https://www.idblanter.com/search/label/Template
https://www.idblanter.com
BLANTERORBITv101

Hari Ini Akan Kita Ceritakan Tentang ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400)

Jumat, 30 September 2022
ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400)
09 Oktober 2017

Aku masih ingat hari itu, seolah terjadi kemarin.

Aku duduk di ruangan yang hanya terdapat sebuah meja dengan kursi yang saling berhadapan. Dominan putih dan tak banyak dipenuhi interior. Sebuah lemari dipenuhi berkas ada di samping orang yang duduk di depanku. Perempuan setengah baya itu membetulkan kacamatanya sambil masih sibuk membaca lembar demi lembar dokumen di hadapannya. Sesekali menulis dan mengangguk, lalu melirikku dengan ujung matanya.

Di depannya, aku baru saja selesai menyeka sedikit air mataku. Tujuh kali sudah aku berkunjung selama tiga bulan terakhir ini, selalu saja diakhiri dengan tangis.

“Minum dulu, sebentar ya, ada yang mau saya pastikan sedikit dari jawabanmu,”

Aku mengangguk di depannya sambil menggeser botol air mineral dan mulai meneguknya. Kulihat lembaran kertas yang sedari tadi dia bolak-balik itu. Masih ingat saat aku harus mengisi puluhan atau mungkin ratusan pertanyaan itu pekan lalu. Sesuatu yang membosankan menurutku. Aku lebih memilih saat mereka memeriksa kondisi fisikku daripada harus menyuruhku duduk mengisi kuesioner.

“Kamu kena depresi mayor, jenis atipikal. Akan ada rawat jalan dan obat,” kata perempuan itu, setelah hampir 20 menit kami saling tak bicara di ruangan yang cuma terdengar suara detak jam dinding itu.

Aku terdiam.

Entah seperti apa ekspresi wajah yang kuperlihatkan selama beberapa detik itu pada sang psikiater di depanku. Namun yang kuingat, aku kemudian malah tertawa.

Kubiarkan diriku terbahak selama hampir satu menit.

Aku menggeleng tak percaya. Depresi? Depresi mayor? Bagaimana bisa hal itu terjadi dalam hidupku? Bagaimana mungkin kondisi itu kualami? Aku adalah pribadi yang kuat dan hidupku selama ini baik-baik saja. Aku punya orangtua yang lengkap, aku punya kakak dan adik yang selalu ada di rumah dan aku, dan aku, dan aku...

Tawaku lenyap, dadaku mulai sesak.

Dan seolah tanpa bisa kukendalikan, mataku mulai memanas dan pandanganku jadi kabur. Sejurus kemudian yang kutahu, aku menangis. Titik di mana aku sadar, kalau hidupku tak baik-baik saja.

Sang psikiater mengangguk, menatapku dengan teduh tanpa berusaha memberi penilaian.

“Semua akan baik-baik saja. Pasti akan sembuh,”

---

03 Desember 2019

Kunyalakan sepeda motorku di halaman parkir RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat siang itu dengan perasaan lega. Aku tak menyalahkan diriku yang diam-diam tersenyum saat menatap sekeliling bangunan dan halamannya,

Aah, aku pasti akan merindukan tempat ini.

Dua tahun lebih aku rutin berkunjung ke rumah sakit yang berada di Lawang ini mulai dari setiap pekan, dua pekan sekali, satu bulan sekali, dua bulan sekali hingga akhirnya setiap tiga bulan sebelum kemudian tak ada lagi janji yang membawaku kembali.

Ada perasaan begitu senang melepaskan diri yang sudah hampir seperti pecandu narkoba ini. Karena selama dua tahun pengobatan, kapsul-kapsul klobazam, risperidone hingga triheksifenidil seperti layaknya vitamin C IPI buatku. Tiga jenis obat itu harus aku konsumsi sesuai jadwal secara diam-diam. Ya, aku memang tidak memberitahu orangtua dan kedua saudaraku atau sahabat dekatku, ketika menjadi pesakitan depresi.

Aku baru benar-benar bercerita kepada mereka, ketika aku sudah dinyatakan sembuh.

Setidaknya di momen itu, aku sudah memiliki keberanian.

Karena ketika dua tahun paling kelam dalam hidupku itu, aku benar-benar memilih menutup diriku. Aku kehilangan minat pada hal-hal yang kusukai seperti menonton film, naik gunung, berlibur, bermain media sosial, bahkan berhubungan dengan orang-orang yang pernah ada begitu dekat denganku.

Saat itu, aku kehilangan kendali pada hidupku sendiri.

Kadang di saat malam-malam yang tidak bisa kulewatkan sambil terpejam, aku berharap diriku seperti Joel Barish (Jim Carrey) di film ETERNAL SUNSHINE OF THE SPOTLESS MIND (2004) yang melakukan prosedur menghapus ingatan itu. Bukankah sangat menyenangkan kalau kenangan memang bisa dihapus? Terutama hal-hal buruk yang sampai membuat kita, tak berani hanya sekadar menyapa teman lama.

Namun harapanku keliru. Karena sepertinya aku lebih seperti Malcolm Crowe (Bruce Willis) di THE SIXTH SENSE (1999) yang berpikir kalau dia bisa menolong orang lain, tapi justru dirinyalah yang sebetulnya meminta pertolongan.

Kembali Menulis, Berani Merintis

laptop ASUS milikku
aku dengan laptop ASUS-ku saat menanti boarding di bandara Makassar
“Kenapa tidak coba menulis lagi? Jangan takut. Menulis saja, seperti dulu,”

Aku masih terngiang dengan ucapan sang psikiater saat kutanya apa yang harus kulakukan kemudian setelah aku dinyatakan sembuh.

Seperti Frodo Baggins (Elijah Wood) dalam trilogi THE LORD OF THE RINGS (2001-2003) yang tiba-tiba diberi beban untuk melemparkan cincin Sauron ke kawah gunung api Doom, mungkin seperti itulah yang terlintas di benakku.

Kebingungan.

Kecemasan.

Ketakutan.

Apakah bisa?

Apakah mungkin?

Aku memang seorang jurnalis sebelum depresi itu melumat hidupku, tapi dunia kepenulisan itu juga yang mendorongku ke dua tahun terkelam itu. Mungkinkah aku kembali ke kehidupan yang pernah kutinggalkan? Masih bisakah aku menulis seperti dulu?

Hingga akhirnya salah satu sahabatku yang sudah menjadi blogger profesional membawaku kembali ke kepenulisan. Tepat di tahun 2020, setelah aku mengikuti ajakan mereka berlibur ke Yogyakarta di bulan Januari atas saran Ayah, Ibu dan kedua saudaraku untuk melakukan liburan pertamaku setelah dinyatakan sembuh, aku memberanikan diri jadi seorang penulis lagi. Hanya saja kali ini kepenulisan yang kupilih memang berbeda dari menjadi seorang jurnalis media.

Aku mengikuti jejaknya sebagai seorang blogger.

Domain heyarai.com resmi kubeli pada bulan September 2020 setelah berpikir panjang. Aku mengawali dengan menulis ulasan film, sesuatu yang juga sangat kusukai sebelumnya. Beberapa bulan menikmati bergabung di komunitas blogger, aku akhirnya mencoba mengikuti lomba kepenulisan. Sekadar ingin tahu, apakah tulisanku masih menarik.

Dan Tuhan sepertinya memang sangat menyayangiku.

Sebuah tulisan tentang lingkungan membawaku merasakan kemenangan pertamaku sebagai seorang blogger.

Dan tulisan lain saat aku mewawancarai seseorang, kegiatan yang sangat kusukai sebagai jurnalis, menggiringku ke kemenangan lain pula dalam sebuah kompetisi yang pernah begitu kuidam-idamkan saat masih menjadi pegawai media online.

Belum pernah, aku begitu penuh semangat menyambut tahun, seperti yang kurasakan ketika 2021 datang.

Ya, titik balik itu memang terjadi di tahun 2021.

Satu demi satu, tulisanku di blog membawaku mencicipi berbagai kemenangan.

Mulai dari event kepenulisan bergengsi milik Bank Indonesia, hingga lagi-lagi event lingkungan membawaku ke podium tertinggi. Rasa-rasanya saat itu aku bak seorang Chris Gardner (Will Smith) di film THE PURSUIT OF HAPPYNESS (2006) yang berpikir kalau hidupnya sudah tak ada harapan, tapi ketika sebuah kesempatan datang dan dikejar, hidupnya langsung berubah total.

Lewat kepenulisan juga, tubuhku dibawa pergi melintasi zona waktu, menjauh dari kota kelahiranku, berpijak di daerah-daerah yang sama sekali tak pernah kuduga bisa kujelajahi.

Toraja, Sulawesi Selatan dan Mandalika, Nusa Tenggara Barat adalah dua daerah yang bisa kudatangi secara cuma-cuma di tahun 2021 kemarin. Bertemu dengan orang-orang baru dan membuka kesempatan baru. Menyadarkanku kalau aku belumlah usai. Membuktikan kalau ternyata masih ada hal yang bisa kubanggakan dari diriku.

Hidupku barulah dimulai.

Dan perjalanan luar biasa itu, haruslah memiliki teman seperjuangan yang sama-sama istimewa.

ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400), Teman Sang Storyteller

Laptop ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400)
Dari apa yang kudapat di tahun 2021, kurasa aku tahu apa yang membuatku jatuh cinta untuk kali kedua pada kepenulisan.

Dunia ini, membuatku bisa bebas bercerita.

Aku tak tahu darimana datangnya minatku untuk menjadi storyteller, tapi tanpa sadar hal itu yang akhirnya membuatku bisa menemukan kendali atas diriku. Apa yang terjadi sepanjang 2020 dan kemudian 2021, storyteller sepertinya akan menjadi pilihan hidupku. Apalagi di tahun 2022 ini, tulisan lagi-lagi membawaku berkunjung gratis ke Likupang, Sulawesi Utara dan Jakarta.

Bahkan kegemaranku menjadi seorang pencerita juga membuka pintu yang kupikir tak akan pernah bisa kubuka sebelumnya, menulis skenario.

Memang belum ada judul FTV, sinetron atau film bioskop yang kuhasilkan. Tapi rilisnya miniseries sebuah produk di YouTube yang naskahnya kutulis mampu membuatku percaya kalau ini adalah awal dari perjalanan panjangku.


Tentu untuk menggeluti pilihanku ini, keberadaan ‘senjata’ dalam hal ini sebuah perangkat laptop yang mumpuni adalah keharusan. Aku jelas tak butuh yang terlalu besar atau terlalu berat, tapi haruslah selalu bertenaga seperti yang ditawarkan ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400).

Lantas, kenapa harus ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400)?

“Hadir dengan ditenagai AMD Ryzen™ 5000 H-Series Mobile Processors yang memiliki full powerful performance core untuk multitasking bahkan video editing. Selain powerful, prosesor ini memberikan daya baterai lebih awet sehingga produktivitas harian semakin maksimal. Dilengkapi dengan kartu grafis integrasi AMD Radeon yang memberikan performa gaming yang tanpa lag. Produktivitas harian dimanapun dan kapanpun jadi maksimal dengan performa prosesor dan kartu grafis dari AMD ini”

1. Warna Lebih Nyata, Cerita Lebih Terasa

ASUS (1)
Semenjak tulisan-tulisanku semakin dibaca oleh banyak orang, aku sadar kalau aku juga ingin bercerita lewat medium lain. Foto dan video menjadi pilihanku karena kedua obyek visual itu bisa membuat seseorang lebih bisa mengalami hal-hal yang kurasakan. Tentu karena aku bukan seorang fotografer, foto yang kuhasilkan memang tidak terlalu fantastis.

Tapi aku selalu berusaha membagikan cerita dalam setiap potret yang kuabadikan. Sejauh ini Lightroom dan Canva memang jadi pilihan terbaik untuk menyunting hasil foto yang kupotret. Biasanya aku hanya melakukan color grading untuk mengubah tone warna foto-foto yang kuambil supaya terasa lebih dramatis dan tentunya realistis. Vivobook Pro 14 OLED (M3400) jelas bisa melakukan tugasnya dengan sempurna.

Keberadaan panel ASUS OLED dengan resolusi 2,8K dan 90Hz refresh rate lebih dari mampu untuk mendukung kinerja kreatif saat melakukan color grading, karena punya kualitas visual terbaik berkat color garmut 100% DCI-P3. Maksudnya, panel ASUS OLED ini bisa menampilkan seluruh warna di lingkup DCI-P3 yang pastinya lebih luas daripada sRGB yang jadi standar kebanyakan laptop.

Kalian tahu kan kalau warna yang tepat bisa membuat cerita lebih terasa nyata?

Ambil contoh film PENYALIN CAHAYA (2021) dengan color palette dominan hijau, membuat tampilan visual film itu luar biasa cantik sampai akhir dan penuh dengan hal-hal simbolik. Atau bagaimana sutradara Spike Jonze memilih warna dominan biru dan jingga dalam HER (2013) yang membawa kita ke dunia fantasi. Begitu juga kepiawaian Wes Anderson dalam THE GRAND BUDAPEST HOTEL (2014) yang memilih warna-warna pastel yang memberi kesan nyaman dan ceria kepada penonton.

Warna, memang sangat mampu memberikan nyawa pada sebuah cerita dari obyek visual.

Dengan layar yang punya akurasi reproduksi warna tingkat tinggi (terbukti dari sertifikasi PANTONE Validated Display), Vivobook Pro 14 OLED (M3400) akan sangat membantu proses color grading karena pilihan warna lebih nyata. Bahkan sekalipun diatur dengan tingkat kecerahan rendah (anggap saja 11%), masih bisa menampilkan kualitas di tingkat kecerahan 100%.

Tentunya keberadaan panel berasio 16:10, akan ada banyak konten yang bisa tampil di layar untuk kupilih sebelum akhirnya kuunggah di media sosial agar cerita itu bisa tersampaikan.

2. Lama Tatap Layar, Tanpa Mata Nanar


Menderita rabun jauh hampir di setengah hidupku, membuatku sudah menggunakan kacamata berlensa minus sejak SD. Meskipun aku pernah menghabiskan waktu berjam-jam di sekolah menengah untuk bermain game online di PC, rasa-rasanya mataku tak akan sekuat itu jika harus berlama menatap layar laptop.

Apalagi kalau sedang menulis artikel baru di blog atau menyunting konten di media sosial, akomodasi mata bisa jadi makin maksimal dan memaksanya menatap layar berjam-jam.

Seolah menyadari keluhanku, Vivobook Pro 14 OLED (M3400) memberikan solusi untuk menghindari paparan radiasi cahaya biru yang menjadi efek negatif terbesar dari penggunaan perangkat elektronik.

Ya, ASUS melengkapi panel ASUS OLED dengan teknologi anti-flicker dan low blue light yang sudah bersertifikasi TUV Rheinland, sehingga mata tidak mudah lelah meskipun menatap layar berjam-jam. Jangan cemas kalau teknologi ini bisa membuat kualitas visual di layar menurun, karena semua sama sekali tidak berkurang.

3. Performa Laptop Sultan, Harga Lebih Berteman

ASUS (2)
Berkaitan dengan hobi baruku bercerita lewat foto berhias tulisan, kadang kegiatan ini membuat senewen saat laptop mendadak lemot. Aku tidak menyalahkan karena memang aplikasi yang kupakai untuk proses penyuntingan ini jelas membutuhkan dapur pacu yang mumpuni. Tentu untuk membeli laptop kelas sultan, ada banyak hal yang membuatku berpikir matang-matang.

Namun lewat ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400), performa yang kudapat bahkan membuatku menduga kalau laptop ini sebetulnya laptop para sultan untuk kegiatan gaming.

Kenapa begitu?

Keberadaan CPU AMD Ryzen™ 7 5800H Mobile Processor.

Sebagai prosesor dengan delapan inti (core) yang mampu menjalankan 16 thread sekaligus dengan cache besar yakni 20MB, Vivobook Pro 14 OLED (M3400) punya kecepatan dasar di 3.2GHz dan sanggup meningkat hingga 4.4GHz. Berjalan dengan TDP default 45 watt, menjadikan laptop ini bahkan lebih baik daripada AMD Ryzen™ 7 5800U series dengan TDP 15 watt yang punya kecepatan dasar cuma 1.9GHz.

Sudah dibekali RAM 16GB, AMD Ryzen™ 7 5800H akan memberikan pengalaman kerja terbaik saat dijalankan untuk kebutuhan multitasking.

Apalagi dengan kecepatan baca storage yang tercatat lebih dari 3500 MB/s dan kecepatan tulis hampir 3000 MB/s, keseluruhan sistem operasi yang mampu di-load oleh SSD Vivobook Pro 14 OLED (M3400) ini, luar biasa cekatan.

Dengan kisaran harga Rp11 juta – Rp13 juta per unit, spesifikasi ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400) justru membuatnya tampak layak berada di level harga Rp20 jutaan per unit.

Bye-bye edit foto dan tulisan yang bisa bikin laptop nge-hang.

4. Ringan Dijinjing, Tugas Makin Ramping

salah satu konten jurnal Arai di Instagram
salah satu konten jurnal Arai di Instagram
“Nanti kalau revisinya udah kelar, langsung kirim email ya”

“Eh, deadline maju sekarang nih, kutunggu sampai malam ya”


Kalimat-kalimat seperti itu memang seringkali kualami terutama ketika sedang traveling. Karena itulah keberadaan laptop yang memang ringan dibawa ke mana-mana tanpa harus mengorbankan performa adalah hal yang kubutuhkan.

Dua hal yang ternyata dengan mudah kutemukan dalam ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400).

Dianugerahi dengan komponen dapur pacu yang berperforma tinggi, ASUS memberikan desain yang sangat ringkas dan ringan pada Vivobook Pro 14 OLED (M3400). Ya, laptop ini hanya punya bobot sekitar 1,4 kilogram dan ketebalan bodi 18,9mm.

Tanpa perlu repot membayangkan, Vivobook Pro 14 OLED (M3400) jelas sangat mudah dibawa bepergian ke mana-mana sehingga aku masih tetap produktif sekalipun sedang ada di kaki gunung, di pedesaan atau menanti jam-jam boarding pesawat.

Tak perlu cemas juga dengan baterai boros sehingga butuh sumber listrik terdekat, karena baterai Lithium-ion 3-cell dengan kapasitas 50Whrs membuat Vivobook Pro 14 OLED (M3400) bisa bertahan hingga delapan jam lebih saat diuji bekerja menggunakan aplikasi office, multimedia dan website secara non-stop oleh PCMark 10 Modern Office.

Belum lagi dua pilihan warna Vivobook Pro 14 OLED (M3400) yakni cosmos blue dan solar silver, membuat laptop ini memang semakin menawan saat diboyong ke co-working space maupun bersantai di coffee shop.

5. Hidup Jadi Produktif, Cuan Makin Adiktif


Pilihanku untuk berjalan sebagai seorang blogger sekaligus storyteller di media sosial memang memasukkan diriku ke kelompok pengembara digital alias digital nomad. Sebuah profesi yang sebelumnya tak pernah kuduga bakal kujalani ini akhirnya mengenalkanku ke berbagai kegiatan online.

Apalagi ketika jalanku baru kumulai langkahnya di masa pandemi Covid-19, aku sudah terbiasa untuk melakukan webinar dengan banyak orang, bahkan produser proyek film atau mini-series yang hendak kukerjakan. Supaya hal-hal online itu berjalan lancar, aku jelas butuh koneksi internet yang lancar jaya. Namun setinggi apapun bandwith yang ditawarkan provider, bakal sia-sia kalau perangkat laptopku tidak mampu memaksimalkannya.

Namun hal itu, bukanlah kendala bagi ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400).

Keberadaan teknologi WiFi 6 (802.11ax) membuat laptop ini bisa menangkap jaringan internet super cepat untuk proses transfer file-file jahanam hingga kegiatan game tanpa lagging, maupun video call yang super lancar. Diperkuat dengan teknologi ASUS WiFi Master eksklusif, ASUS WiFi SmartConnect paada laptop ini bisa memilih sumber WiFi terbaik secara otomatis.

Tak perlu cemas juga laptop mudah panas saat dituntut menjalankan aneka kebutuhan online secara multitasking, karena sistem pendingin berkipas ganda membuat Vivobook Pro 14 OLED (M3400) tetap dingin.

Pun begitu saat harus berbicara di forum webinar, ASUS sudah membekali teknologi AI Noise-Cancelling pada Vivobook Pro 14 OLED (M3400) sehingga komunikasi virtual bisa berjalan lancar lantaran suasa-suara luar dapat teredam dan tersaring secara efektif. Dengan HD webcam terintegrasi, kita bisa menggeser slider privacy shutter fisik pada webcam sehingga kamera web dapat digunakan sesuai kebutuhan tanpa melanggar urusan privasi.

Dan terakhir yang bisa membuat kehidupanku makin produktif dengan Vivobook Pro 14 OLED (M3400) adalah latar ukuran penuh pada keyboard. Keyboard yang dirancang ergonomis, kokoh, konstruksi one piece dan key travel 1.35mm ini akan memberi pengalaman menulis jadi makin nyaman.

Kurasa, aku memang sudah menemukan teman untuk menguatkan kendali diri atas hidupku saat ini.

2023, Bisakah Jadi Makin Menawan?

aku di puncak Penanggungan
Dengan tahun 2022 yang menyisakan tiga bulan lagi, aku sebetulnya tak pernah tahu apa yang akan terjadi kemudian bahkan di 2023 mendatang.

Rasa-rasanya memang semenjak aku berhasil lepas dari depresi mayor di tahun 2020 itu, tingkat kepercayaanku pada Tuhan semakin meningkat. Keluarga dan sahabat yang begitu menerimaku adalah kunci bagaimana aku bisa menyadari kalau hidupku memang berharga.

Aku bahkan sangat menikmati berbagai kejutan yang hadir seolah aku memang sudah tertakdir untuk itu.

Bagiku, sudah banyak bukti hal-hal yang terdengar tidak mungkin bisa kuperoleh selama dua tahun terakhir ini.

Dalam kondisi seperti ini, aku bahkan yakin kalau hal-hal tidak logis seperti yang dialami Han Sung Hyun (Lee Jung Jae) dan Kim Eun Ju (Jun Ji Hyun) di IL MARE (2000) mungkin saja bisa terjadi.

Karena bukankah, hidup itu jauh lebih menyenangkan kalau kita meyakini berbagai kebetulan dan keajaiban yang dituliskan oleh Tuhan?

Dan kuharap, aku bisa menciptakan keajaiban yang baru dengan ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400).

Main Spec. 

Vivobook Pro 14 OLED (M3400) 

CPU 

AMD Ryzen™ 7 5800H Mobile Processor (8-core/16-thread, 20MB cache, 

up to 4.4 GHz max boost) 

Operating System 

Windows 11 Home 

Memory 

16GB DDR4 

Storage 

512GB M.2 NVMe™ PCIe® 3.0 SSD 

Display 

14-inch, 2.8K (2880 x 1800) 16:10, ASUS OLED, 90Hz 0.2ms, 600nits, 

DCI-P3 100%, Pantone Validated, VESA HDR True Black 

Graphics 

AMD Radeon™ Graphics 

Input/Output 

1x USB 3.2 Gen 2 Type-A, 2x USB 2.0 Type-A, 1x HDMI 1.4, 1x 3.5mm 

Combo Audio Jack, Micro SD card reader 

Connectivity 

Wi-Fi 6 (802.11ax) (Dual band) 2*2 + Bluetooth 5 

Camera 

720p HD camera with privacy shutter 

Audio 

Smart Amp Technology, Built-in speaker, Built-in array microphone, harman/kardon certified audio 

Battery 

50WHrs, 3S1P, 3-cell Li-ion 

Dimension  

31.58 x 22.63 x 1.89 ~ 1.92 cm 

Weight 

1.4 Kg 

Colors 

Solar Silver

Price 

Rp12.799.000  

Warranty 

2 tahun garansi global dan 1 tahun ASUS VIP Perfect Warranty 


Author

Arai Amelya

I'm a driver, never passenger in life