saat mengkampanyekan keadilan iklim ini Kak Aray :D

    BalasHapus
  4. Semangat memperjuangkan hak untuk masyarakat rentan memang harus selalu dikedepankan ya kak apalagi sekarang udah banyak kejadian dan kemalangan yang menimpa masyarakat yang malah banyakan kena getahnya bukan manisnya . Yang diatas malah semakin jaya

    BalasHapus
  5. Memang kalau dipikirkan lagi, rasanya emang nggak adil banget. Negara yang menghasilkan emisi dalam jumlah kecil harus mendapatkan dampak yang amat sangat serius gitu.

    BalasHapus
  6. salut nih dengan fans Kpop, bahkan mereka sudah lebih jauh langkahnya demi mendapatkan keadilan perubahan iklim ini ya.
    moga semakin banyak yang mengikuti jejak baik para fans Kpop ini untuk climate justice.

    BalasHapus
  7. Memang miris melihat keadaan seperti itu. Emisi karbon terbesarnya ada di mana, eh dampaknya malah ke negara lain.
    Dukung selalu untuk keadilan iklim bumi ini, kerjasama semua dilerlukan

    BalasHapus
  8. Krisis pangan berkepanjangan itu apa tidak bikin manusia sadar ya, kalau penyebabnya adalah manusia itu sendiri?
    Sementara yg berkuasa makin memakmurkan dirinya saja. Semoga permasalahan iklim ini bisa dunia atasi.

    BalasHapus
  9. wow keren nih programnya dari fans Kpop ini, turut aktif membangun kembali iklim yang hampir rusak di seluruh dunia.

    BalasHapus
  10. Fans K-Pop ini memang ya kalau bikin aksi sosial itu gak kaleng-kaleng
    Ini yang namanya aksi nyata yang positif dan untuk kebaikan
    Btw, lihat data negara-negara miskin itu sedih banget ya
    Mereka terdampak dari pembangunan di negara-negara kaya, jadinya ketidakadilan iklim
    Semoga ke depannya kondisi ini dapat diperbaiki bersama-sama

    BalasHapus
  11. Ya Allah, kasihan ya
    Kebanyakan yang terkena bencana iklim adalah negara negara miskin
    Butuh kepedulian dari negara kaya untuk mengatasi masalah ini
    Climate Justice harus ditegakkan

    BalasHapus
  12. Fans Kpop kirain cuma bisa joget2 n teriak histeris aja pas idolanya manggung :p.. ternyata mereka juga ikutan dan andil secara aktif juga ya membentuk kembali iklim yang baik dan disebarkan ke seluruh dunia.. salut..

    BalasHapus
  13. Kpoppers ini solidaritasnya emang keren banget ya. Kalau mereka sudah bergerak, luar biasa banget. Salutt. Tetapi emang sih, dua tahun belakangan perubahan iklim juga luar biasa, belum lagi dampaknya yang menimbulkan bencana di mana-mana. Sudah waktunya semua bergerak untuk menyelamatkan bumi

    BalasHapus
  14. keren nih aksi sosial fans kpop. patut untuk diapresiasi. memang masalah perubahan iklim ini menjadi isu semakin serius seiiring bertambahnya industri2 yang menggunakan bahan fosil untuk sumber produksi. perlu adanya kesadaran yang nyata akan dampak perubahan iklim ini

    BalasHapus
  15. Aku kaget eh, serem banget dampak emisi karbon yang timbul di negara berkembang kayak Bangladesh. Ini nih salah satu sisi positif fans kpop, solidaritasnya dari segi kemanusiaan tinggi. Keren sampe mengadakan climate justice buat nuntut keadlian iklim

    BalasHapus
  16. Uwaaa...kujadi tersanjuung..
    Ada szenniesssss diantara yang disebutkan dari deretan fans Kpop, apalagi pas bagian Dreamzen.
    Ku sungguh salut memang kalau fanbase ini bisa bergerak bersama untuk mewujudkan tujuan mereka atas nama idol.

    Kaya fanbase di China yang bar.. bar, itu..
    Sekalinya punya project, bisa loong lasting. Kaya Jaemin bar, Chenle bar.. Mereka sampai mendirikan sekolah yang diberi nama idol mereka.

    Ku sungguh terpana dengan wujud kepedulian para Kpopers terhadap isu climate justice ini.

    BalasHapus
  17. Miris banget baca tentang dampak Krisis iklim ini bagi lingkungan kita khususnya di negara-negara miskin. Tak selama nya negara maju membawa berkah, justru mereka bertanggung jawab terhadap perubahan iklim yang berdampak pada semua lini ya.

    Salut sama fans Jimin BTS yang melakukan penanaman mangrove dalam rangka berpartisipasi dalam carbon offset. Karena mangrove memiliki segudang manfaat untuk memproduksi oksigen dan melindungi habitat di sekitarnya

    BalasHapus
  18. Aduh kalau lihat keadaan negara negara lain kayak Zimbabwe, Mozambik yang bahkan baru pertama kali aku denger nama negaranya gitu benar benar menyedihkan ya. Afganistan jugaaa...semoga iklim di msa depan bisa lebih baik, semua penduduk bumi bisa hidup tanpa wabah, bencana alam atau kekurangan

    BalasHapus